Biografi KH. Sya’roni Ahmadi Al Hafidz

 
Biografi KH. Sya’roni Ahmadi Al Hafidz
Sumber Gambar: Foto Ist

Daftar Isi

1          Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1       Lahir
1.2       Riwayat Keluarga
1.1       Wafat

2          Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1       Masa Menuntut Ilmu
2.2       Guru-Guru Beliau

3          Jasa, Karya, dan Karir
3.1       Jasa-jasa Beliau
3.2       Karya-karya Beliau
3.3       Karier Beliau

4         Model dan Strategi Dakwah  

5         Referensi   

 

1          Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1       Lahir

KH. Sya’roni Ahmadi lahir di Kota Kudus. Beliau merupakan anak ke tujuh dari delapan bersaudara. Beliau ditinggalkan ibundanya semenjak kecil tepatnya ketika berusia 8 tahun. Sepeninggal ibunya kiai Sya’roni di asuh oleh sang ayah.

Namun masa ini pun tidak berlangsung lama. Karena menginjak usiannya yang ke 13 tahun, KH. Sya’roni Ahmadi  ditinggal oleh ayahnya. Lengkap sudah duka KH. Sya’roni Ahmadi  karena sejak saat itu ia menjadi anak yatim piatu.

1.2       Riwayat Keluarga

Pada tahun 1962 KH. Sya’roni Ahmadi melepas masa lajangnya dengan menikahi seorang gadis bernama Afifah. Dari pernikahan itu beliau deianugerahi 8 anak putra, 2 anak laki-laki dan 6 anak perempuan.

1.3        Wafat

Ulama kharismatik Kabupaten Kudus KH. Sya'roni Ahmadi wafat di Rumah Islam (RSI) Kudus, Selasa 27 April 2021 sekitar jam 09.00 dalam umur 89 tahun.

2          Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau

2.1       Masa Menuntut Ilmu

Sejak kecil KH. Sya’roni Ahmadi dikenal sebagai anak yang gandrung mengkaji agama, mulai dari al-Qur’an sampai tauhid, fikih, tasawuf dan sebagainya. Terbukti, meskipun berasal dari keluarga dari ekonomi pas-pasan, beliau rajin mengikuti pengajian-pengajian yang diadakan di sekitar kota Kudus.

KH. Sya’roni Ahmadi kecil termasuk anak yang cerdas. Pada usia 11 tahun berliau sudah hafal kitab Alfiyah Ibnu Malik bahkan hafal al-Quran.

Dalam pendidikan formalnya beliau sempat mengenyam pendidikan di Madrasah Diniyah Mu’awanah di Madrasah Ma’ahid lama (pada masa KH. Muchit). Sedangkan pendidikan non formalnya, baliau banyak belajar dari satu tempat ke tempat lain.

Untuk belajar al-Qur’an utamanya Qira’ah al-Sab’ah berliau berguru kepada KH. Arwani Amin Kudus yang mengasuh Pondok Yanbu’ul Qur’an. Beliau juga sempat berguru kepada KH. Turaichan Adjhuri. Sedangkan guru-gurunya yang lain adalah KH. Turmudzi dan KH. Asnawi dan lain-lain.

KH. Sya’roni Ahmadi  banyak dikenal sebagai sosok yang menguasai ilmu agama secara interdisipliner. Beliau tidak hanya mahir dalam ilmu tafsir, tetapi juga dalam ushul al-fiqh, fikih, mantiq, balaghah dan sebagainya.

Dalam hal al-Qur’an, baliau tidak hanya pandai membacanya namun juga pintar melagukannya bahkan beliau menjadi dewan Musabawah Tilawatil al-Qur’an (MTQ) tingkat nasional.

2.2       Guru-Guru Beliau

  1. KH. Arwani Amin Kudus
  2. KH. Turaichan Adjhuri
  3. KH. Turmudzi
  4. KH. Asnawi

3          Jasa, Karya, dan Karir

3.1        Jasa-jasa Beliau

Dalam bidang pengembangan fisik, KH. Sya’roni Ahmadi i banyak memberikan jasa dalam mengembangkan madrasah-madrasah di kota Kudus, seperti Madrasah Banat NU, Muallimat, Qudsiyyah, Tasywiq al-Thullab al-Salafiyah (TBS), dan Madrasah Diniyah Keradenan Kudus.

Selain itu, selama perjuangannya di Kudus, KH. Sya’roni Ahmadi telah memberikan banyak hal. Tradisi santri yang sekarang ini lekat dengan masyarakat Kudus rasanya tak bisa dilepaskan dari jasa beliau. Pengajian rumahan atau di masjid-masjid seperti di Masjid Al Aqsha Menara Kudus masih rutin dijalankan.

Pengajian tersebut di antaranya adalah membaca al-Qur’an dan tafsir al-Qur’an. Adapun waktunya setelah Subuh. Dalam setiap pengajiannya, KH. Sya’roni Ahmadi  juga mampu mengatur iklim toleransi antara beberapa kelompok yang ada, sebut saja kaum Nahdliyyin dan Muhammadiyah.

3.2        Karya-karya Beliau

KH. Sya’roni Ahmadi  merupakan sosok yang bukan hanya pandai membaca kitab dan berpidato, namun beliau juga tergolong produktif dalam berkarya. Tercatat beliau kerap menulis, mensyarah dan menterjemah beberapa kitab yang digunakan untuk mengajar. Kitab-kitab tersebut banyak dikonsumsi pleh madrasah-madrasah di kota Kudus. Adapun karya-karya tersebut adalah :

  1. Al-Faraid al-Saniyah. Kitab ini banyak mengupas tentang doktrin ahlusunnah wal jama’ah. Penyusunan kitab ini konon diilhami oleh kitab Bariqat al-Muhammadiyah ‘ala Tariqat al-Ahmadiyah milik KH. Muhammadun Pondowan, Tayu, Pati yang saat itu rajin berpidato dan mengisi pengajian untuk menolak gerakan Muhammadiyah di kota Kudus. Kiai Sya’roni menulis kitab ini selama kurang lebih dua tahun.
  2. Faidl al-Asany. Kitab ini terbagi ke dalam tiga juz dan banyak membahas tentang Qira’ah al-Sab’iyyah.
  3. Al-Tashrih al-Yasir fi ‘ilmi al-Tafsir. Kitab ini banyak mengupas tentang tafsir al-Qur’an mulai dari pembacaan, lafal-lafalnya, sanad, arti-arti yang berhubungan dengan hukum dan sebagainya. Kitab setebal 79 halaman ini ditulis pada tahun 1972 M/1392 H.
  4. Tarjamah Tarsil al-Turuqat. Kitab ini membahas ilmu manthiq.
  5. Tarjamah al-Ashriyyah. Kitab ini membahas ilmu Ushul al-Fiqh yang banyak mengupas tentang lafadz ‘amm dan khas, mujmal dan mubayyan, ijma, qiyas dan sebagainya. Kitab ini disusun pada hari ahad siang tanggal 29 Juni 1986 M/21 Syawal 1406 H.
  6. Qira’ah al-Ashriyyah. Kitab ini terdiri dari tiga juz. Penyusunan kitab ini dimaksudkan, sebagaimana penuturan Kiai Sya’roni, untuk memudahkan para santri atau para siswa dalam mempelajari kitab kuning.

3.3         Karier Beliau

KH. Sya’roni Ahmadi  juga tercatat sebagai penasehat Rumah Sakit Islam YAKIS dan menjabat mustasyar NU cabang Kudus. Beliau juga mengisi pengajian rutin tiap ahad pagi di Masjid Jama’ah Haji Kudus (JKH).

4         Model dan Strategi Dakwah

Setelah sekian lama belajar,KH. Sya’roni Ahmadi mulai berdakwah di masyarakat dalam usianya yang sangat muda. Dalam melaksanakan dakwah Islamiyah ini, KH. Sya’roni Ahmadi  menggunakan dua model. Pertamayakni model dakwah di masjid-masjid atau di sebuah rumah warga yang dijadikan tempat untuk mengaji; kedua adalah pengajian umum atau tabligh akbar.

Metode pertama ini biasanya dipakai dan dikonsumsi oleh masyarakat sekitar tempat tinggalnya. Pengajian yang dilakukan sudah ditetapkan jadwalnya dan proses pengajarannya pun dilakukan secara berkesinambungan. Sedang model kedua biasanya dipakai untuk berdakwah di luar daerah. Hal ini karena di samping masalah waktu yang tidak memungkinkan untuk berdakwah dengan model pertama juga terkadang karena permintaan dari penduduk setempat.

Dalam melakukan dakwah Islamiyah, sekitar tahun 1960 sampai 1970-an, KH. Sya’roni Ahmadi dikenal sebagai tokoh yang sangat keras. Apalagi saat itu adalah masa-masa merusaknya ideologi komunisme yang dilancarkan PKI.

Gaya yang “keras” ini selalu dipakai KH. Sya’roni Ahmadi  dalam berbagai kesempatan karena keadaan waktu itu mengandaikan demikian. Baik ketika khutbah maupun pengajian umum atau tabligh akbar beliau selalu tampil dengan mengambil hukum yang tegas ketika dihadapkan pada suatu permasalahan yang terjadi dalam masyarakat (waqi’iyyah). Konon gaya seperti ini sering dipakai KH. Turaikhan dalam berdakwah.

Namun sekitar periode 1980-an, KH. Sya’roni Ahmadi  mulai banting setir. Gaya dakwah yang selama ini dilakukan dengan nada keras dirubah total dengan memakai gaya yang melunak. Perubahan gaya dalam berdakwah ini dilakukan dengan pendekatan komparatif yakni merujuk kepada pergeseran masyarakat dari waktu ke waktu serta logika kebutuhan masyarakat yang tiap saat berubah. Karena masyarakat dari waktu ke waktu berubah maka metode berdakwah pun mesti berubah      

5           Referensi

             https://bincangsyariah.com/

 

 

 

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya