Ziarah di Makam KH. Syamsul Mu'in Cholid, Muasis Pesantren Darul Amien Banyuwangi

Memperoleh Donasi Sebesar : Rp 0. Donasi Sekarang
 
Ziarah di Makam KH. Syamsul Mu'in Cholid, Muasis Pesantren Darul Amien Banyuwangi

Daftar Isi

Laduni.ID, Jakarta - KH. Syamsul Mu’in Cholid merupakan ulama besar dari Dusun Gambiran, Desa Purwodadi, Banyuwangi. KH. Syamsul Mu’in Cholid adalah murid dari KH. Mukhtar Syafa'at, karena beliau pernah mondok di pesantren Darussalam Blok Agung, Banyuwangi. Di dusun Gembolo ini beliau merintis pondok pesantren Darul Amien Banyuwangi.

Profil

KH. Syamsul Mu’in Cholid yang memiliki nama asli Abdul Mu’in merupakan putra bungsu dari 6 bersaudara dari KH. Abdul Jalil. Beliau dilahirkan di Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, kab.Banyuwangi pada tanggal 13 Juni 1931. Ayahanda beliau bukan masyarakat Banyuwangi asli, beliau merupakan perantau dari kota Kediri yang aslinya berasal dari Semarang, Jawa Tengah, kemudian beliau hijrah ke selatan Pulau Jawa atau lebih tepatnya di Banyuwangi.

 

Guru-guru beliau saat menuntu ilmu di antaranya:

  1. KH. Abdul Jalil
  2. KH. Mukhtar Syafa’at

Lokasi Makam

KH. Syamsul Mu’in Cholid berpulang ke Rahmatullahi pada tanggal 24 Maret 2011, Beliau wafat meninggalkan 1 istri dan 8 putra yang kini meneruskan perjuangannya. Beliau dimakamkan di Dusun Gembolo, Desa Purwodadi, Kec. Gambiran, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Haul

Haul KH. Syamsul Mu'in Cholid diperingati setiap tahun sekali di kalender islam pada tahun Hijriah, haul beliau jatuh pada bulan Rajab untuk tanggal peringatan haul oleh pihak keluarga besar pesantren .

Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani

1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua

Fadilah

Makam KH. Syamsul Mu'in Cholid banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tak hanya datang dari wilayah Kab. Banyuwangi saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar Jawa yang berziarah di makam beliau yang berada di Komplek Pemakaman keluarga besar di Dusun Gembolo, Purwodadi, Kec. Gambiran, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Ada keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berziarah, berdoa dan bertawassul di makam beliau maka akan dimudahkan dalam mencari ilmu, dimudahkan dalam cita-citanya, dimudahkan dalam hajatnya, dan dimudahkan dalam mendapatkan keturunan anak sholeh dan sholehah

Peninggalan

Pondok Pesantren
Pada tanggal 6 Maret 1964 ditengarai sebagai tonggak berdirinya Pondok Pesantren Darul Amien. Dalam perjalanan awal berdirinya pondok pesantren tersebut, tercatat Kyai Mu’in berhasil mendatangkan 20 santri yang berasal dari Semarang.

Sosok ulama yang memiliki sifat welas asih dan halus dalam bertutur kata tersebut mengikuti jejak gurunya dengan menjadikan kitab Ihya Ulumuddin sebagai basis utama pengajaran beliau dalam merintis pesantren.

Berbagai tantangan telah dihadapi beliau ketika pertama kali mendirikan pesantren. Setahun setelah berdiri atau lebih tepatnya pada tahun 1965, meletuuslah tragedi G-30 S/ PKI. Belum lagi tantangan berupa gangguan dari makhluk halus mengingat daerah tersebut dulunya merupakan kawasan yang wingit. Namun dengan sabar dan telaten beliau menghadapi itu semua tanpa ada rasa mengeluh.

Dari tahun ketahun banyak santri mukim dan santri kalong yang menimba ilmu kepada Kyai Mu’in. Mayoritas dari mereka beasal dari Semarang, hingga masyarakat sekitar mengenal prsantren beliau sebagai pesantren Semarangan. Akan tetapi, sejak krisis moneter sejak tahun 1997 sampai 1998 jumlah santri di pesantren ini kian menyusut.

Pada tahun 2010 beliau berinisasi mendirikan sekolah formal guna menghidupkan kembali kegiatan pesantren yang hampir mati. Akhrinya berdirilah Madrasah Tsanawiyah Darul Amien sebagai salah satu sekolah formal pertama yang berdiri di pondok pesantren Darul Amien.

Oleh-oleh

Oleh-oleh yang bisa dibawa pulang usai ziarah di Kab. Banyuwangi di antaranya:
Kue Ladrang, Sale pisang, Batik Banyuwangi, Bolu kuwuk, Kue Bagiak, Kue tambang, Rengginang, Pia Glenmore, Sego tempong, Rujak soto.