Nasihat untuk Menyiapkan Diri Menjadi Perempuan Inspiratif

 
Nasihat untuk Menyiapkan Diri Menjadi Perempuan Inspiratif
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - "Wong wedok kui kudu ngalim dewe, ojo dadi Bu Nyai Mudhof ilaih, surgo nunut neroko katut," (Seorang perempuan itu harus alim, jangan jadi Bu Nyai Mudhof ilaih, surga ikut neraka ikut).

Berharap para perempuan, terutama kepada segenap adikku, anak-anakku serta anak-anak didikku, agar menyadari pentingnya belajar. Terutama bagi kita, yang nantinya akan menjadi istri, menjadi ibu dan menjadi menantu. Tak perlu terburu-buru mengejar jodoh di usia belajar.

Menikah terlalu muda itu di samping menyalahi aturan hukum negara, juga pasti berat untuk anak-anak keturunan kita nantinya. Karena dunia semakin tak terkendali dan "edan" maka setiap ibu butuh bekal lebih banyak sebelum memasuki gerbang pernikahan.

Jangan coba-coba bandingkan diri kita dengan Sayyidah Aisyah yang menikah di usia 9 tahun. Harus disadari, hal ini karena kita adalah perempuan biasa yang tak memiliki keistimewaan apa-apa. Sehingga untuk menjadi ibu yang baik untuk anak-anak kita nantinya, kita perlu belajar dan berpengetahuan.

Cobalah tanyakan pada diri sendiri, sudah cukupkah bekal untuk membimbing anak-anak nanti dalam membaca Al-Quran, memahami fiqih keseharian dan membimbing mereka untuk menjadi manusia yang berguna untuk sesama dan diridhoi Allah SWT.

Selalu sedih jika melihat para perempuan muda yang sepertinya tampak tak memiliki gairah belajar. Berada di tengah lautan ilmu tapi tak menginginkan dengan sungguh-sungguh untuk menyerap lezatnya ilmu pengetahuan.

Lihatlah para santri yang menempuh perjalanan berkilo-kilo meter demi untuk mencecap kenikmatan ilmu dari tetesan pengetahuan para guru. Ini harus menjadi renungan yang menyadarkan. Tidakkah gairah belajar mereka menggerakkan hatimu untuk sekedar belajar dan berhasrat untuk menjadi orang yang berilmu? Dengan ilmu itulah kita akan mendapat manfaat dan limpahan berkah dari Allah SWT dalam menjalani kehidupan.

Sekali lagi,kita ini bukanlah Sayyidah Aisyah yang istimewa dan memiliki kecerdasan di atas rata rata. Karena kita perempuan biasa, kita perlu bersungguh-sungguh dalam belajar dan berguru. Kita perlu memahami pentingnya nyantri atau belajar ilmu, khususnya ilmu agama kepada para ulama. Karena itu, janganlah membandingkan usia Sayyidah Aisyah saat menikah dengan menjadikan rujukan usia untik menikah.

Kita ini adalah wanita biasa, karenanya belajarlah agar menjadi istimewa. Ngaji Ben Aji. Mengajilah agar mulia dengan ilmu.

Untuk semua perempuan di hatiku, semoga Allah menggerakkan hati kita untuk menyadari hakikat penciptaan kita di dunia. Jangan pernah melupakan bahwa setiap keluarga, khususnya kita yang menjadi bagian di dalamnya, adalah madrasah bagi anak-anak kita dan tentunya menjadi cermin keteladanan masyarakat. Jadi, sing jenenge madrasah iku, yo kudu iso ngaji. Ora cukup mung ayu. Artinya, bahwa sebagai madrasah, tentu meniscayakan kita harus bisa ngaji. Dan tidaklah cukup hanya perparas cantik tapi tak berilmu! []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 16 Juni 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Ny. Hj. Tutik N. Jannah

Editor: Hakim