Ketika Rindu Rasulullah, Cukuplah Memandang Habib Umar bin Hafidz

 
Ketika Rindu Rasulullah, Cukuplah Memandang Habib Umar bin Hafidz
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

LADUNI.ID, Jakarta - Syaikh Muhammad Hariri adalah salah satu murid kesayangan Al-Habib Muhammad Al-Haddar (mertua Habib Umar bin Hafidz). Beliau sangat terkenal dengan mahabbah dan kerinduannya yang kuat dan dahsyat kepada Baginda Rasulullah SAW. 

Dikisahkan mengenai beliau suatu peristiwa yang sangat menakjubkan. Suatu ketika beliau didiagnosis di rumah sakit melalui X-Ray (foto rontgen). Sang dokter terkejut setengah mati melihat cetak foto rontgen pada bagian dadanya. Ketika dokter terheran-heran. Lalu ia menanyakan perihal ini.

"Engkau ini manusia atau bukan?" tanya dokter penasaran.

Syaikh Hariri bertanya balik: "Kenapa engkau bertanya seperti itu?"

Sambil menggelengkan kepalanya, dokter itu bertanya lagi: "Kenapa engkau bisa hidup tanpa jantung? Di mana jantungmu?"

Syaikh Harir tersenyum dan berkata pelan, "Maaf, jantungku kutitipkan pada kekasihku di Madinah, Sayyidina Muhammad SAW."

***

Masyhur sekali bahwa Syaikh Muhammad Hariri adalah orang yang memiliki rasa mahabbah (cinta) tinggi kepada Rasulullah SAW dan juga terkenal akan kealimannya. Beliau hobi mengenakan pakaian serba warna hijau dan sering kali bisa melihat Rasulullah SAW di dalam mimpinya, bahkan juga diriwayatkan bahwa beliau bisa melihat Baginda Nabi secara dhahir (nyata).

Tapi ada satu kisah yang mengejutkan. Suatu ketika Syaikh Hariri berkesempatan berkunjung ke Tarim, tapi saat di sana beliau tidak bisa melihat Rasulullah SAW. Tidak seperti biasanya, entah kenapa hal itu bisa terjadi. Lalu ketika keluar dari Tarim dan beranjak pulang ke asalnya, ternyata beliau didatangi Rasulullah SAW di dalam mimpinya. Beliau menanyakan perihal kegelisahannya tersebut kepada Rasulullah SAW. Ada apa gerangan, mengapa di Tarim tidak dapat melihat Rasulullah?

Dalam mimpinya itu, Rasulullah SAW menjawab: "Kalau engkau sudah sampai di Tarim, cukup sudah engkau melihat aku melalui Umar (yaitu Al-Habib Umar bin Hafidz)."

Kisah ini banyak dibicarakan para ulama dan tersebar di mana-mana. Benarlah apa yang dikatakan oleh Habib Abdullah bin Syihab, "Walaupun aku tidak pernah duduk di zaman Al-Faqih Al-Muqoddam. Walaupun aku tidak pernah duduk di zaman Imam Haddad. Tetapi aku cukup beruntung hidup di zaman Habib Umar bin Hafidz."

Indah sekali, Masya Allah, beruntunglah kita hidup masih satu masa dengan Habib Umar Bin Hafidz dan bisa memandang keteduhan wajah indahnya yang terpadu dalam kemuliaan ilmu dan akhlaknya. Semoga dengan keindahan itu, hati kita semakin bertambah cinta pada kakek beliau yakni Rasulullah SAW. Amin. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 04 September 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

Editor: Hakim