Gus Baha dan Cara Mendidik Anak

 
Gus Baha dan Cara Mendidik Anak
Sumber Gambar: Istimewa/Iqra, Ilustrasi: laduni.ID

LADUNI.ID, Jakarta - Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa harta dan anak adalah fitnah, yakni ujian bagi manusia. Gus Baha menerangkan bahwa anak bukan sekadar amanah, tapi juga cerminan diri orang tua. Dalam satu kajian Gus Baha memberikan pandangan yang mungkin tidak lazim, "Ojo wani-wani karo anak, ndak kuwalat," (Jangan berani-berani terhadap anak, nanti celaka).

Pandangan ini membalik kebiasaan umum yang mengajarkan agar anak patuh kepada orang tua. Bagi Gus Baha, justru anak perlu dihormati, sebab hubungan orang tua dan anak tidak pernah terputus, bahkan hingga akhir hayat. Seorang anak tetap menjadi ahli waris dan tetap berhak atas wali dalam akad nikah, apapun keadaan hubungan mereka.

Anak, menurut Gus Baha, adalah penerus kalimat tauhid. Karena itu, beliau tak pernah memukul anaknya. "Bagaimana saya bisa memukul umat Nabi Muhammad yang kelak meneruskan Islam?" tuturnya.

Gus Baha juga menekankan pentingnya menjaga harga diri anak terhadap orang tuanya. Ia berusaha membuat anaknya bangga, bukan kecewa. Bahkan hal sederhana seperti menyediakan televisi di rumah bertujuan agar anak tidak merasa lebih nyaman di rumah tetangga hanya untuk menonton.

Dalam hal uang saku, Gus Baha memilih memberi lebih kepada anaknya agar anak bisa berbagi rezeki dengan para penjual jajanan di sekolah, walau jajanan itu mungkin tidak selalu dimakan. Menurut beliau, rezeki yang tampak mubazir tetap menjadi rezeki untuk makhluk lain seperti semut dan cacing.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN