Biografi Tuan Guru KH. Ahmad Bakeri, Pendiri Pesantren Al-Mursyidul Amin Gambut

 
Biografi Tuan Guru KH. Ahmad Bakeri, Pendiri Pesantren Al-Mursyidul Amin Gambut
Sumber Gambar: foto istimewa

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-Guru

3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1  Mendirikan Pesantren

4.    Chart Silsilah Sanad

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1  Lahir
KH. Ahmad Bakeri, atau yang akrab disapa Guru Bakeri Beliau lahir pada tanggal 20 Agustus 1958 M, di Desa Manarap Bitin, Kecamatan Danau Panggang, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Beliau merupakan anak keempat dari enam bersaudara, dari pasangan H. Imanuddin dan Hj. Sapura. Nama Ahmad Bakeri, merupakan nama yang diberikan atau dipilihkan oleh seorang ulama besar di kampungnya bernama Tuan Guru H. Makmur.

Beliau merupakan seorang ulama besar Kalimantan Selatan, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Mursyidul Amin Gambut Kabupaten Banjar dan seorang da’i kondang yang dikenal tidak hanya lingkup Kalimantan Selatan, namun juga regional Kalimantan, bahkan luar Pulau Kalimantan. Beliau juga dikenal sebagai tokoh organisasi seperti NU dan PKB.

1.2 Riwayat Keluarga
Pada tahun 1985, diusianya yang ke-26 tahun, KH. Ahmad Bakeri menikah dengan Nyai Hj. Siti Rukayah binti H. Husin Abdullah. Dari pernikahannya, beliau dikaruniai 5 orang anak, yakni:

  1. H. M. Rasyid Ridha,
  2. Hj. Siti Zhafirah,
  3. Muhammad Samman,
  4. Hasan Al Munawwar,
  5. Muhammad Syauqan Rabbani.

1.3 Wafat
KH. Ahmad Bakeri wafat pada hari Jum'at, 1 Februari 2013 / 20 Rabi’ul Awal 1434 H sekitar pukul 21.30 WITA di Rumah Sakit Umum Ulin Banjarmasin dalam usia 54 tahun 5 bulan. Jenazah beliau dimakamkan keesokan harinya di pemakaman Kompleks Pondok Pesantren Al-Mursyidul Amin Gambut, Kabupaten Banjar. Puluhan ribu orang menshalatkan dan menghadiri pemakamannya.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
Tahun 1967 ketika berusia sekitar 7 tahun, KH. Ahmad Bakeri masuk sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Shalatiyah di Desa Bitin. Sebuah sekolah agama swasta satu-satunya yang ada di desa itu, dan menamatkan sekolah tingkat Tsanawiyah di sekolah yang sama tahun 1976. Keteguhan, kedisiplinan, kerajinan, dan keuletannya dalam menuntut ilmu, menjadikan Kyai Ahmad Bakeri selalu menjadi juara kelas.

Di sini beliau berguru kepada beberapa ulama setempat seperti KH. Muhammad Ramli, KH. Muhammad Arsyad, KH. Mansunia, Tuan Guru H. Amir Haji, Tuan Guru H. Darsi, dan lain-lain. Selain berguru secara formal di sekolah, beliau ikut hadir di Majelis Ta’lim Guru KH. Asmuni Danau Panggang (Guru Danau) serta belajar ilmu nahwu dan sharaf kepada Tuan Guru H. Zainuddin.

Tahun 1977, Kyai Ahmad Bakeri merantau ke Martapura untuk melanjutkan pendidikan ke Pondok Pesantren Darussalam. Selama belajar di Pondok Pesantren Darussalam, beliau banyak mendapatkan pengalaman dan pengetahuan ilmu-ilmu agama yang baru, terutama yang bersumber dari kitab-kitab tradisi pesantren, kitab kuning, atau biasa juga dikenal sebagai kitab gundul.

Beberapa kitab kuning yang menjadi pembelajaran sehari-harinya waktu masih di Kelas Satu Aliyah Pondok Pesantren Darussalam di bawah asuhan KH. Syukri Unus antara lain: Murâqi al- ‘Ubudiyyah (akhlak), Tuhfatual-Murîd (tauhid), kitab lainnya terkait hadis, tarikh, tafsir, fiqih, bahasa Arab, mantiq dan lainnya. Pada tahun 1980, beliau berhasil menyelesaikan pendidikannya di pondok pesantren tersebut.

Selain mengikuti pendidikan formal di Pondok Pesantren Darussalam, Kyai Ahmad Bakeri pada setiap kesempatan, terutama pada sore hari, juga rajin “ngaji duduk” (sistem halaqah) pada ulama-ulama di kampung, apalagi Martapura memang dikenal sebagai gudangnya para ulama di Kalimantan Selatan.

“Kegemaran atau kesenanganku yang telah tertanam sejak di Madrasah Ibtidaiyah sampai Tsanawiyah untuk bertanya terhadap sesuatu masalah yang belum atau tidak aku pahami, senantiasa mewarnai pendidikanku pula di tingkat Aliyah Darussalam Martapura ini. Dengan berbekal sifat inilah, aku banyak mendapatkan informasi-informasi tambahan mengenai suatu masalah, terutama banyak menyangkut masalah khilafiyah antar mazhab, di samping menggali dan memperdalami berbagai cabang ilmu pengetahuan dengan menelaah kitab-kitab klasik yang berpaham “Ahlus Sunnah wal Jama’ah” kepada guru-guru yang memang di kota Martapura, mayoritas mengikuti mazhab Imam asy-Syafi’i,” ujar KH. Ahmad Bakeri.

2.2 Guru-Guru

  1. KH. Muhammad Ramli,
  2. KH. Muhammad Arsyad,
  3. KH. Mansunia,
  4. Tuan Guru H. Amir Haji,
  5. Tuan Guru H. Darsi,
  6. Guru KH. Asmuni Danau Panggang (Guru Danau),
  7. Tuan Guru H. Zainuddin,
  8. KH. Syukri Unus,
  9. KH. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani (Guru Sekumpul),
  10. KH. Ruyani (Guru Yani),
  11. KH. Ahmad Jarkasyi (Guru Jarkasyi),
  12. KH. Ahmad Amin.

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah

3.1 Mendirikan Pesantren
Tidak lama setelah menyelesaikan Pendidikan di Ponpes Darussalam, beliau mempersunting gadis Gambut. Dan di tempat inilah beliau kemudian mendirikan Pondok Pesantren Al-Mursyidul Amin.

Dalam aktifitas keagamaan, di samping mengelola pondok beliau juga memangku jabatan sebagai Ketua badan Pengelola Masjid Raya “Sabilal Muhtadin” Banjarmasin. Mengisi pengajian di masjid tersebut, juga mengasuh ruang Tanya jawab agama di Surat Kabar “Banjarmasin Post” dan tabloid “Serambi Ummah”. Kumpulan Tanya jawab tersebut telah diterbitkan dalam sebuah kitab yang diberi judul "Ibanatul Ahkam".

6. Chart Silsilah Sanad
Simak juga Chart Silsilah Sanad Guru Tuan Guru KH. Ahmad Bakeri

Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 1 Februari 2023, dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa pada tanggal 1 Februari 2024.

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya