India Tolak 3 Perusahaan Termasuk Pindad Dalam Pengadaan Senapan Sniper

 
India Tolak 3 Perusahaan Termasuk Pindad Dalam Pengadaan Senapan Sniper

LADUNI.ID, Pada 10 Juli, RFP ditarik pada akhir Juni setelah tawaran yang diajukan pada Februari lalu oleh empat vendor, gagal memenuhi persyaratan kualitatif tender terkait pasokan amunisi .358 Lapua Magnum.

Kementerian Pertahanan India (MoD) memutuskan untuk membatalkan permintaan proposal (RFP) September 2018 kepada produsen asing untuk memasok 5.719 senapan sniper kaliber 8,6mm dan 10,2 juta amunisi untuk Angkatan Darat dan Angkatan Udara India.

Keempat vendor dimaksud adalah PT Pindad dari Indonesia, Rosoboronexport dari Rusia serta Barrett dan MSA Global dari Amerika Serikat.

Khususnya AD India, sudah menunggu cukup lama untuk mendapatkan senapan sniper. Sebelumnnya dilaporkan ada 20 perusahaan menjawab permintaan informasi (RFI) dari AD India, namun semua ‘melayang’ tahun lalu. Karena tidak satupun dari perusahaan itu yang memproduksi amunisi.

Tidak adanya kapasitas pembuatan amunisi di India dipandang sebagai kelemahan utama. Karena  Angkatan Darat sedang berusaha mengamankan transfer teknologi di bawah kesepakatan akhir untuk memiliki senapan sniper untuk jangka panjang.

Sampai saat ini India masih terus mencari pemasok atas dua tender ini. Yaitu pengadaan senapan sniper dan amunisi.

Beberapa waktu lalu mengemuka pendapat untuk memodifikasi RFI dengan memasukkan klausul bahwa perusahaan yang tertarik harus juga membuat amunisi, dan kemudian mentransfer teknologinya ke India.

Sejak awal India sudah sepakat bahwa senapan berpresisi tinggi akan dibeli lewat kategorisasi 'Buy Global'. Untuk amunisi pada tahap awal akan dibeli, namun kemudian diproduksi di India.

Ada 12-13 perusahaan asing di antara 20 perusahaan yang menjawab RFI 2018. Namun setelah mengevaluasi, pihak berwenang India menemukan bahwa tidak ada yang memiliki kemampuan memproduksi amunisi.

Amunisi adalah syarat penting untuk senapan sniper. Jika ada perusahaan yang membeli amunisi dari tempat lain, mereka tentu tidak akan bisa mentransfer teknologinya ke India.

AD India membutuhkan senapan sniper di tengah meningkatnya ancaman serangan sniper di sepanjang Garis Kontrol.

Sementara pengadaan peralatan pertahanan merupakan proses yang lama, dengan beberapa langkah dan evaluasi menyeluruh.

Menurut lembaga pertahanan India, pembelian senapan sniper presisi tinggi adalah bagian dari rencana modernisasi sehingga tidak mungkin menghadapi banyak penundaan.

Kementerian Pertahanan India (MoD) memutuskan untuk membatalkan permintaan proposal (RFP) September 2018 kepada produsen asing untuk memasok 5.719 senapan sniper kaliber 8,6mm dan 10,2 juta amunisi untuk Angkatan Darat dan Angkatan Udara India.

Sumber resmi mengatakan seperti dikutip janes.com pada 10 Juli, RFP ditarik pada akhir Juni setelah tawaran yang diajukan pada Februari lalu oleh empat vendor, gagal memenuhi persyaratan kualitatif tender terkait pasokan amunisi .358 Lapua Magnum.

Keempat vendor dimaksud adalah PT Pindad dari Indonesia, Rosoboronexport dari Rusia serta Barrett dan MSA Global dari Amerika Serikat.

Khususnya AD India, sudah menunggu cukup lama untuk mendapatkan senapan sniper. Sebelumnnya dilaporkan ada 20 perusahaan menjawab permintaan informasi (RFI) dari AD India, namun semua ‘melayang’ tahun lalu. Karena tidak satupun dari perusahaan itu yang memproduksi amunisi.

Tidak adanya kapasitas pembuatan amunisi di India dipandang sebagai kelemahan utama. Karena  Angkatan Darat sedang berusaha mengamankan transfer teknologi di bawah kesepakatan akhir untuk memiliki senapan sniper untuk jangka panjang.

Sampai saat ini India masih terus mencari pemasok atas dua tender ini. Yaitu pengadaan senapan sniper dan amunisi.

Beberapa waktu lalu mengemuka pendapat untuk memodifikasi RFI dengan memasukkan klausul bahwa perusahaan yang tertarik harus juga membuat amunisi, dan kemudian mentransfer teknologinya ke India.

Sejak awal India sudah sepakat bahwa senapan berpresisi tinggi akan dibeli lewat kategorisasi 'Buy Global'. Untuk amunisi pada tahap awal akan dibeli, namun kemudian diproduksi di India.

Ada 12-13 perusahaan asing di antara 20 perusahaan yang menjawab RFI 2018. Namun setelah mengevaluasi, pihak berwenang India menemukan bahwa tidak ada yang memiliki kemampuan memproduksi amunisi.

Amunisi adalah syarat penting untuk senapan sniper. Jika ada perusahaan yang membeli amunisi dari tempat lain, mereka tentu tidak akan bisa mentransfer teknologinya ke India.

AD India membutuhkan senapan sniper di tengah meningkatnya ancaman serangan sniper di sepanjang Garis Kontrol.

Menurut lembaga pertahanan India, pembelian senapan sniper presisi tinggi adalah bagian dari rencana modernisasi sehingga tidak mungkin menghadapi banyak penundaan.

Sementara pengadaan peralatan pertahanan merupakan proses yang lama, dengan beberapa langkah dan evaluasi menyeluruh.