Wisata Ziarah dan Berdoa di Makam KH. Abdul Jabbar Maskumambang

 
Wisata Ziarah dan Berdoa di Makam KH. Abdul Jabbar Maskumambang

Biografi Singkat
KH. Abdul Djabbar dilahirkan pada tahun 1241 H/1820 M, di masa mudanya beliau penuh bekerja pada kantor Kabupaten Sedayu seabagai salah seorang pegawai yang dicintai oleh Kanjeng Bupati, karena ketekunan dan kecakapannya terutama lagi amanahnya.

Namun oleh suatu hal, terpaksa beliau berhenti dari pekerjaan itu, kemudian beliau pergi ke daerah Sidoarjo, tepatnya yaitu di Desa Ngelom–Sepanjang untuk menuntut ilmu dalam suatu pondok pesantren yang ada di situ. Kemudian melanjutkan di Tugu Kedawung Kabupaten Pasuruan. Setelah cukup dalam menuntut ilmu, beliaupun kembali ke daerahnya dan kawin dengan Mbah Nursimah, putri dari Kyai Idris, Kebondalem Boureno Bojonegoro.

Beberapa tahun kemudian, Abdul Djabbar beserta istrinya menunaikan ibadah haji. Selama di Makkah, KH. Abdul Djabbar mengaji kepada beberapa ulama besar yang membuka pengajian di sekitar Masjidil Haram. Setelah dua tahun menetap di Makkah, KH. Abdul Djabbar dan Nyai Nursimah pulang kemudian mendirikan langgar panggung di sebelah rumah beliau, berukuran luas ±5 m 2 dengan tinggi bangunan ± 2,5 m dan tinggi alas dari permukaan tanah 1 m, serta atap bangunan dari anyaman daun kelapa, sebagai tempat belajar putra-putri beliau dan penduduk sekitar.

Setelah santri yang datang mengaji bertambah, beliau membangun tiga buah kamar, masing-masing berukuran 2 m x 1,5 m. Tempat ini akhirnya dikenal dengan nama Maskumambang. Nama Maskumambang yang diberikan kepada pesantren yang didirikan oleh KH. Abdul Djabbar pada tahun 1859 m/1281 H ini cukup unik karena umumnya nama pesantren itu diambil dari Bahasa Arab atau tokoh-tokoh Muslim. Keunikan nama pesantren ini telah mengundang banyak pihak untuk menafsirkan dan atau mencari makna di balik nama Maskumambang tersebut.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN