Inspiratif, Mahasiswa UGM ‘Sulap’ Lendir Lele Jadi Obat Luka Diabetes

 
Inspiratif, Mahasiswa UGM ‘Sulap’ Lendir Lele Jadi Obat Luka Diabetes

LADUNI.ID, Jakarta - Adalah Utami Tri Khasanah, Joshua Alif Wendy, Dion Adiriesta Dewanda, Megaria Ardiani dan Raden Mas Ravi Hadyan, yang merupakan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) membuat penemuan baru, yakni memanfaatkan lender lele sebagai obat luka bagi penderita diabetes.

Mereka membuat sebuah penemuan karena terinspirasi dari penderita diabetes yang menjadi susah sembuh jika terkena luka. Bahkan, luka pada penderita diabetes bisa beresiko amputasi karena mudah terinfeksi bakteri Methicillin Resistant Staphylococus Aerus atau MARSA.

Kelima mahasiswa tersebut kemudian membuat salep bernama Scriac-Biolingent yang dipergunakan untuk mengobati luka kronis penderita diabetes. Salep ini memiliki bahan dasar dari lender lele. "Kami menggunakan lendir lele sebagai bahan dasar obat," ujar Utami, Jumat (5/8) lalu.

Utami melanjutkan bahwa bakteri MARSA yang terdapat pada luka penderita diabetes adalah bakteri Pathogen yang tidak mempan dengan berbagai jenis antibiotik. Oleh sebab itulah, Utami dan keempat teman lainnya menggunakan lendir lele karena mengandung senyawa protein aktif berupa Antimicrobial Peptides (AMPs).

"AMPs memiliki aktivitas bakterisidal yang kuat membunuh bakteri pathogen pada luka penderita diabetes," ujarnya.

Adapun pembuatan salep dilakukan dengan berbagai proses, yakni dengan mengambil lendir pada tubuh lele berumur 4-6 bulan dengan cara dikerik menggunakan sendok. Selanjutnya lendir lele tersebut dicampur dengan Poly Ethylen Glycon (PEG) atau bahan dasar salep.

Tiap satu ekor lele mempunyai lendir yang dapat diambil berulangkali dan tidak menyebabkan kematian lele. "Tiap satu ekor lele dapat menghasilkan satu botol salep ukuran kecil," tutur Utami, seperti dilansir dari laman Merdeka.com.

Salep Scriac-Biolingent ini sudah diujicobakan pada tikus. Ada dua tikus yang sudah diinduksi penyakit diabetes, salah satu tikus tersebut diberi obat antibiotik biasa sementara tikus lainnya diberi salep Scriac-Biolingent.

"Setelah diaplikasikan selama 15 hari ternyata hasilnya luka infeksi yang menggunakan salep lendir lele lebih cepat kering dan menutup sembuh. Sedangkan yang diberi antibiotik komersial malah lukanya menyebar," ujar Utami.

Salep dengan bahan utama lendir lele ini, menurut Utami, secara umum sudah dapat digunakan pada luka tubuh bagian luar. "Jadi tidak harus luka pada penderita diabetes saja, tetapi secara keseluruhan," terang Utami.

Kendati begitu, Utami mengatakan bahwa salep ini belum dapat diperjualbelikan pada masyarakat umum. Hal itu karena salep masih perlu dilakukan beberapa tahapan uji coba lagi.