Tiga Golongan Pencari Ilmu Menurut Imam Ghazali

 
Tiga Golongan Pencari Ilmu Menurut Imam Ghazali

LADUNI.ID, Jakarta - Dalam pencarian ilmu, manusia terbagi atas tiga golongan menurut Imam Ghazali dalam kitab Bidayatul Hidayah :

[1] Orang yang mencari ilmu untuk dijadikan bekal untuk akhirat, dimana ia hanya ingin mengharap rida Allah. Ia termasuk golongan yang beruntung.

[2] Orang yang mencari ilmu untuk dimanfaatkan dalam kehidupannya di dunia. Sehingga ia bisa memperoleh kemuliaan duniawi. Ia tahu dan sadar bahwa niatnya keliru. Orang ini termasuk ke dalam kelompok yang riskan, jika ajalnya tiba sebelum sempat bertobat. Tapi jika ia sempat bertobat sebelum ajal tiba, lalu berilmu dan beramal dengan memperbaiki niatnya, maka ia akan masuk golongan orang yang beruntung.

[3] Orang yang terperdaya setan. Ia menggunakan ilmunya sebagai sarana untuk memperbanyak harta, serta untuk berbangga dengan jabatannya dan menyombongkan diri dengan banyaknya pengikut. Ilmunya menjadi tumpuan untuk meraih tujuan duniawi. Namun ia masih mengira bahwa dirinya mempunyai derajat di sisi Allah karena ciri-cirinya dan kepandaian berbicara seperti ulama, padahal ia begitu tamak kepada dunia.

Orang pada golongan yang ketiga ialah orang yang merugi. Ia termasuk yang disebutkan Rasul saw: “Ada yang aku khawatirkan dari kalian daripada Dajjal.” kemudian Rasul ditanya, “Apakah itu wahai Rasulullah?” Rasul menjawab, “Ulama su’ (buruk).”

Sebab, Dajjal memang jelas bertujuan untuk menyesatkan, sedangkan ulama su', walaupun lidah dan ucapannya memalingkan manusia dari dunia, tapi tidak tercermin pada amal perbuatannya.

Padahal, tindakan lebih berbekas dibanding ucapan. Manusia lebih terpengaruh oleh apa yang dilihat pada sikap dan tindakan daripada apa yang diucapkan. Kerusakan yang ditimbulkan oleh tindakan jauh lebih besar daripada kebaikan yang di­sebabkan oleh ucapan. Itu artinya, pengaruh perilaku lebih kuat ketimbang pengaruh ucapan.

Lisanul hal afshahu min lisanil maqal.

Praktik itu lebih mantap daripada hanya sekadar teori belaka.

Menurut falsafah Jawa : "Sing menang sing ngelakoni"

Itulah mengapa Rasulullah SAW menjadi uswatun hasanah tersebab akhlaknya dalam konsep perilaku. Selaras antara perkataan dan perbuatan. Beliau melakukan apa yang beliau sampaikan, bahkan sering kali melakukan terlebih dahulu sebelum menyampaikannya.

Sementara itu, orang bodoh tidak akan berani mencintai dunia jika tidak diberi contoh oleh ulama su'. Ilmu yang dimilikinya, menjadi musabab yang menyebabkan ia berani bermaksiat kepada-Nya. Ia dikelabui nafsunya, tapi masih terus saja memberi angan-angan. Bahkan, ia mengajaknya mendermakan sesuatu untuk Allah dengan ilmunya. Nafsunya membuat ia merasa lebih baik dibandingkan orang lain.

Ketika setan sudah mendarah daging dalam diri seseorang pertanda yang bisa dilihat ialah dari perubahan orang tersebut, yang semula gemar berkumpul dengan orang saleh kemudian tanpa ia sadari menjadi menjauh dan alergi bergaul dengan orang saleh.

الأ ْروَاحُ جُنُو دٌ مُجَنَّدَ ةٌ فَماَ تَعَارَفَ مِنْهَا ا ئْتَلَفَ وَمَا تَناَكَرَ مِنْهَا احْتَلَفَ

"Ruh-ruh itu (seperti) pasukan yang mengelompok, maka ruh-ruh yang saling kenal akan menjadi akrab, adapun ruh-ruh yang tidak saling kenal akan menjadi saling tidak cocok." (HR. Bukhari)

Maka dari itu, jadilah golongan yang pertama. Dan waspadalah agar tidak menjadi golongan kedua karena banyak orang yang menunda-nunda, ternyata ajal menjemput sebelum sempat memperbaiki niat kemudian bertobat, akhirnya menjadi orang yang merugi. Lebih dari itu, janganlah sampai menjadi golongan ketiga karena kehidupannya tidak akan tenang dan selamat.

Jika engkau bertanya, "Apa pangkal dari hidayah yang menguji diriku?". Hidayah bermula dari takwa lahir dan berakhir dengan takwa ba­tin. Tidak ada hidayah melainkan bagi orang yang bertakwa.

Takwa adalah ungkapan yang mengandung makna, konsisten melaksana­kan perintah Allah Ta'ala dan berusaha menjauh dari larangan-larangan-Nya.

Hanya kepada Allah tempat meminta pertolongan."

Wallahu a'lam.


*) Oleh Neyla Hamadah, Mahasiswi Jurusan Manajemen UNU Yogyakarta.