Biografi KH. Muhammad Idris Kacangan, Mursyid Tarekat Syadziliyyah Boyolali

 
Biografi KH. Muhammad Idris Kacangan, Mursyid Tarekat Syadziliyyah Boyolali
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-Guru

3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1  Menjadi Mursyid Tarekat
3.2  Sosok Pejuang dan Pendakwah

4.    Karomah
5.    Teladan
6.    Karya-Karya
7.    Chart Silsilah Sanad
8.    Referensi

1. Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
KH. Soeratmo Muhammad Idris atau lebih dikenal dengan panggilan Mbah Kyai Muhammad Idris Kacangan. Beliau lahir pada tanggal 1 April 1913 M. Beliau merupakan putra dari pasangan KH. Amir Hasan Yogyakarta dan Nyai Aisyah binti KH. Idris Boyolali.

1.2 Wafat
KH. Muhammad Idris Kacangan wafat pada hari Rabu Pon, 26 Jumadil Akhir 1423 H atau bertepatan pada tanggal 4 September 2002 M.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
KH. Muhammad Idris Kacangan memulai pendidikannya dengan belajar di Manbaul Ulum, Slompretan sampai tamat kelas XI dengan nilai yang sangat memuaskan.

Selain itu, beliau juga pernah belajar di beberapa Pondok Pesantren, di antaranya adalah Pondok Pesantren Jamsaren, Solo, di bawah asuhan KH. Idris, Pondok Pesantren Tremas Pacitan, Pondok Pesantren Bangkalan Madura, Pondok Pesantren Kaliwungu Kendal dan pernah mengikuti majelis taklim dibawah asuhan Habib Muhsin bin Abdullah, Solo, untuk mempelajari Hadis Bukhari dan Muslim.

Beliau terkenal sebagai orang yang telah terbiasa dengan riyadhoh, seperti puasa sunnah, shalat malam dan munajat begadang di malam hari. Selain riyadhoh batin atau olah jiwa, beliau juga rajin melakukan olahraga dengan menekuni seni pencak silat dan bergabung dalam pendekar Solo.

Keilmuan syariat yang dipadukan dengan tasawwuf telah melekat pada diri KH. Muhammad Idris Kacangan. Tempaan dan gemblengan lahir dan batin  itu menjadi beliau sosok ulama khas yang berwawasan luas dan memberikan manfaat kepada umat Islam dengan mengharap ridho dari Allah SWT. Konon, kepribadiannya yang baik itu telah ada sejak dulu. Sejak muda beliau sangat senang bergaul dengan siapapun tanpa mengenal status sosial maupun agama dan golongan.

2.2 Guru-Guru

  1. KH. M, IdrisPondok Pesantren Jamsaren,
  2. KH. Dimyati TremasPondok Pesantren Tremas Pacitan,
  3. KH. Ahmad RukyatPondok Pesantren Kaliwungu Kendal,
  4. Habib Muhsin bin Abdullah, Solo
  5. KH. Abdul Mu’id Tempur Sari (Klaten),
  6. KH. Ahmad Siroj Keprabon (Solo),
  7. KH. Abdul Rozaq (Termas Pacitan),
  8. KH. Ahmad (Ngadirejo),
  9. Syaikh Mufthi Kamal (Makkatul Mukaramah),
  10. Syaikh Muhtarom (Makkah) dll.

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah

3.1 Menjadi Mursyid Tarekat
Dalam perjalanan spiritualnya, beliau juga sempat menjadi seorang Mursyid Tarekat. Semenjak beliau menjadi Mursyid itu, konon pernah sampai jumlah puluhan ribu anggota yang diasuh, terdiri dari berbagai macam lapisan masyarakat. Bahkan beberapa bulan sebelum wafat, beliau masih sempat memba’aiat sekitar 200 orang sambil tiduran karena sudah udzur atau sakit, dan dilakukan bersama atau dijamak.

3.2 Sosok Pejuang dan Pendakwah

  1. Beliau termasuk pejuang 45, pada saat pertempuran menghadapi pasukan penjajah Belanda di Mranggen, beliau bergabung dalam barisan Hizbullah
  2. Dalam berdakwah beliau lakukan dengan bahasa yang lugas dan mudah dipahami. Contoh-contoh pengalaman syariat agama dilaksanakan secara sederhana, tidak selalu harus memaparkan dalil-dalil, namun mengutamakan tata krama dan akhlakul karimah
  3. Beliau sangat peduli terhadap pelestarian Budaya Jawa yang relevan dengan ajaran Islam, misalnya, wayang kulit, tata busana Jawa dan lain-lain. Beliau sangat fasih ketika menuturkan Babat Tanah Jawa yang penuh dengan nilai falsafahnya
  4. Beliau termasuk ulama ahli falak. Namun hal ini sangat disimpan rapi, alasannya sangat sederhana yakni menghindari agar tidak sampai diartikan atau dianggap sebagai ahli nujum.

4. Karomah
Karena sifat kehati-hatian, maka KH. Muhammad Idris sangat rapat dalam menyimpan rahasia kekhususan yang dimiliki. Adapun kejadian-kejadian yang merupakan karomah yang diungkap di sini adalah sebagian kecil yang sempat direkam semasa beliau masih hidup.

1. Beliau sangat menghormati tamu, pernah suatu ketika beliau kedatangan tiga orang tamu dari jauh. Pada saat itu ibu nyai dan pembantu tidak ada dirumah. Tiga tamu tadi dihidangkan minuman yang diambil dalam teko persediaan beliau sendiri. Anehnya dalam satu teko yang biasanya berisi teh, ketika dituangkan di dalam gelas para tamu tersebut isinya berbeda-beda sesuai dengan kesukaan tamu tersebut.

Satu gelas pada saat dituangkan berisi kopi, satu berisi teh dan satunya lagi berisi susu. Hal ini membuat ketiga tamu tadi tertegun sambil berbisik, "Bagaimana bisa kiyai sudah tahu minuman kesukaan kami padahal kami belum pernah silaturahmi dan ketemu kiyai, dan kami saat ini memang betul-betul haus."

2. Beliau sebenarnya melaksanakan ibadah haji baru tiga kali. Namun kenyataannya, tiap tahun banyak saudara yang pergi haji berjumpa beliau, baik di Makkah maupun ketika berada di Madinah. Hal ini pernah dialami oleh KH. Ahmad Zarkasy, KH. Abu Shihab, KH. Taubatan Nasuha. Ketika mereka bertiga yang tergolong sudah sepuh melaksanakan ibadah haji, ketiganya di sana di pandu oleh KH. Soeratmo atau Mbah Kiyai Muhammad Idris. Maka setelah ketiganya pulang tersebarlah berita tersebut.

Dan mereka menuturkan bahwa KH. Soeratmo atau Mbah Kiyai Muhammad Idris setiap paginya sudah di Makkah, tetapi setiap sore selalu pamit untuk pulang. Dengan berita tersebut, para jama’ah majelis ta’lim asuhan beliau merasa heran dan dalam hati membantah berita tersebut, karena selama musim haji beliau setiap malamnya selalu aktif memberikan ceramah Tafsir Al-Qur’an di Gedung Batik PBB Kacangan.

Tetapi kemudian banyak orang percaya setelah KH. Ahmad Zarkasy sambil berlinangan air mata membenarkan berita tersebut. Peristiwa seperti itu ternyata banyak dikisahkan oleh beberapa orang yang pergi haji, meskipun Mbah Kiyai Muhammad Idris sudah wafat.

3. Pertama kali Mbah Kiyai Muhammad Idris mengadakan haul Imam Agung Syaikh Syadzili r.a yang dikenal dengan acara sewelasan pada tahun 1971 di Masjid Muqorrobbin yang baru saja didirikan. Saat itu adalah musim paceklik, masyarakat banyak mengalami kesusahan, sulit mencari makan dan tanaman pangan banyak dihabiskan oleh tikus. Panitia acara sangat cemas, karena sampai menjelang Maghrib makanan yang tersedia sangat sedikit.

Kemudian Mbah Kiyai Muhammad Idris memberi nasehat, "Jangan cemas, apabila kita mahabbah dengan kekasih Allah, Insya Allah diberkahi. Maka mohonlah keberkahan."

Kenyataannya memang benar, setelah acara dzikir selesai dibaca, dan panitia pun mulai menghidangkan makanan yang ada sampai rata kebagian semuan, padahal saat itu yang hadir ribuan orang. Setelah pengajian selesai panitia sangat heran karena makanan yang tersedia sejak sore masih utuh. Alhamdulilah, akhirnya dapat diberikan kepada para panitia dan semua yang telah membantu. Semuanya kebagian.

5. Teladan
KH. Muhammad Idris Kacangan, Andong, Boyolali merupakan tokoh terkenal yang patut diteladani. Sebagaimana para ulama lainnya, KH. Muhammad Idris memiliki kebiasaan-kebiasaan yang baik dalam kesehariannya.

KH. Muhammad Idris Kacangan tidak pernah marah, mengamuk, dan tidak pernah berbuat kasar, baik kepada keluarganya, tetangganya maupun orang lain. Hal ini pernah dikisahkan oleh Habib Muhammad bin Yahya Baraqbah dari Solo pada acara Majelis Dzikir dan Shalawat di Gantiwarno tanggal 23 Juli 2018, ba’da Isya di PP. Candi Barokah, Gantiwarno, Klaten.

KH. Muhmmad Idris Kacangan tidak pernah marah, mengamuk dan kasih kepada siapa saja. Termasuk kepada yang memusuhinya. Beliau begitu murah senyum.

Pernah pada suatu saat, Mbah Idris Kacangan dicoba oleh istrinya. Pada saat 'dahar' bersama dengan Bu Nyai, tiba-tiba Bu Nyai mengambil air minum dan melempar kepada Mbah Idris.

“Ada apa to Dek?” kata Mbah Idris dengan halus.

“Jujur Mbah, saya itu hanya penasaran marahmu itu seperti apa,” ujar Bu Nyai.

“Marahlah, Mbah,” tambah Bu Nyai penasaran. Sementara Mbah Kiyai Muhammad Idris hanya tersenyum saja.

6. Karya-Karya
Beliau sangat rajin mempelajari berbagai kitab, yang kemudian dirangkum dan ditulis kembali dalam bentuk kitab atau buku dengan tulisan tangan sendiri. Ditulis dengan sangat sistematis dan disertai dengan penafsiran atau terjemahan yang mudah dipahami oleh siapapun yang membaca. Kebiasaan itu telah dilakukan semenjak beliau belajar di Pondok Pesantren Tremas Pacitan, sampai menjelang wafatnya.

Berkat dari kebiasannya tersebut, beliau telah menulis sejumlah kitab, di antaranya adalah berikut ini:

  1. Kitab Nikah,
  2. Kitab Asyhuril Hurum,
  3. Doa-doa di dalam shalat dan diluar shalat,
  4. Kitab Tanbihul Awwam Jilid I dan II,
  5. Kitab tentang tata krama masuk Thoriqoh Syadziliyyah,
  6. Kitab Manaqib Syaikh Ali Abil Hasan Assyadzili r.a.

7. Chart Silsilah Sanad
Berikut ini chart silsilah sanad guru KH. Muhammad Idris Kacangan dapat dilihat di sinidan chart silsilah murid beliau dapat dilihat di sini.

8. Referensi
Diolah dan dikembangkan dari data-data yang dimuat di situs: Halaman 7


Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 04 September 2023 dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa tanggal 01 April 2024.

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya