Tepung Kelor di NTT Jadi Daya Tarik Negara Jepang

 
Tepung Kelor di NTT Jadi Daya Tarik Negara Jepang

LADUNI.ID, Kupang - Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Nusa Tenggara Timur, Sinun Petrus Manuk mengatakan, masih terdapat kekurangan fasilitas pengelolaan kelor di antaranya rumah pengering yang berjumlah hanya satu unit dan satu unit mesin penepung dengan kapasitas produksi 10 kilogram per jam.

Oleh sebab itu, lanjut Petrus Manuk, pihaknya bersama beberapa pemerintah desa setempat telah bersepakat untuk membangun satu unit rumah pengering yang menyebar pada lima desa. "Saat ini rumah pengering sedang dibangun dan mudah-mudahan akhir Juli sudah dimanfaatkan," terangnya, seperti dilansir dari laman Antara News, beberapa pekan lalu.

Petrus Manuk juga menambahkan, pihaknya juga telah menambah satu mesin penepung dengan kemampuan produksi 10 kilogram per jam untuk BUMDes M'rian di Desa Kufeu sebagai sentra produksi.

"Bantuan mesin selanjutnya akan bertambah lagi karena Bapak Gubernur (Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat, red) sudah berjanji akan membantu 10 unit mesin dengan kapasitas yang lebih besar," terangnya.

Lebih dari itu, dia juga mengemukakan permintaan Jepang terhadap tepung kelor dari Nusa Tenggara Timur yang diproduksi BUMDes M'rian dari Desa Kufeu, Kabupaten Malaka sebanyak 40 ton per minggu.

"Produksi tepung kelor yang dikelola BUMDes M'rian di Kufeu membuat pihak perusahaan dari Jepang kepincut, mereka minta pasokan 40 ton per minggu,” jelasnya.

Ia mengatakan, tim dari Jepang sudah berkunjung ke Desa Kufeu untuk meneliti kondisi tanah, air, serta batang dan daun kelor dan mendapati hasil berupa kelor organik yang sesuai dengan kebutuhan pasat di negara "Bunga Sakura" itu.

Dijelaskannya, pemerintah provinsi telah berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Malaka serta pemerintah desa dan pengelola BUMDes M'rian untuk meningkatkan produksi untuk menjawab permintaan ekspor.

"Mengingat produksi kelor di Kufeu sudah bagus, sudah diolah menjadi aneka produk seperti tepung kelor, sabun, dan pelembab tubuh, hanya saja kapasitas produksinya masih kecil," katanya.

Selain itu, ia juga menjelaskan, saat ini luas lahan untuk produksi tanaman kelor di Kecamatan Io Kufeu mencapai sekitar 80 hektare. Luas lahan potensial ini, lanjutnya, akan bertambah karena dikembangkan lagi pada sekitar lima desa di kecamatan setempat masing-masing sekitar 20 hektare.

"Jadi total lahan nanti bisa mencapai hampir 200 hektare, ini yang sedang kami dorong bersama untuk menjawab permintaan pasar dari luar," pungkasnya.