Kajian Kitab Hikam Pasal 6, 'Rahasia Doa Dikabulkan Allah'

 
Kajian Kitab Hikam Pasal 6, 'Rahasia Doa Dikabulkan Allah'

LADUNI.ID, Jakarta - Kajian Kitab Al-Hikam Pasal 6, 'Rahasia Doa Dikabulkan Allah

Oleh: Asy-Syaikh Al-Habib Shohibul Faroji Azmatkhan

Asy-Syaikh Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Atho'illah As-Sakandari dalam Kitab Al-Hikam pasal 6 berkata:

لاَ يَــكُنْ تَــأَخُّرُ أَ مَدِ الْعَطَاءِ مَعَ اْلإِلْـحَـاحِ فيِ الدُّعَاءِ مُوْجِـبَاً لِـيَأْسِكَ؛ فَـهُـوَ ضَمِنَ لَـكَ اْلإِجَـابَـةَ فِيمَا يَـخْتَارُهُ لَـكَ لاَ فِيمَا تَـختَارُ لِـنَفْسِكَ؛ وَفيِ الْـوَقْتِ الَّـذِيْ يُرِ يـْدُ لاَ فيِ الْـوَقْتِ الَّذِي تُرِ يدُ

"Janganlah karena keterlambatan datangnya pemberian-Nya kepadamu, saat engkau telah bersungguh-sungguh dalam berdoa, menyebabkan engkau berputus asa; sebab Dia (Allah) telah menjamin bagimu suatu ijabah (pengabulan doa) dalam apa-apa yang Dia pilihkan bagimu, bukan dalam apa-apa yang engkau pilih untuk dirimu; dan pada waktu yang Dia (Allah) kehendaki, bukan pada waktu yang engkau kehendaki."

Penjelasan (Syarah)

Doa adalah sebuah bentuk ibadah. Dan dalam Al-Qur'an, Allah memerintahkan kepada kita untuk berdoa kepada-Nya dan Dia Allah Subhanahu Wa Ta'ala pasti akan mengabulkan doa-doa kita.

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ

"Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku (ALLAH) akan mengabulkan bagimu." - Q.S. Al-Mu'min [40]: 60

Tanda seorang mukmin sejati adalah: lebih yakin dengan apa yang ada di Tangan Allah daripada apa yang dapat diusahakan oleh tangannya sendiri.

Ketika doa yang kita panjatkan seolah tidak mendapat pengabulan dari Allah Ta'ala, disitu terdapat ruang pengetahuan yang kosong yang harus kita cari dan isi.

Doa disini bukan hanya terkait masalah duniawi, tetapi juga termasuk dalam hal spiritual.

Misalkan, kita berdoa agar diterima taubatnya dan dibersihkan dari segala dosa.

Hakikatnya setiap doa yang kita panjatakan adalah sebuah refleksi dari obyek yang telah Allah siapkan. Tidak serta merta kita menginginkan sesuatu di dalam hati, kecuali telah ada obyeknya. Tanpa objek yang telah Allah sediakan, pada dasarnya setiap orang tidak akan punya keinginan untuk berdoa. Seperti ketika menginginkan sebuah makanan, karena baunya sudah tercium dari jauh.

Hanya saja manusia kerap terjebak oleh ketidak-sabaran dan waham (kesalahan berfikir) tentang dirinya sendiri. Seperti ketika seorang sahabat meminta kepada Rasulullah SAW agar berjodoh dengan seorang perempuan, maka jawaban Rasulullah SAW adalah: "Sekalipun dirinya dan seluruh malaikat memanjatkan doa maka jika itu bukan haknya dan tidak tertulis di Lauh Mahfudz pasti tidak akan terlaksana. Keinginannya untuk memiliki jodoh adalah sebuah isyarat akan obyek yang telah Allah sediakan, tetapi keinginannya akan perempuan tertentu adalah karena syahwat dan wahamnya yang masih belum surut."

Doa membutuhkan pengenalan (ma'rifatullah) akan Hakikat Allah dan ma'rifatunnafs akan dirinya sendiri.

Allah yang lebih tahu apa yang terbaik bagi makhluknya, lebih dari seorang ibu kandung mengetahui kebutuhan bayinya.

Allah telah berjanji akan mengabulkan do'a. sesuai dengan firman-Nya, "Mintalah kamu semua kepada-Ku, maka  Aku akan mengijabah do'amu semua." dan Allah berfirman, "Tuhanmulah yang menjadikan segala yang dikehendaki-Nya dan memilihnya sendiri, tidak ada hak bagi mereka untuk memilih."

Sebaiknya seorang hamba yang tidak mengetahui apa yang akan terjadi mengakui kebodohan dirinya, sehingga tidak memilih sesuatu yang tampak baginya sepintas baik, padahal ia tidak mengetahui bagaimana akibatnya. Karena itu bila Tuhan yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana memilihkan untuknya sesuatu, hendaknya rela dan menerima pilihan Allah  Tuhan yang Maha Pengasih, Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Walaupun pada lahirnya pahit dan menyakitkan rasanya, namun itulah yang terbaik baginya, karena itu bila berdoa, kemudian belum juga terkabulkan keinginannya, janganlah terburu-buru putus asa.

Firman Allah: "Dan mungkin jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan mungkin jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."  [QS. al-Baqarah 216].

Syaikh Imam Abul Hasan Asy-Syadzili Radhiallahu 'Anhu ketika mengartikan ayat ini: ''Sungguh telah diterima do'amu berdua [Nabi Musa dan Nabi Harun alaihimassalam] yaitu tentang kebinasaan Fir'aun dan tentaranya, maka hendaklah kamu berdua tetap istiqamah [sabar dalam melanjutkan perjuangan dan terus berdo'a], dan jangan mengikuti jejak orang-orang yang tidak mengerti [kekuasaan dan kebijaksanaan Allah]." [QS. Yunus 89].

Maka terlaksananya kebinasaan Fir'aun yang berarti setelah diterima do'a Nabi Musa dan Nabi Harun alaihimassalam selama/sesudah 40 tahun lamanya.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Pasti akan dikabulkan do'amu selama tidak terburu-buru serta mengatakan, aku telah berdo'a dan tidak diterima."

Anas Radhiallahu 'Anhu berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda : "Tidak ada orang berdoa, melainkan pasti diterima oleh Allah doanya, atau dihindarkan dari padanya bahaya, atau diampuni sebagian dosanya, selama ia tidak berdoa untuk sesuatu yang berdosa atau untuk memutus silaturrahim."

Syaikh Abu Abbas al-Mursi ketika ia sakit, datang seseorang membesuknya dan berkata: Semoga Allah menyembuhkanmu [Afakallohu]. Abu Abbas terdiam dan tidak menjawab. Kemudian orang itu berkata lagi: Allah yu'aafika. Maka Abu Abbas menjawab: Apakah kamu mengira aku tidak memohon kesehatan kepada Allah? Sungguh aku telah memohon kesehatan dan penderitaanku ini termasuk kesehatan, ketahuilah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam memohon kesehatan dan ia berkata: "Selalu bekas makanan khaibar itu terasa olehku, dan kini masa putusnya urat jantungku.''

Abu Bakar Ash-Shiddiq memohon kesehatan dan meninggal terkena racun. Umar bin Khattab memohon kesehatan dan meninggal dalam keadaan terbunuh. Usman bin Affan memohon kesehatan dan juga meninggal dalam keadaan terbunuh. Ali bin Abi Thalib memohon kesehatan dan juga meninggal dalam keadaan terbunuh. Maka bila engkau memohon kesehatan kepada Allah, mohonlah menurut apa yang telah ditentukan oleh Allah untukmu, maka sebaik-baik seorang hamba ialah yang menyerahkan segala sesuatunya menurut kehendak Tuhannya, dan meyakini bahwa apa yang diberikan Tuhan kepadanya, itulah yang terbaik walaupun tidak sejalan dengan nafsu syahwatnya.

Dan syarat utama untuk diterimanya doa ialah keadaan terpaksa/kesulitan. Allah Subhanahu Wata'ala berfirman: "Bukankah Dia [Allah] yang memperkenankan [do'a] orang yang dalam kesulitan apabila dia berdo'a kepada-Nya..." [QS. an-Naml 62].

Keadaan terpaksa atau kesulitan itu, apabila merasa tidak ada sesuatu yang di harapkan selain semata-mata karunia Allah Subhanahu Wata'ala, tidak ada yang dapat membantu lagi baik dari luar berupa orang dan benda atau dari dalam diri sendiri.

Kesimpulan

Sebaik-baik seorang hamba ialah yang menyerahkan segala sesuatunya menurut kehendak Tuhannya (ALLAH), dan meyakini bahwa apa yang diberikan ALLAH kepadanya, itulah yang terbaik walaupun tidak sejalan dengan nafsu syahwatnya.

Referensi, Asy-Syaikh Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Atho'illah As-Sakandari, Kitab Al-Hikam, pasal 6

(*)