Refleksi KH Henry Sutopo: Corona dan Kepekokan Sosial

 
Refleksi KH Henry Sutopo: Corona dan Kepekokan Sosial

LADUNI.ID, Jakarta - Di tengah situasi dan kondisi wabah Corona seperti ini akan tampaklah wajah-wajah manusia asli dan asli manusia. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri akan bereaksi ragam dalam menghadapi Wabah tersebut antara lain:

1. Ada yang mengeluh sambat ngalor ngidul padahal yang disambati nasibnya sama bahkan lebih parah.

2. Ada yang menerima kondisi dengan berserah tawakal apa adanya namun tetap berusaha semampunya.

3. Ada yang tidak begitu ngaruh karena kebetulan rejekinya berlebih, masih ada aset simpanan dan tabungan.

4. Namun ada juga yang sebenarnya rentan terdampak dalam kesulitan namun ia sembunyikan rentan kesulitan itu dengan wujud masih peduli orang lain yang lebih susah.

Sebagai seorang santri yang pernah ngaji mungkin masih ingat riwayat salah satu Asbabul Nuzul Alquran Surat Al Hasyr 9. Dikisahkan begini:

Seorang budak kecil hitam kurus penunggu kebun kurma yang mengalah kepada anjing lapar yang ditemui, ia berikan potongan roti pemberian tuannya sebagai bekal seharian menunggu kebun untuk diberikan kepada anjing lapar yang hampir mati.

Ia lakukan itu dengan pertimbangan lebih baik ia yang lapar daripada melihat anjing mati kelaparan.

Kejadian itu dilihat oleh Sahabat Jakfar bin Abi Thalib yang kebetulan lewat, lantas budak kecil kurus hitam itu ia beli beserta kebun kurma dari tuan pemiliknya sehingga budak itu bebas sekaligus jadi pemilik kebun kurma.

Dalam situasi dan kondisi wabah Corona saat ini, kita yang bukan budak apakah akan berdiam diri melihat saudara kita sesama manusia yang kelaparan?

Bukankah kita dididik untuk menjadi Manusia yang punya KEPEKAAN SOSIAL bukan PEKOK SOSIAL?


*) Oleh KH Henry Sutopo, Alumni Pesantren Krapyak Yogya (santri KH Ali Maksum).