Kajian Kitab Hikam Pasal 30, 'Ada Takdir Allah dalam Satu Tarikan Nafas'

 
Kajian Kitab Hikam Pasal 30, 'Ada Takdir Allah dalam Satu Tarikan Nafas'


LADUNI.ID, Jakarta - Kajian Kitab Al-Hikam pasal 30, tentang 'Ada Takdir Allah dalam Satu Tarikan Nafas'.

Oleh: Asy-Syaikh Al-Habib Shohibul Faroji Azmatkhan

Asy-Syaikh Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Atho'illah As-Sakandari, dalam kitab Al-Hikam, pasal 30, menulis :

مامنْ نفسٍ تـُبْدِيه الاَ ولهُ قدرٌ فيكَ يُمضيهِ

"Tiada suatu nafas terlepas dari padamu, melainkan di situ pula ada takdir Allah yang berlaku atas dirimu."

Penjelasan (Syarah)

Bernafas, dianggap sebagai aktifitas rutin yang sudah terbiasa, lumrah dan normal. Karena sejak bangun tidur sampai tidur lagi, manusia tak lepas dari aktifitas mengambil nafas melalui udara bersih di alam bebas ini.

Setiap orang memiliki cita-cita dan tujuan hidup penting dan terpenting dalam hidupnya. Tapi, tak satu pun dari semua ini yang lebih penting daripada sebuah nikmat yang kita miliki setiap detik, yaitu bernapas.

Jika tidak dapat bernapas selama semenit, kita akan merelakan, mengeluarkan dan melepaskan segala harta kita, asalkan dapat bernapas kembali.

Jika masih belum dapat bernapas, maka sekitar semenit berikutnya kita akan kehilangan kesadaran.

Kematian otak akan menyusul dua atau tiga menit kemudian, dan setelah itu hidup kita pun akan berakhir.

Proses pernapasan, yang tampak sederhana dan hanya dipikirkan oleh sangat sedikit orang ini, sesungguhnya merupakan satu mata rantai dari serangkaian keajaiban.

Setiap sel tubuh kita memerlukan oksigen yang dipenuhi melalui pernapasan.

Detak jantung, gerakan otot, pembelahan sel dan kegiatan berpikir kita mustahil terjadi tanpa oksigen.

Dalam kajian Al-Hikam ini, akan kita rasakan betapa besar nikmat bernapas sesungguhnya dan bagaimana setiap bagian dari seluruh perangkat yang memungkinkan kita bernapas tersebut merupakan contoh menakjubkan ciptaan, karya dan prestasi Allah yang sangat amat luar biasa.

Sungguh, Allah Maha Pemurah atas segala karunia-Nya. Tak terkecuali nikmat Allah dari udara yang digunakan manusia sebagai bahan bernafas setiap saatnya. 

Udara yang melimpah ruah di alam bebas ini adalah bukti kasih sayang Allah yang luar biasa. Sekumpulan gas tersebut diberikan Allah kepada manusia dengan cuma-cuma, gratis,  dan tidak ada bayaran sedikitpun kepada Allah.

Tak sepeser pun dipungut dari manusia atas nikmat yang amat penting tersebut oleh Allah. Ini bukti Allah Maha Kayaraya,  tak butuh apa-apa dari makhluk-Nya.

Oleh karenanya, sudah sepantasnyalah manusia bersyukur kepada Sang Pencipta. Dia-lah Rabb yang mengurus kita di siang dan di malam hari, sebagaimana firman Allah,

“katakanlah: ‘Siapakah yang dapat memelihara kamu di waktu malam dan siang hari selain (Allah) Yang Maha Pemurah?’…” (QS Al Anbiyaa’ [21]: 42).

Sebab setiap nafas hidup manusia pasti terjadi pilihan amal perbuatan,  bisa berupa amal taat atau amal maksiat, nikmat atau musibah [ujian].

Berarti nafas kita yang keluar akan menjadi wadah bagi sesuatu kejadian.

Karena itu jangan sampai nafas itu terpakai untuk maksiat dan perbuatan terkutuk kepada Allah Subhanahu Wata'ala. Yang membuat Allah Marah dan Murka.

Gunakan setiap tarikan dan hembusan nafas kita untuk beribadah.

Kesimpulan
Nafas adalah inti hidup. Dalam setiap tarikan nafas ada Takdir Allah. Gunakan nafas gratis dari Allah ini untuk taat kepada Allah, dan bukan untuk maksiat dan durhaka kepada Allah.

Referensi, Asy-Syaikh Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Atho'illah As-Sakandari, Kitab Al-Hikam, Pasal 30.