Waktu dan Petunjuk Lengkap Shalat Isya

 
Waktu dan Petunjuk Lengkap Shalat Isya
Sumber Gambar: Foto Masjid Pogung Dalangan / Unspalsh (ilustrasi foto)

Laduni.ID, Jakarta - Shalat Isya adalah salah satu dari shalat wajib lima waktu yang apabila ditinggalkan kita akan berdosa. Shalat Isya berjumlah empat raka'at. Diantara shalat lima waktu yang lain, shalat Isya memiliki waktu pelaksanaan yang paling panjang yaitu dimulai dari hilangnya awan merah (selesai waktu shalat Maghrib) hingga waktu terbitnya fajar shodiq sebagai pertanda masuknya shalat subuh. Syekh Salim Ibn Sumair Al-Hadromi menjelaskan prihal waktu shalat Isya dalam kitab Safinatun Najah

أَوَّلُ وَقْتِ العِشَاءِ: غُرُوْبُ الشَّفَقِ الأَحْمَرِ. وَآخِرُهُ طُلُوْعُ الْفَجْرِ الصَّادِقِ

"Awal waktu Isya adalah hilangnya mega merah dan akhir waktunya adalah munculnya fajar shodiq"

Kemudian oleh Syekh Nawawi Al-Bantani dalam kitab Kasyifatus Saja diberikan rincian terkait waktu-waktu shalat Isya menjadi 7 waktu, diantaranya sebagai berikut:

(وأول وقت العشاء غروب الشفق الأحمر وآخره طلوع الفجر الصادق) وهو المنتشر ضوؤه معترضاً بالأفق وهو بضمتين نواحي السماء من جهة المشرق، وخرج بالصادق الكاذب وهو يطلع مستطيلاً جهة السماء كذنب السرحان وهو الذئب ثم تعقبه ظلمة غالباً ثم يطلع الفجر الصادق مستطيلاً أي منتشراً ولها سبعة أوقات: وقت فضيلة وهو بمقدار ما يسع الصلاة وما يتعلق بها، ووقت اختيار إلى تمام ثلث الليل الأول، ووقت جواز بلا كراهة إلى الفجر الكاذب، ووقت جواز بكراهة وهو ما بعد الفجر الأول حتى يبقى من الوقت ما يسعها، ثم وقت حرمة إذا لم يسعها، ووقت ضرورة وهو وقت زوال الموانع والباقي قدر التكبيرة فأكثر، ووقت عذر وهو وقت المغرب لمن يجمع جمع تقديم.

(Awal waktu sholat Isya adalah saat hilangnya awan merah. Akhir waktunya adalah saat terbitnya fajar shodik).Fajar shodik adalah fajar yang sinarnya melintang horizontal di ufuk timur. Lafadz "الافق" dengan dhommah pada huruf fa (ف) dan qof (ق) berarti sisi-sisi langit dari arah timur. Mengecualikan dengan batasan fajar shodik adalah fajar kadzib, yaitu fajar yang sinarnya memanjang vertikal di ufuk timur, seperti ekor serigala, yang kemudian pada umumnya disusul dengan kegelapan. Setelah fajar kadzib hilang, beberapa saat kemudian baru disusul dengan munculnya fajar shodik yang memanjang vertikal atau menyebar sinarnya.

Baca Juga: Alasan Shalat Harus Menghadap Kiblat

Pertama adalah waktu fadhilah, yaitu seukuran waktu yang cukup untuk melaksanakan sholat dan persiapan-persiapannya (bersuci dan lain-lain, seperti yang telah disebutkan).
Kedua adalah waktu ikhtiar, yaitu bermula dari awal waktu sampai sempurnanya 1/3 malam yang pertama.
Ketiga adalah waktu jawaz yang tidak dimakruhkan, yaitu bermula dari awal waktu sampai fajar kadzib.
Keempat adalah waktu jawaz yang dimakruhkan, yaitu bermula dari awal waktu sampai setelah fajar shodik yang pertama (yang sinarnya vertikal) hingga waktu yang cukup untuk melakukan sholat.
Kelima adalah waktu haram, yaitu ketika waktu sudah tidak lagi cukup untuk melaksanakan sholat.
Keenam adalah waktu dhorurot, yaitu akhir waktu setelah hilangnya mawani dimana sisa waktunya masih cukup untuk takbiratul ihram dan lainnya (bersuci dan satu rakaat).
Ketujuh adalah waktu udzur, yaitu waktu Maghrib bagi orang yang menjama takdim.

Dalam sebuah hadits dari sahabat Anas bin Malik RA yang diriwayatkan Imam Bukhari bahwa Rasulullah SAW pernah melaksanakan shalat Isya pada pertengahan malam.

حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحِيمِ الْمُحَارِبِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا زَائِدَةُ عَنْ حُمَيْدٍ الطَّوِيلِ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ أَخَّرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاةَ الْعِشَاءِ إِلَى نِصْفِ اللَّيْلِ ثُمَّ صَلَّى ثُمَّ قَالَ قَدْ صَلَّى النَّاسُ وَنَامُوا أَمَا إِنَّكُمْ فِي صَلَاةٍ مَا انْتَظَرْتُمُوهَا وَزَادَ ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ أَخْبَرَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ حَدَّثَنِي حُمَيْدٌ سَمِعَ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ قَالَ كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَى وَبِيصِ خَاتَمِهِ لَيْلَتَئِذٍ

"Telah menceritakan kepada kami 'Abdurrahim Al Muharibi berkata, telah menceritakan kepada kami Zaidah dari Humaid Ath Thawil dari Anas bin Malik berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah mengakhirkan shalat 'Isya hingga pertengahan malam, setelah melaksanakan shalat beliau bersabda: Manusia semuanya sudah selesai shalat lalu mereka tidur. Dan kalian akan senantiasa dalam hitungan shalat selama kalian menunggu pelaksanaannya. Ibnu Abu Maryam menambahkan: telah mengabarkan kepada kami Yahya bin Ayyub telah menceritakan kepadaku Humaid dia mendengar Anas bin Malik berkata: Pada malam itu aku seolah melihat cahaya cincin Beliau"

Baca Juga: Syarat dan Rukun Shalat yang Wajib Diketahui

Berikut adalah petunjuk lengkap pelaksanaan shalat Isya

1. Niat
Berikut lafadz niat shalat Isya:

Niat shalat Isya munfarid (sendiri)

أُصَلِّ فَرْضَ العِشَاءِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لِلهِ تَعَالَى

"Saya melakukan shalat fardhu isya’ sebanyak empat rakaat dengan menghadap kiblat, pada waktunya karena Allah Ta’ala"

Niat shalat Isya berjama'ah

أُصَلِّى فَرْضَ العِشَاء ِأَرْبَعَ رَكَعاَتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً (مَأْمُوْمًا/إِمَامًا) لله تَعَالَى

"Saya melakukan shalat fardhu isya’ sebanyak empat rakaat dengan menghadap kiblat, pada waktunya (menjadi makmum/imam) karena Allah Ta’ala"

Baca Juga: Panjang Bacaan Takbiratul Ihrom dalam Shalat

2. Takbiratul Ihram
Takbiratul Ihram memiliki arti pernyataan takbir yang menjadi penanda pengharaman kita untuk berbuat apapun di luar gerakan dan bacaan shalat.

Berikut bacaan Takbiratul Ihram

أللهُ أَكْبَرْ

"Allah Maha Besar"

Membaca bacaan takbir dianjurkan tidak terlalu keras dan cukup didengar oleh telinga kita sendiri, kecuali bagi Imam shalat berjama'ah dianjurkan untuk mengeraskan suara agar terdengar oleh makmum di belakangnya.

3. Membaca Do'a Iftitah
Doa iftitah berarti doa pembuka yang dibaca sebelum membaca surat Al-Fatihah. Adapun hukum membaca doa iftitah ini adalah sunnah. Berikut lafadz do'a iftitah

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا إِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ عَلَى مِلَّةِ إِبْرَاهِيْمَ حَنِيْفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ إِنَّ صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ

"Allah Maha Besar dengan sebesar-besarnya. Segala puji yang sebanyak-banyaknya bagi Allah. Maha Suci Allah pada pagi dan petang hari. Aku menghadapkan wajahku kepada Tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi dengan segenap kepatuhan dan kepasrahan diri, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang menyekutukan-Nya. Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah kepunyaan Allah, Tuhan semesta alam, yang tiada satu pun sekutu bagi-Nya. Dengan semua itulah aku diperintahkan dan aku adalah termasuk orang-orang yang berserah diri (muslim)"

Membaca do'a iftitah dilantunkan secara pelan yang hanya terdengar oleh telinga kita sendiri.

Baca Juga: Bacaan Do'a Iftitah dan Syarat Kesunnahannya

4. Membaca surat Al-Fatihah
Membaca surat Al-Fatihah adalah di antara rukun shalat. Hukum membaca surat Al-Fatihah adalah wajib, sehingga bila tidak membacanya, maka shalat menjadi tidak sah atau batal.

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ . الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ . الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم . مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ . إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ . اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ . صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

"Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang. Segala puji bagi Allah, tuhan seluruh alam, yang maha pengasih, maha penyayang, pemilik hari pembalasan. Hanya kepada engkaulah kami menyembah dan hanya kepada engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus (yaitu) jalan orang-orang yang telah engkau beri nikmat kepadanya, bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat"

Apabila menjadi imam berjamaah, maka surat Al-Fatihah dibaca secara Jahr (keras) sehingga terdengar oleh makmum di belakangnya. Bila shalat sendiri, maka cukup dibaca pelan hingga hanya telinga kita yang mendengar.

5. Membaca Surat dalam Al-Qur'an
Hukum membaca surat dalam Al-qur'an setelah membaca surat Al-Fatihah hukumnya sunnah. Tidak ada ketentuan khusus dalam memilih surat, dipersilakan untuk memilih surat apa saja mau surat pendek, sedang, atau panjang. Namun apabila berjamaah dan menjadi imam, hendaknya membaca suratnya dengan memperhatikan kemampuan, kondisi dan ketersediaan waktu bagi jamaahnya. Apabila menjadi imam berjamaah, maka surat dibaca secara Jahr (keras) sehingga terdengar oleh makmum di belakangnya. Bila shalat sendiri, maka cukup dibaca pelan hingga hanya telinga kita yang mendengar.

6. Rukuk
Ruku' adalah posisi tubuh membentuk sudut siku 90 derajat dengan tangan bertumpu pada dengkul. Berikut lafadz bacaan rukuk

سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ

"Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung dan Maha Suci dengan segala puji kepada-Nya"

Adapun bacaan rukuk dibaca sebanyak 3x dan dibaca pelan sehingga hanya terdengar oleh telinga kita saja.

7. I'tidal
I’tidal adalah gerakan kembali setelah posisi rukuk kemudian mengangkat kedua tangan bersamaan dengan dan membaca do'a

سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ

"Allah maha mendengar terhadap orang yang memujinya"

Kemudian berdiri tegak dan membaca do'a

رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ

"Ya Allah tuhan kami, bagimu segala puji sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh sesuatu yang engkau kehendaki setelahnya"

Adapun bacaan i'tidal dibaca pelan sehingga hanya terdengar oleh telinga kita saja.

8. Sujud
Posisi sujud sebagaimana yang telah diatur yaitu meletakan tujuh anggota tubuh yang menjadi bagian sujud ke tempat sujud sambil membaca do'a sujud

سُبْحَانَ رَبِّيَ الأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ

"Maha Suci Tuhanku Yang Maha Luhur dan dengan memuji-Nya"

Adapun bacaan rukuk dibaca sebanyak 3x dan dibaca pelan sehingga hanya terdengar oleh telinga kita saja.

Baca Juga: Penjelasan Syarat Sujud dalam Shalat dan Hukumnya

9. Duduk di antara Dua Sujud
Posisi duduknya adalah tubuh tegak di mana jari kaki kiri lurus ke belakang (tidak menghadap ke kiblat) dan jari kaki kanan menghadap ke kiblat, sementara pantat bagian kiri bertumpu pada tumit kaki kiri. Posisi jari tangan memegangi dengkul. Posisi duduk seperti ini disebut duduk iftirasy. Perubahan posisi dari sujud ke posisi duduk di antara dua sujud diawali dengan mengucapkan takbir. Adapun do'a duduk di anatara dua sujud sebagai berikut:

رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَاجْبُرْنِيْ وَارْفَعْنِيْ وَارْزُقْنِيْ وَاهْدِنِيْ وَعَافِنِيْ وَاعْفُ عَنِّيْ

"Ya Tuhanku, ampunilah aku, kasihanilah aku, benarkanlah aku, angkatlah derajatku, karuniakanlah aku rezeki, sehatkanlah aku, dan maafkanlah aku"

10. Sujud
Posisi sujud dan bacaannya sama dengan sujud pada tahap ke-8. Perubahan posisi dari duduk di antara dua sujud ke posisi sujud diawali dengan mengucapkan takbir.

11. Bangun Berdiri Tegak
Setelah melakukan sujud kedua kemudian bangun dan berdiri tegak kembali dengan dibarengi bacaan takbir untuk melanjutkan raka'at berikutnya (kedua). 

12. Mengulangi Gerakan Seperti Poin 4 s/d 10
Setelah berdiri tegak untuk raka'at berikutnya (kedua), lakukan gerakan dan bacaan sebagaimana pada poin 4 s/d 10

13. Duduk Tasyahud Awal pada Raka'at Kedua
Posisi duduk tasyahud awal dilakukan setelah melakukan sujud kedua pada raka'at kedua. Posisi duduk tetap bertahan seperti duduk di antara dua sujud dengan membaca bacaan sebagai berikut:

اَلتَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ ِللهِ. اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهدُ اَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ 

"Segala ucapan selamat, keberkahan, shalawat, dan kebaikan adalah bagi Allah. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan kepadamu wahai Nabi beserta rahmat Allah dan barakah-Nya. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan pula kepada kami dan kepada seluruh hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah utusan Allah. Ya Allah aku sampai shalawat kepada junjungan kita Nabi Muhammad” 

Pada waktu bacaan telah sampai pada "Asyhadu", maka disunnahkan jari telunjuk kanan kita terbuka dan menunjuk tegak ke depan.

14. Bangun Berdiri Tegak Kembali
Setelah melakukan duduk tasyahud awal kemudian bangun dan berdiri tegak kembali dengan dibarengi bacaan takbir untuk melanjutkan raka'at berikutnya (ketiga).

15. Mengulangi Gerakan Seperti Poin 4, 6, 7, 8, 9, dan 10
Setelah berdiri tegak untuk raka'at berikutnya (ketiga), lakukan gerakan dan bacaan sebagaimana pada poin 4, 6, 7, 8, 9, dan 10. Pada raka'at ketiga tidak dianjurkan untuk membaca surat dal Al-Qur'an (poin 5) setelah membaca surat Al-Fatihah.

16. Bangun Berdiri Tegak Kembali
Setelah melakukan sujud kedua pada raka'at ketiga kemudian bangun dan berdiri tegak kembali dengan dibarengi bacaan takbir untuk melanjutkan raka'at berikutnya (keempat)

17. Mengulangi Gerakan Seperti Poin 4, 6, 7, 8, 9, dan 10
Setelah berdiri tegak untuk raka'at berikutnya (keempat), lakukan gerakan dan bacaan sebagaimana pada poin 4, 6, 7, 8, 9, dan 10. Pada raka'at keempat tidak dianjurkan untuk membaca surat dal Al-Qur'an (poin 5) setelah membaca surat Al-Fatihah sama halnya dengan raka'at ketiga.

Baca Juga: Hukum Membaca Al-Fatihah dalam Satu Tarikan Nafas Ketika Shalat

18. Duduk Tasyahud Akhir pada Raka'at Keempat
Posisi duduknya hampir mirip seperti duduk pada Tasyahud Awal, namun posisi pantat kiri bertumpu ke lantai, sementara pergelangan kaki kiri berada di antara dengkul dan ujung jari kaki kanan. Duduk semacam ini disebut dengan posisi duduk Tawaruk. Posisi duduk tasyahud akhir dilakukan setelah melakukan sujud kedua pada raka'at keempat. Posisi duduk tetap bertahan seperti duduk di antara dua sujud dengan membaca bacaan sebagai berikut:

اَلتَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ ِللهِ. اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهدُ اَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّد كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمِ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمِ. وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كََمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمِ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمِ فِى الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

"Segala ucapan selamat, keberkahan, shalawat, dan kebaikan adalah bagi Allah. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan kepadamu wahai Nabi beserta rahmat Allah dan barakah-Nya. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan pula kepada kami dan kepada seluruh hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah utusan Allah. Ya Allah aku sampai shalawat kepada junjungan kita Nabi Muhammad, serta kepada keluarganya. Sebagaimana Engkau sampaikan shalawat kepada Nabi Ibrahim As., serta kepada para keluarganya. Dan, berikanlah keberkahan kepada junjungan kita Nabi Muhammad, serta kepada keluarga. Sebagaimana, Engkau telah berkahi kepada junjungan kita Nabi Ibrahim, serta keberkahan yang dilimpahkan kepada keluarga Nabi Ibrahim. Di seluruh alam raya ini, Engkaulah Yang Maha Terpuji lagi Maha Mulia"

Pada waktu bacaan telah sampai pada "Asyhadu", maka disunnahkan jari telunjuk kanan kita terbuka dan menunjuk tegak ke depan.

19. Mengucapkan Salam
Gerakan mengucapkan salam adalah dengan posisi tubuh dan duduk seperti pada poin ke-18, sementara jari telunjuk kanan kembali menutup. Selanjutnya kepala menoleh ke arah kanan sambil mengucapkan salam dianjurkan agar pipi terlihat jelas dari belakang, dilanjutkan dengan kepala menoleh ke kiri sambil mengucapkan salam.

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ 

"Semoga keselamatan dan rahmat Allah dilimpahkan kepadamu"

Selain bacaan salam di atas, ada juga ulama yang menganjurkan membaca do'a saat kepala menengok ke kanan dan ke kiri. Pada saat salam kepala menengok ke sebelah kanan, setelah mengucapkan kalimat salam seperti di atas disunnahkan mengucap do'a berikut:

اِنِّىْ اَسْأَلُكَ فَوْزًا بِالْجَنَّةِ

"Sesungguhnya saya meminta kepada Engkau kemenangan dengan Surga"

Pada saat kepala menengok ke sebelah kiri, setelah mengucapkan kalimat salam seperti di atas disunnahkan mengucap do'a berikut:

اِنِّىْ اَسْأَلُكَ نَجَةً مِنَ النَّارِ وَالْعَفْوَ عِنْدَ اْلحِسَابِ

"Sesungguhnya saya meminta kepada Engkau untuk selamatkan dari Api Neraka, dan Pengampunan di hari perhitungan amal"

Wallahu A'lam