Allah Telah Perintahkan Mengonsumsi yang Halalan Thoyyiban

 
Allah Telah Perintahkan Mengonsumsi yang Halalan Thoyyiban

Oleh GUS YAZID

LADUNI.ID, Jakarta - Beberapa minggu melihat tokoh nasional wafat karena kanker, saya jadi ingin mengkaji. Sebab konon menurut medis, kanker adalah berubahnya sel-sel tubuh yang mestinya menjadi penguat daya tahan tubuh manusia namun berubah sifat jadi pemberontak yang menggerogoti tubuh akibat pengaruh toksin (racun) yang masuk.

Toksin bisa diakibatkan makanan minuman yang diasup maupun udara kotor yang dihirup. Itu sebabnya Tuhan menyuruh kita agar selalu mengkonsumsi asupan makanan dan minuman yang "thoyyiban", yakni makanan minuman produk dari alam (bukan kimiawi buatan) yang bersih, sehat, higienis agar makanan yang diasup tidak merubah sel tubuh yang baik menjadi jahat (penyakit).

Allah SWT juga berpesan bahwa diatas prinsip "thoyyiban", ada prinsip "halalan" yang harus jadi prioritas utama. Sebab sesehat dan se-higienis apapun asupan makanan namun jika bersumber dari keharaman pasti akan jadi racun bagi tubuh. Itu sebabnya uang hasil korupsi, hasil riba, hasil mencuri maupun mengambil hak orang lain secara dholim pasti akan merubah sel tubuh jadi penyakit.

Namun ingat, bahwa sel sel tubuh manusia itu bekerja secara mandiri dan hanya tunduk pada Tuhannya. Bukan apa kata manusia yang jadi tuannya ataupun dokter yang merekayasa untuk menghilangkannya dengan kemoterapi. Sehingga sehebat manusia berusaha, namun jika Tuhan sudah berkehendak apa yang bisa dilakukan manusia? Bukankah Allah Yang Maha Kuasa?

Penyakit jahat seperti kanker memang tidak selalu jelmaan dari asupan makanan yang haram, karena hakikat semua penyakit adalah kehendak Tuhan. Maka jangan mudah menghakimi orang yang sakit sebagai azab, meski makanan haram, baik haram ainiyahnya (barangnya) maupun haram sumbernya pasti akan menjadi penyakit bagi manusia.

Maka menghindari penyakit -menurut ulama salaf- bukan sekedar dengan menjauhi makanan haram maupun menjauhi mencari rejeki dari pekerjaan haram. Tapi juga membersihkan makanan halal yang dihasilkan dengan zakat, infaq dan sedekah.

Zakat adalah kewajiban uluhiyah untuk melunasi hutang nikmat yang Allah berikan pada manusia. Baik nikmat makanan yang dimakan dengan zakat fitrah (beras) maupun nikmat penghasilan dengan zakat Maal (zakat profesi). Manakala infaq atau nafkah adalah kewajiban ijtima'iyah (sosial) untuk melunasi hutang kemanusiaan pada mereka yang jadi wasilah keberhasilan dan kesuksesan dunia.

Jangan aneh jika Rasulullah mengatakan bahwa sebaik-baik nafkah adalah kepada keluarga. Entah kepada istri yang selalu melayani siang malam, orang tua yang selalu mendoakan, anak-anak yang selalu menguatkan. Atau juga fakir miskin yang jadi wasilah kesuksesan dan anak anak yatim yang selalu mendatangkan keberkahan.

Sehatkan juga tubuh dengan memperbanyak amal jariyah, sedekah dan memberi makan pada orang.  Sebab menurut survey internal yang dilakukan secara terstruktur dan massif, kyai NU dan warga NU itu walaupun mayoritas ahli hisab (rokok) karena sunni (nyusu geni) yang konon membunuh itu, rata rata tetap sehat dan panjang umur karena warga NU itu ahli sedekah, gemar tahlilan dan selamatan.

Jangankan kegembiraan menjelang puasa atau berakhir puasa dengan selamatan megengan dan maleman serta lebaran. Wong ketika mendapat musihab kematian saja warga NU tetap sedekah dengan selamatan bagi bagi berkat kok. Karena tahlil dan selamatan adalah tradisi warga Nusantara.

Pak Harto yang Muhammadiyah saja tahlilan ketika Bu Tin wafat. Apalagi pak SBY yang MuhammadiNU. Maka, sudahkah anda berzakat, berinfaq ataupun selamatan sampai hari ini?

Wa akhiron. Semoga pak SBY diberi ketabahan dan bu Ani Yudhoyono mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT. Amin

Salam maleman Islam Nusantara