Diantara Karamah dan Keistimewaan Imam Syafi'i

 
Diantara Karamah dan Keistimewaan Imam Syafi'i

LADUNI.ID, Jakarta - Sebagai muslim Indonesia, tentunya nama Imam as-Syafi’i merupakan nama yang sangat populer. Beliau merupakan pendiri Mazhab Syafii. Mayoritas masyarakat Indonesia menganut mazhab tersebut. Adapun nama lengkap Beliau ialah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi’ bin Saib bin Ubaid bin Abdu Yazid bin Hasyim bin Abdul Muthalib. 

Imam Syafi’i dikenal sebagai ulama besar yang cerdas, bahkan di usianya yang ke-15, keilmuan Imam Syafi’i sudah setaraf seorang mufti. Tak pelak saat ini sosoknya telah dianggap sebagai mufti besar Islam Sunni. Beliau juga dikenal memiliki banyak karamah atau keistimewaan, diantaranya bisa melihat atau meneropong masa depan murid-muridnya kelak di kemudian hari.

Imam Syafi’i wafat pada tahun 204 H, Menjelang kewafatan Imam Syafi'i, datanglah empat murid beliau yang paling menonjol. Mereka adalah Imam Buwaithi, Imam Muzani, Ibnu Abul Hakam, dan Imam Robi. Saat itu Imam Syafi'i memandang mereka dalam-dalam dan berkata, "Engkau wahai Abu Ya'qub (julukan Imam Buwaithi), dirimu akan meninggal dalam belenggu besi. Adapun engkau wahai Muzani, dirimu akan mengalami sebuah peristiwa besar di Mesir dimana engkau akan menjadi orang yang terpandai di zaman itu. Lalu, engkau wahai Muhammad (nama asli Ibnu Abul Hakam), dirimu akan kembali ke madzhab ayahmu. Sedangkan engkau wahai Robi, dirimu akan menjadi muridku yang paling bermanfaat bagiku dalam menyebarkan kitab." 

Di masa kekhalifahan Wastiqbillah dari Dinasti Abbasiyyah yang berfaham Mu'tazilah, Imam Buwaithi dipanggil penguasa dan dipaksa mengakui bahwa al-Qur’an adalah makhluk, akan tetapi dengan tegas beliau menolak dan akhirnya dipenjara hingga menemui ajalnya disana, persis seperti yang diramalkan Imam Syafi'i.

Setelah Imam Buwaithi wafat, majulah Imam Muzani sebagai khalifah (pengganti) Imam Syafi'i. Di bawah kepemimpinan beliau, Madzhab Syafi'i berkembang pesat (ini yang dimaksud Imam Syafi'i sebagai peristiwa besar). Beliau lalu diangkat sebagai pimpinan para ulama di Mesir, seperti yang diisyaratkan Imam Syafi'i bahwa beliau akan menjadi orang terpandai di Mesir.

Adapun Ibnu Abul Hakam, pada awalnya beliau bermazhab Maliki sebagaimana ayahnya, namun pindah ke madzhab Syafi'i setelah Imam Syafi'i datang ke Mesir. Akan tetapi setelah Imam Syafi'I wafat, beliau kembali lagi ke mazhab Maliki sebab terlibat perseteruan dengan murid-murid Imam Syafi'i yang lain, dimana beliau ingin menjadi khalifah Imam Syafi'i padahal Imam Syafi'i telah menunjuk Imam Buwaithi. 

Terakhir, Imam Ar-Rabi bin Sulaiman Al-Muradi, beliaulah yang menyalin sekaligus menyebarkan kitab induk “Al-Umm” milik Imam Syafi'i hingga tersebar ke berbagai penjuru dunia sampai hari ini. Hal ini persis sebagaimana yang diisyaratkan Imam Syafi'i.