Dalil Keutamaan Shalat Tahiyatul Masjid

 
Dalil Keutamaan Shalat Tahiyatul Masjid
Sumber Gambar: Foto Orest Sv / Pexels (ilustrasi foto)

Laduni.ID, Jakarta - Islam sebagai agama rahmat menitik beratkan inti sari ajarannya kepada penyempurnaan akhlak dan budi pekerti. Begitupun Rasulullah SAW diutus ke muka bumi oleh Allah SWT tidak lain dan tidak bukan sebagai penyempurna akhlak manusia. Dalam setiap aktifitas, kita diatur oleh norma yang melingkupi akhlak, etika, adab dan tata krama yang bukan hanya berlaku terhadap sesama manusia saja, melainkan berlaku kepaa seluruh alam.

Sebagai Rumah Allah dan tempat ibadah umat Islam, Masjid merupakan tempat yang mulia bagi umat Islam. Maka ketika hendak masuk ke Masjid, kita dianjurkan untuk menjaga etika dan akhlak kita seperti membaca doa, harus dalam kondisi suci, memakai pakaian yang bersih dan suci, serta memperbanyak amal saleh dan ibadah selama di dalamnya.

Dalil Shalat Tahiyyatul Masjid
Salah satu amal ibadah yang disunahkan ketika masuk Masjid adalah melaksanakan shalat Tahiyyatul Masjid. Secara bahasa tahiyyatul masjid (تحية المسجد) artinya menghormati masjid. Dalam istilah syariah, tahiyyatul masjid adalah shalat sunah dua rakaat yang dilakukan ketika seorang muslim pertama kali memasuki masjid dan belum duduk. Dalil kesunahan shalat tahiyyatul masjid adalah hadits Rasulullah SAW dari Abu Qatadah RA yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim sebagai berikut:

إذا دخل أحدكم المسجد فليكع ركعتين قبل أن يجلس

"Jika salah seorang dari kalian masuk masjid, hendaklah shalat dua rakaat sebelum duduk"

Imam Nawawi memberikan komentar terhadap hadits tersebut dalam kitabnya Al-Majmu' Syarah Al-Muhadzab sebagai berikut:

أجمع العلماء على استحباب تحية المسجد ، ويكره أن يجلس من غير تحية بلا عذر؛ لحديث أبي قتادة المصرح بالنهي

"Ulama sepakat (ijmak) atas sunahnya shalat tahiyatul masjid dan makruh(langsung) duduk (di masjid) tanpa shalat tahiyat tanpa ada udzur berdasarkan hadis dari Ibnu Qatadah di atas"

Baca Juga: Keutamaan Melaksanakan Shalat Dhuha

Dalam kitab Fathul Bari Syarah Sahih Bukhari Ibnu Hajar Asqolani menyatakan berikut

وَاتَّفَقَ أَئِمَّة الْفَتْوَى عَلَى أَنَّ الْأَمْر فِي ذَلِكَ لِلنَّدْبِ, وَنَقَلَ اِبْن بَطَّالٍ عَنْ أَهْل الظَّاهِر الْوُجُوب, وَاَلَّذِي صَرَّحَ بِهِ اِبْن حَزْم عَدَمه

"Para ulama imam fatwa sepakat bahwa perintah dalam hadis di atas maksudnya adalah sunah. (Namun) Ibnu Battal mengutip dari ulama Zhahiri berpendapat wajib. Ibnu Hazm menjelaskan tidak wajib".

Kesunahan shalat tahiyyatul masjid akan tetap di dapatkan meskipun kita masuk masjid berulang-ulang dengan syarat selama kita belum duduk. Hal ini sebagaimana menurut Syekh Zainuddin Al-Malibari dalam kitabnya Fathul Mu'in berikut ini:

ويسن ركعتا تحية لداخل مسجد وإن تكرر دخوله أو لم يرد الجلوس

"Disunahkan shalat tahiyatul masjid bagi orang yang masuk masjid, meskipun masuknya berulang-ulang selama belum duduk"

Ketika kita masuk masjid dan langsung duduk kemudian melaksanakan shalat tahiyyatul masjid, maka hilanglah pahala kesunahannya meskipun waktu duduk kita sangatlah singkat dengan syarat bukan karena lupa atau tidak tahu. Syekh Zainuddin Al-Malibari menambahkan keterangannya sebagai berikut:

وتفوت التحية بالجلوس الطويل وكذا القصير إن لم يسه أو يجهل

"Kesunahan tahiyatul masjid hilang karena duduk lama ataupun sebentar dengan syarat duduknya bukan karena lupa atau tidak tahu"

Baca Juga: Petunjuk Lengkap Pelaksanaan Shalat Tahiyyatul Masjid

Tata Cara Shalat Tahiyyatul Masjid
Tatacara shalat tahiyatul masjid tidak berbeda dengan shalat sunah yang lain sebagai berikut:
- Terdiri dari dua raka'at dan satu kali salam.
- Raka'at pertama membaca Al-Fatihah (wajib) dan membaca Surah Al-Kafirun (sunnah).
- Raka'at kedua membaca Al-Fatihah (wajib) dan membaca Surah Al-Ikhlas (sunnah).
- Diakhiri dengan tahiyat (tasyahud) dan salam

Waktu Pelaksanaan Shalat Tahiyyatul Masjid
Shalat tahiyyatul masjid dilaksanakan setiap seseorang memasuki masjid dan sebelum duduk dan sunnah dilakukan di semua waktu termasuk waktu yang dimakruhkan untuk sholat sunah. Imam Nawawi berkata dalam kitab Minhajut Thalibin sebagai berikut:

وتكره الصلاة عند الاستواء إلا يوم الجمعة، وبعد الصبح حتى ترتفع الشمس كرمح، والعصر حتى تغرب إلا لسبب، كفائتة، وكسوف، وتحية، وسجدة شكر وإلا في حرم مكة على الصحيح

"Makruh hukumnya shalat (sunah) ketika istiwa' (matahari tepat di atas kepala) kecuali hari Jum'at, setelah subuh sampai matahari naik sekitar satu tombak, setelah Ashar sampai terbenam matahari kecuali karena sebab seperti ketinggalan shalatshalat kusuf (gerhana matahari), tahiyyatul masjid, sujud syukur dan juga kecuali shalat di masjidil haram Makkah menurut pendapat yang sahih"

Shalat Tahiyyatul Masjid Saat Adzan Berkumandang
Apabila saat memasuki masjid adzan sedang berkumandang, maka sebaiknya berdiri dulu menunggu selesainya adzan. Setelah adzan selesai dan selesai doa adzan, maka baru dilakukan shalat tahiyyatul masjid. Hal ini berdasarkan hadis sahih riwayat Imam Bukhari dari Abdullah bin Amr bin Ash Rasulullah SAW bersabda:

إِذَا سَمِعْتُمْ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا ثُمَّ سَلُوا اللَّهَ لِي الْوَسِيلَةَ فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِي الْجَنَّةِ لَا تَنْبَغِي إِلَّا لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ فَمَنْ سَأَلَ لِي الْوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ

"Apabila kalian mendengar muadzin mengumandangkan adzan, maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkannya kemudian bacalah shalawat untukku, karena sesungguhnya orang yang membaca shalawat sekali untukku, maka Allah akan menganugerahkan sepuluh shalawat (rahmat) kepadanya, lalu mohonlah kepada Allah washilah (kedudukan yg tinggi) untukku. Karena washilah itu suatu kedudukan yang tinggi dalam surga, yang tak pantas kecuali bagi seseorang di antara hamba hamba Allah Ta'ala, dan aku berharap semoga akulah yg akan menempatinya. Barangsiapa yg memohonkan wasilah kepada Allah untukku, niscaya dia akan mendapat syafa'at"

Baca Juga: Dalil, Keutamaan dan Petunjuk Lengkap Shalat Rawatib

Shalat Tahiyyatul Masjid Saat Imam Jum'at Khutbah

جَاءَ سُلَيْكٌ الْغَطَفَانِيُّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ ، وَرَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ ، فَجَلَسَ ، فَقَالَ لَهُ : يَا سُلَيْكُ ، قُمْ فَارْكَعْ رَكْعَتَيْنِ ، وَتَجَوَّزْ فِيهِمَا، ثم قال: إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ ، وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ ، فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ ، وَلْيَتَجَوَّزْ فِيهِمَا

"Sulaik al-Ghathafani datang pada hari Jum’at, sementara Rasulullah SAW sedang berkhutbah, dia pun duduk. Maka Beliau langsung bertanya padanya: wahai Sulaik, bangun dan shalatlah dua raka’at, kerjakanlah dengan ringan. Kemudian Beliau bersabda: jika salah seorang dari kalian datang pada hari Jum’at, sedangkan imam sedang berkhutbah, maka hendaklah dia shalat dua raka’at, dan hendaknya dia mengerjakannya dengan ringan" (HR. Bukhari dan Muslim)

Imam Nawawi memberikan penjelasan dari hadits di atas dalam Syarah Muslim sebagai berikut:

هذه الأحاديث كلها صريحة في الدلالة لمذهب الشافعي وأحمد وإسحاق وفقهاء المحدثين: أنه إذا دخل الجامع يوم الجمعة والإمام يخطب : استُحِبَّ له أن يصلي ركعتين تحية المسجد ، ويُكرَه الجلوس قبل أن يصليهما ، وأنه يُستحَبُّ أن يتجوَّز فيهما ليسمع بعدهما الخطبة

"Hadits ini menjadi dalil yang jelas bagi mazhab Syafi'i, Hanbali, Ishaq dan ahli fiqihnya muhaddits: bahwa apabila seseorang masuk masjid pada hari Jum'at saat imam sedang khutbah maka disunnahkan baginya untuk shalat tahiyyatul masjid dua raka'at dan makruh duduk sebelum shalat. Dan sunah baginya untuk mempercepat shalat tahiyat masjid agar bisa mendengarkan khutbah"

Wallahu A'lam

Catatan: Tulisan ini terbit pertama kali pada tanggal 02 Agustus 2021. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan