Agama Itu Butuh Sanad, Jadi Harus Mengikuti Ulama

 
Agama Itu Butuh Sanad, Jadi Harus Mengikuti Ulama

LADUNI.ID, Jakarta - Di zaman yang serba akhir ini, orang sering membicarakan agama. Seolah-olah, semua orang sekarang memiliki legitimasi untuk berbicara tentang agama. Padahal, agama tidak demikian. Agama tetap membutuhkan sanad, membutuhkan riwayat, sehingga tidak sembarang orang boleh berbicara agama apalagi hanya bermodal akal saja.

Hal itulah yang ditekankan oleh KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha, sebagaimana dituturkannya dalam sebuah video ceramah yang diupload oleh akun Youtube Kajian Islam. JIka agama dipersepsikan melalui akal semata, maka itu akan berbahaya.

Gus Baha mencontohkan, bagaimana iblis dan malaikat adalah dua makhluk yang sama-sama memiliki pikiran. Bahkan, kalau diperbandingkan pikiran kedua makhluk tersebut bisa jadi lebih benar iblis jika hanya dilihat berdasarkan pikiran. Ketika agama diikutkan pada pikiran, maka bisa jadi lebih benar iblis karena cara berpikir iblis menganggap bahwa Nabi Adam dianggap lemah sementara iblis adalah api sehingga dapat diartikan lebih unggul iblis. Sementara malaikat tidak pernah berpikir, apa yang jadi tugas tinggal malaikat laksanakan. Tidak perlu berpikir.

Titik tekannya, ketika berbicara mengenai agama maka harus berdasarkan sanad. Bukan berdasarkan akal semata. Dalam hal ini, Gus Baha mencontohkan kembali ketika ada istilah Baitullah. Secara Tauhid, Gus Baha sebenarnya merasa keberatan dengan adanya istilah Baitullah yang berarti rumah Allah, karena Baitullah berkonotasi Allah menempati ka’bah. Jadi, tidak cukup agama mengikuti akal melainkan harus mengikuti ulama. Bahwa, yang dikatakan Baitullah itu adalah bentuk penghormatan sehingga bukan berarti Allah menempati ka’bah karena Allah tidak butuh tempat. Persoalan itu sebenarnya merupakan sebuah kepelikan, dan yang memahami kepelikan tersebut adalah ulama.

Agama Itu Unik

Kalau dalam pengajian para ulama, agama itu sejak dulu adalah unik. Misalnya, ketika Allah melarang sujud kepada batu, tapi kita shalat harus menghadap ka’bah. Untuk memperjelaskan hal ini, dari awal kita harus menanamkan bahwa sujud itu harus lillahi ta’ala. Sementara arah kiblat merupakan kesepakatan untuk menunjukkan kalau kita melaksanakan sujud harus menghadap ka’bah. Namun tetap sujud kita hanya lillahi ta’ala, hanya karena Allah.

Dengan demikian, agama seringkali memang disoal oleh akal karena agama tanpa akal nantinya tidak akan bisa berdiri. Akan tetapi, jika dalam beragama terlalu mengandalkan akal malah akan repot. Maka dari itulah, sanad atau riwayat sangat penting di dalam beragama. Bahkan, menurut penjelasan Gus Baha, Imam Malik sangat tidak suka jika agama itu dilogikakan karena orang yang punya logika kemudian akan merasa memiliki otoritas terhadap agama.

Gus Baha menegaskan bahwa agama itu unik. Sebab, dari awal agama itu memang liqaumi ya’qiluun (bagi orang-orang yang berakal), tetapi akal yang berlebihan akan mengganggu agama. Oleh karena itulah, agama sebenarnya riwayat.  

“Agama ini ilmu, kemudian (untuk memperoleh ilmu itu, pen.) kamu harus dari sanad yang benar,” jelas Gus Baha.