Biografi KH. Muhammad Yunus (Mu’allim Yunus) Bukit Duri Tebet

 
Biografi KH. Muhammad Yunus (Mu’allim Yunus) Bukit Duri Tebet
Sumber Gambar: foto istimewa

Daftar Isi Biografi KH. Muhammad Yunus

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga KH. Muhammad Yunus

1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga KH. Muhammad Yunus
1.3  Wafat

2.  Sanad Ilmu dan Pendidikan KH. Muhammad Yunus

2.1  Guru-guru KH. Muhammad Yunus

3.  Penerus KH. Muhammad Yunus

3.1  Anak-anak KH. Muhammad Yunus
3.2  Murid-murid KH. Muhammad Yunus

4.  Perjalanan Hidup dan Dakwah KH. Muhammad Yunus

4.1  Sekilas tentang KH. Muhammad Yunus
4.2  Kesabaran KH. Muhammad Yunus
4.3  Menjelang Wafat KH. Muhammad Yunus

5.  Keteladanan KH. Muhammad Yunus

6.  Referensi

7.  Chart Silsilah Sanad

 

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga KH. Muhammad Yunus

1.1 Lahir
Muhammad Yunus bin Muhammad lahir di Bukit Duri, Jakarta, 31 November 1914 M dari pasangan H. Muhammad dan Hj. Ammah.

1.2 Riwayat Keluarga KH. Muhammad Yunus
KH. Muhammad Yunus menikah dengan seorang wanita shalihah bernama Hj. Siti binti Ma’un. Dari pernikahan tersebut beliau dikaruniai 10 orang anak, di antaranya adalah :

  1. Nur Laila
  2. Suhaelah
  3. Fikri
  4. Luthfi
  5. Syukri
  6. Hikmah
  7. Zakariya
  8. masyithah
  9. Syifa
  10. Abdullah

1.3 Wafat
KH. Mu’allim Yunus pun menghembuskan nafasnya yang terakhir selasa sore 30 Dzulqa’idah 1415 H / 30 Mei 1995, pukul 16.00 WIB, Beliau dimakamkan di samping mihrab masjid Al-Makmur (Jl. KH. Abdullah Syafi’i), Tebet, Jakarta Selatan.  Masjid Al-Makmur  tersebut pernah menjadi tempat untuk mensholati  jenazah Al-Habib Abdurrahman bin Ahmad bin Abdul Qadir As-segaf (pendiri Tsaqafah Islamiyah Bukit Duri).

2.  Sanad Ilmu dan Pendidikan KH. Muhammad Yunus

Sejak kecil beliau dididik oleh kedua orang tuanya untuk mencintai agama. Ibunda beliau adalah seorang guru agama bagi hampir seluruh warga betawi di daerah Bukit Duri dan sekitarnya pada saat itu, dengan sapaan akrab Guru Nap. Sang ibu adalah tokoh masyarakat yang sangat disegani. Dari perempuan inilah kemudian lahir banyak Ulama dan Habaib berdarah betawi di Bukit Duri Jakarta.

Dikisahkan, pada tahun 1917, entah dalam suatu momen apa, seorang Habib dari Singapura mendatangi H. Muhammad dan berpesan agar mendidik Mu’allim Yunus serta menjaganya dengan baik.Kelak beliau akan menjadi Alim Ulama besar di masa mendatang.

2.1 Guru-guru KH. Muhammad Yunus
Guru-guru beliau di antaranya :

  1. Habib Ali bin Abdurrahman Al-habsyi (Habib Ali Kwitang)
  2. H. R. Muhammad Amin atau Guru Amin Kalibata
  3. H. Muhammad Nasih (Kampung Melayu)
  4. Mu’allim H. Subkhi (Manggarai)
  5. Mu’allim H. Mahmud (Menteng)
  6. KH. Abdul Madjid Pekojan atau Guru Madjid Pekojan
  7. Habib Thoha Al-Habsyi (Kwitang)
  8. Habib Husain Al-Habsyi (Kwitang)
  9. Mu’allim Mukhtar (Kemayoran)
  10. Habib Abdullah bin Syihab
  11. Habib Ali As-Segaf

3.  Penerus KH. Muhammad Yunus

3.1 Anak-anak KH. Muhammad Yunus

  1. Nur Laila
  2. Suhaelah
  3. Fikri
  4. Luthfi
  5. Syukri
  6. Hikmah
  7. Zakariya
  8. masyithah
  9. Syifa
  10. Abdullah

3.2 Murid-murid KH. Muhammad Yunus

  1. H.Yunus
  2. KH. Abdullah Syafi’i

4. Perjalanan Hidup dan Dakwah KH. Muhammad Yunus

4.1 Sekilas tentang KH. Muhammad Yunus
Muhammad Yunus bin Muhammad lahir di Bukit Duri, Jakarta, 31 November 1914 M dari pasangan H. Muhammad dan Hj. Ammah. Sejak kecil beliau dididik oleh kedua orang tuanya untuk mencintai agama. Ibunda beliau adalah seorang guru agama bagi hampir seluruh warga betawi di bukit duri dan sekitarnya pada saat itu, dengan sapaan akrab guru Nap. Sang ibu adalah tokoh masyarakat yang sangat disegani. Dari perempuan inilah kemudian lahir banyak Ulama dan Habaib berdarah betawi di Bukit Duri Jakarta.

Termasuk salah satunya adalah keluarga Habib Abdurahman Bin Ahmad bin Abdul Qodir As-segaf, Karena Habib Abdurahman menikah dengan putri H. Barkah, yang tak lain adalah cucu dari Guru Nap. Sehingga seluruh putra Habib Abdurahman, yang saat ini juga menjadi ulama, pun tak lain keluarga besar Guru nap, ibunda dari Mu’allim Yunus.

Dikisahkan, pada tahun 1917, entah dalam suatu momen apa, seorang Habib dari Singapura mendatangi H. Muhammad dan berpesan agar mendidik Mu’allim Yunus serta menjaganya dengan baik.Kelak beliau akan menjadi Alim Ulama besar di masa mendatang.

Pendidikan dasarnya diperoleh di Madrasah Diniyah Unwanul Falah, Kwitang, Jakarta Pusat, yang didirikan oleh Habib Ali Al-habsyi (Habib Ali Kwitang). Beliau masuk ketika berumur 9 tahun dan mengikuti pendidikan di Unwanul Falah selama 6 tahun. Sehingga beliau pun dinyatakan lulus pada tahun 1932 M.

Lantaran karena keahlian beliau, tidaklah aneh bila pada waktu hampir seluruh acara keagamaan dan kemasyarakatan di wilayah Bukit Duri dapat selesaikan lewat keputusan beliau. Karena keahlian itulah beliau dipercaya untuk memangku jabatan Ketua Pengadilan Agama Jakarta Selatan, bahkan kemudian untuk lingkup Jakarta. Pada masa itu, posisi strategis Ketua Pengadilan Agama tidak diduduki oleh pejabat karier seperti saat ini, tapi dipercaya kepada seorang ulama yang memang diakui kedalaman ilmunya.

Sebelum Mu’allim Yunus, yang menjabat posisi itu adalah KH. Abdul Hamid. Saat beliau bertemu Mu’allim Yunus yang kemudian beliau dengar akan masuk dijajaran pengurus pengadilan agama pada waktu itu, spontan beliau mengatakan mulai minggu besok Mu’allim Yunus yang akan memimpin pengadilan agama ini. Di mata para ulama pada masanya, beliau juga memiliki kedudukan yang istimewa.

Guru Mansur Jembatan Lima, seorang ulama besar tempo dulu di Jakarta misalnya, pernah mewasiatkan, bila beliau wafat, hendaknya orang-orang yang biasa mengaji padanya melanjutkan pelajaran kepada Mu’allim Yunus. 

Bahkan KH. Abdullah Syafi’i pernah mengatakan bahwa gurunya Mu’allim Yunus adalah gurunya yang pertama kali, yang telah banyak membentuk dirinya, sebelum beliau mengenal dan berguru kepada guru lainnya. Selain Alim, sebagaimana para ulama jaman dahulu, beliau juga memiliki ke istimewaan dalam hal spiritual.

H. Yunus murid terdekatnya pernah bertanya kepadanya bagaimana gambaran tentang Lailatul Qodar. Saat ditanya hal itu Mu’allim Yunus sempat seperti tak dapat berkata, lantaran sulit menggambarkan keagungan malam itu. Selang beberapa saat beliau menjawab dan bercerita, pada suatu malam di bulan ramadhan, sepulangnya beliau dari masjid di tengah malam, sesampainya beliau di rumah beliau kaget menyaksikan keagungan malam itu, ternyata rumahnya menjadi terang benderang.

Dan beliau segera mengambil air wudhu menuju sumur dekat rumahnya, kemudian beliau kembali dikagetkan karena sumur yang biasanya di timba untuk mengambil airnya, di malam itu menjadi luber dan melimpah ruah. Hingga untuk mengambilnya beliau cukup mengambil dengan gayung. Rupanya malam itu beliau memperoleh anugerah Lailatul Qodar.

4.2 Kesabaran KH. Muhammad Yunus
Hampir semua masalah yang ada dihadapi beliau dengan penuh kesabaran, kesabaran beliau tidak mengenal waktu dan tempat. Kepada semua murid, maupun di tengah keluarganya. Maka dari itu dalam kondisi apapun beliau dapat tetap tampil sebagai seorang yang disegani, karena kesabaran beliau yang luar biasa tinggi.

Suatu ketika sepeda yang biasa dipakai di pengadilan agama hilang di curi orang. Sedikitpun tak keluar dari lisan beliau kata-kata keluhan apalagi celaan untuk orang yang mengambil sepedanya. Di tengah perjalanan pulang seseorang yang sering melihat beliau menaiki sepeda bertanya. Dengan ringan dbeliau menjawab ”Ada yang pinjam”.

Pada kisah lain, yang menceritakan tentang kesabaran beliau yaitu, kisah tersebut diawali dengan dua bulan beras jatah bulanan dari kantor tidak beliau ambil. Setelah lewat dua bulan, salah seorang karyawan lainnya mengatakan, “Mu’allim berasnya kok gak diambil-ambil, saya bawa pulang ke rumah ya.?” Mu’allim langsung mempersilahkannya.

Setelah beberapa hari istri Mu’allim mulai gusar dan emosinya meninggi, bahkan sampai marah-marah. “Belajar bisa marah sama orang, jatah beras dua bulan diambil diem aje!!!”

Mu’allim tetap tenang dan tidak melayani kemarahan sang istri, bahkan beliau menjawab “berarti itu bukan rizki kita,Insya Allah nanti ada gantinya.”

Tak berapa lama murid terdekat beliau datang. H. Yunus mendengar ada sedikit kegaduhan di rumah itu. Akhirnya si murid memberanikan diri untuk bertanya gerangan apa yang terjadi.

Istri Mu’allim menjawab ”Ni…guru lu, beras jatah dua bulan diambil, didiemin aje.”

Spontan sang murid berinisiatif menjawab,”O..beras yang itu ada di rumah saya, nanti saya ambilin” Bergegas H. Yunus berangkat ke pasar dan membeli dua karung beras, dan langsung diantarnya ke rumah Mu’allim Yunus.

Di dalam keluarga, Mu’allim juga mendidik anak-anaknya dengan penuh kesabaran. Salah seorang putra beliau, Ustadz Muhammad yang saat ini meneruskan jejak dakwah beliau mengatakan, ”Abah saya tidak pernah ada marahnya sama sekali kepada anak-anaknya, bertolak belakang dengan ibu yang amat tegas,” Ujar beliau.

Di samping sabar, beliau juga sosok orang tua yang sangat perhatian dengan keluarga besarnya. Sering kali beliau membeli makan dalam jumlah yang agak banyak untuk kemudian di bagikan kepada kerabatnya yang tinggal di Bukit Duri. Meski sudah menjadi sosok yang sangat dihormati saat itu, namun beliau tidak segan-segan untuk menghampiri rumah kerabatnya satu persatu, begitu pula bila menjelang lebaran, hampir semua kerabatnya mendapat hadiah dari beliau berupa sarung, baju atau bingkisan lainya. Padahal beliau sendiri bukan orang yang berlebih, melainkan orang yang hidup dengan penuh kesederhanaan.

Saat tekanan penjajah Belanda sedang keras-kerasnya di wilayah Bukit Duri dan sekitarnya, seluruh Ulama yang berdiam di sana sempat angkat kaki dari wilayah itu, dan pindah ke kampung lain. Tapi tak demikian halnya dengan Mu’allim Yunus, beliau tetap bersabar menetap di rumahnya, meskipun sempat ada suara-suara miring tentang diri beliau karena pilihannya yang tetap untuk tidak pindah.

Rupanya hal itu dikarenakan perhatiannya yang sangat mendalam terhadap masyarakat yang masih tetap tinggal di sana. Kata beliau pada waktu itu, “kalau saya ikut pindah juga, lalu kalau di sini ada yang berzina karena tidak ada yang menikahkan atau tidak ada yang mengajarkan akhlak kepada mereka, bagaimana?”

4.3 Menjelang Wafat KH. Muhammad Yunus
Menjelang wafatnya, Mu’allim Yunus sedang sakit keras, mengatakan kepada keluarganya bahwa beliau ingin bertemu dengan Habib Abdurahman As-segaf, atau yang biasa disapa Al-Walid. Sebelum keluarganya menyampaikan pesan itu, rupanya hubungan bathin di antara keduanya telah membawa langkah kaki Al-Walid untuk segera menemuinya, seakan-akan Al-Walid telah mendengar pesan dari Mu’allim Yunus.

Sesampainya di kamar Mu’allim Yunus, keduanya berbicang-bincang empat mata. Kemudian tak lama Al- Walid keluar dari kamar dan mengatakan kepada keluarganya agar segera mempersiapkan segala sesuatunya, karena waktunya sudah tidak lama lagi.

Jum’at dini harinya, sekitar pukul tiga malam. Beliau mengatakan kepada H. Yunus agar menyampaikan pesan kepada muridnya KH. Abdullah Syafi’i, supaya bersedia menjadi imam dalam Sholat Jenazah bagi diri beliau. Untuk menyampaikan amanah itu, H. Yunus agak ragu, karena sudah ramai berita yang mengatakan KH. Abdullah Syafi’i akan segera pergi menunaikan ibadah haji.

Maka tanpa menunda-nunda H.Yunus segera mendatangi rumah KH. Abdullah Syafi’i dan menyampaikan pesan Mu’allim Yunus. KH. Abdullah Syafi’i menerima pesan itu sebagai isyarat bahwa wafatnya Mu’allim Yunus memang sudah sangat dekat, oleh karenanya beliaupun tak ragu menunda keberangkatannya.

Dengan tegas KH. Abdullah Syafi’i menjawab “ ya, Insya Allah bisa”. Kabar tentang akan wafatnya Mu’allim Yunus sudah menyebar kemana-mana sehingga Jum’at pagi itu rumahnya dipenuhi orang banyak.

Hampir semua Ulama besar di Jakarta berkumpul di rumah Mu’allim Yunus, mendampinginya dengan mengaji dan membacakan surah Yasin dan yang lainnya saat itu, Al-Walid tidak tampak di tengah-tengah mereka dan Mu’allim Yunus pun sudah tidak dapat berkata apa-apa.

Ketika waktunya hampir dekat Al-Walid tiba-tiba datang dan memberikan aba-aba untuk seluruh yang hadir agar bersama-sama membacakan Tahlil dengan dipimpin oleh Al-Walid sendiri. Anehnya Mu’allim Yunus, yang sedari tadi tidak dapat berkata apa-apa, seketika ikut bertahlil bersama dengan suara yang cukup jelas terdengar.

Tidak lama, setelah kalimat Tahlil di baca berulang-ulang secara bersama-sama sekitar lima menit, Mu’allim Yunus pun menghembuskan nafasnya yang terakhir selasa sore 30 Dzulqa’idah 1415 H / 30 Mei 1995, pukul 16.00 WIB, Mu’allim penyejuk hati umat ini kembali keharibaan Illahi. Beliau dimakamkan di samping mihrab masjid Al-Makmur (Jl. KH. Abdullah Syafi’i), Tebet, Jakarta Selatan. Di kompleks tersebut dimakamkan pula seorang Habib yang sangat dihormati, yakni Al-Habib Abdurrahman bin Ahmad bin Abdul Qadir Assegaf (pendiri Tsaqafah Islamiyah Bukit Duri).

5. Keteladanan KH. Muhammad Yunus

KH. Muhammad Yunus atau yang lebih di kenal dengan sebutan Mu’allim Yunus adalah seorang Alim Ulama di daerah Bukit Duri Tebet Jakarta Selatan. Beliau cukup dikenal karena keahlian beliau, tidaklah aneh bila pada waktu hampir seluruh acara keagamaan dan kemasyarakatan di wilayah Bukit Duri dapat selesaikan lewat keputusan beliau. Karena keahlian itulah beliau dipercaya untuk memangku jabatan Ketua Pengadilan Agama Jakarta Selatan, bahkan kemudian untuk lingkup Jakarta. Pada masa itu, posisi strategis Ketua Pengadilan Agama tidak diduduki oleh pejabat karier seperti saat ini, tapi dipercaya kepada seorang ulama yang memang diakui kedalaman ilmunya.

Hampir semua masalah yang ada dihadapi beliau dengan penuh kesabaran, kesabaran beliau tidak mengenal waktu dan tempat. Kepada semua murid, maupun di tengah keluarganya. Maka dari itu dalam kondisi apapun beliau dapat tetap tampil sebagai seorang yang disegani, karena kesabaran beliau yang luar biasa tinggi.

Di samping sabar, beliau juga sosok orang tua yang sangat perhatian dengan keluarga besarnya. Sering kali beliau membeli makan dalam jumlah yang agak banyak untuk kemudian di bagikan kepada kerabatnya yang tinggal di Bukit Duri. Meski sudah menjadi sosok yang sangat dihormati saat itu, namun beliau tidak segan-segan untuk menghampiri rumah kerabatnya satu persatu, begitu pula bila menjelang lebaran, hampir semua kerabatnya mendapat hadiah dari beliau berupa sarung, baju atau bingkisan lainya. Padahal beliau sendiri bukan orang yang berlebih, melainkan orang yang hidup dengan penuh kesederhanaan.

6. Referensi

Diambil dari berbagai sumber

7. Chart Silsilah Sanad

Berikut ini chart silsilah sanad guru KH. Muhammad Yunus (Mu’allim Yunus) dapat dilihat DI SINI.

Semoga Beliau mendapatkan Tempat yang Mulia Disisi NYA. Aamiin.
Lahul Al Fatihah

Catatan : Tulisan ini terbit pertama kali pada tanggal 26 juni 2016
Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan revisi di beberapa bagian.
Editor  : Achmad Susanto

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya