Kisah Habib Ali Kwitang Deklarasikan Diri Jadi Nahdliyin pada Tahun 1933

 
Kisah Habib Ali Kwitang Deklarasikan Diri Jadi Nahdliyin pada Tahun 1933

LADUNI.ID, Jakarta - Bagi orang Jakarta, terutama kalangan Nahdliyin, pasti mengenal Habib Ali Kwitang. Beliau merupakan habib yang sangat masyhur di Jakarta, dan merupakan habib yang berakhlak mulia dan baik.

Habib Ali Kwitang bernama lengkap Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi. Beliau banyak meninggalkan arsip yang dikoleksi oleh Anto Jibril. Menurut Anto, Habib Ali Kwitang pernah mendapat surat dari ulama-ulama di Jawa ketika Nahdlatul Ulama (NU) dilahirkan pada 1926.

Sebagaimana dikutip Laduni.id dari laman Okezone.com, diceritakan bahwa saat itu Habib Ali Kwitang ditanya bagaimana sikapnya tentang NU. Habib Ali Kwitang kemudian mengundang salah seorang muridnya, KH Ahmad Marzuki bin Mirshod, untuk menyelediki seluk-beluk NU.

Anto juga menerangkan bahwa, Habib Ali Kwitang kemudian mengutus Kiai Marzuki untuk datang ke tempat Hadratussyekh Hasyim Asy’ari untuk mencatat apapun yang dilihatnya di sana.

Sesampainya di sana, Kiai Marzuki kemudian meminta satu hal kepada Hadratussyekh Hasyim Asy’ari. Yaitu agar jilbab yang dipakai perempuan NU dibenarkan. Jika itu dilakukan, Kiai Marzuki yakin NU akan bisa masuk ke tanah Batavia.

Sementara itu, setahun kemudian, Hadratussyekh Hasyim Asy’ari dan KH Wahid Hasyim datang ke Batavia. Mereka ingin agar NU didirikan di sana. Ketika sampai di Batavia, orang yang pertama kali ditemui Hadratussyekh Hasyim Asy’ari adalah Habib Ali Kwitang.

“Setelah itu tahun 1928, NU dibentuk di Batavia. Habib Ali Kwitang memberikan izin pendirian waktu itu. Lagi-lagi Habib Ali Kwitang masih memegang fatwa Habib Utsman bin Yahya. Jadi jangan dimasukkan namanya (Habib Ali Kwitang di jajaran pengurus NU),” terang Anto, seperti dilansir Okezone dari NU Online, Rabu (8/1) lalu.

Awalnya, orang-orang di Batavia kurang tertarik masuk NU karena tidak ada nama Habib Ali Kwitang di sana. Kemudian Kiai Marzuki ‘menegur’ Habib Ali Kwitang karena dulu ia yang memintanya untuk mendirikan NU di Batavia, namun ternyata setelah berdiri Habib Ali Kwitang malah tidak bersedia bergabung.

“Sampai pada akhirnya Habib Ali Kwitang memproklamirkan dirinya jadi warga Nahdliyin dengan masuk NU. Ini jarang yang mengungkapkan, padahal ini dipublikasikan di koran-koran zaman dulu. Salah satu korannya berbahasa Belanda, koran Het Nieuws van den Dag (terbit) tanggal 20 Maret 1933,” jelasnya.

Tepat pada tahun 1933, Habib Ali Kwitang mendeklarasikan dirinya menjadi Nahdliyin, atau setahun sebelum wafatnya Kiai Marzuki. Kemudian diadakan Kongres NU di daerah Kramat, Batavia. KH Abdul Wahab Chasbullah yang bertugas memimpin jalannya kongres tersebut.

Ketika Habib Ali Kwitang mendeklarasikan diri menjadi Nahdliyin, maka kemudian ada sekitar 800 ulama yang saat itu siap masuk NU. “Dan kurang lebih seribu, disebutkan di koran itu, siap masuk pula menjadi warga Nahdlatul Ulama. Pertama Habib Salim bin Jindan,” jelas Anto.

Melalui koran milik Belanda, Habib Salim bin Jindan mengkritik NU. Namun kemudian, Habib Ali Kwitang menenangkannya. Habib Ali Kwitang pun mendeklarasikan dirinya sebagai Nahdliyin.

Setelah mendengar ‘pengakuan Habib Ali Kwitang’, peserta yang hadir berdiri dan bertepuk tangan bersama. KH Abdullah Wahab Chasbullah juga senang dengan sikap yang ditunjukkan Habib Ali Kwitang.