Belajar Hakikat Cinta dari Nabi Ibrahim dan Anak Istrinya

 
Belajar Hakikat Cinta dari Nabi Ibrahim dan Anak Istrinya
Sumber Gambar: arabnews.com, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Nabi Ibrahim adalah salah satu nabi yang pertama kali bisa mendeskripsikan, menjelaskan, dan menguraikan ketuhanan secara sempurna. Mengenal dan menjelaskan secara sempurna mengenai Allah, Tuhan semesta alam bukan perkara mudah. Namun ketika sampai pada tataran inilah akan jadi jalan untuk mengenal hakikat cinta.

Seorang nabi adalah manusia yang pasti memiliki kelebihan dibanding manusia lainnya. Nabi Ibrahim yang mampu menjelaskan dan menguraikan ketuhanan secara sempurna itu, telah membawa pada pemahaman induk. Sebab itulah sebenarnya kita sendiri adalah termasuk milllah Ibrahim, pengikut Ibrahim. Ajaran Nabi Muhammad sendiri, sebagaimana dijelaskan KH. Buya Syakur Yasin, adalah ajaran yang juga mengikuti millah Ibrahim. Hal ini sangat jelas keterangannya dalam firman Allah SWT berikut ini,

قُلْ صَدَقَ اللّٰهُ ۗ فَاتَّبِعُوْا مِلَّةَ اِبْرٰهِيْمَ حَنِيْفًاۗ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ 

“Katakanlah: Benarlah (apa yang difirmankan) Allah. Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik. Bantahan terhadap pengakuan Ahli Kitab tentang rumah ibadah yang pertama.” (QS. Ali Imran ayat 95)

Ayat ini menerangkan posisi Tuhan dalam kaitan dengan cinta Nabi Ibrahim yang hanya kepada Allah saja. Nabi Ibrahim telah teruji dalam mencintai Allah. Sebab biasanya, dalam hal cinta, orang malas menguji cinta. Karena itu, setiap orang kiranya perlu menguji kadar orang yang mencintainya, sejauh manakah cintanya itu.

Allah itu Maha Cemburu. Sebagaimana perempuan yang sangat mencintai suaminya. Saat sang suami melirik saja kepada perempuan lain, maka sang istri pasti akan marah. Begitu pula ketika hati kita terjadi penyelewangan, ada sesuatu yang lain selain Allah yang dicintai, maka percayalah bahwa Allah itu Maha Cemburu.

Rasa sayang Nabi Ibrahim kepada anak istrinya ternyata sangat luar biasa. Dari perilaku sehari-hari Nabi Ibrahim, sangat terlihat bahwa Nabi Ibahim sangat menyayangi Nabi Ismail. Bahkan mungkin melebihi batas kewajaran. Akhirnya, Allah mengujinya, memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya. Padahal itu hanya lah ujian, tetapi Nabi Ibrahim tetap melakukan perintah Allah. Itu adalah ujian belaka, sebab Allah SWT begitu sayang pada Nabi Ibrahim.

Karenanya, Nabi Ibrahim sangat sah dan patut disebut sebagai sang pecinta sejati. Sampai-sampai, anak dan istrinya ditinggalkan demi memenuhi perintah Allah SWT. Hal itu adalah tentang kadar cinta. Sebab, hakikat cinta itu tanpa batas. Apapun akan dilakukan demi cinta.

Ketika Nabi Ibrahim meninggalkan anak dan istrinya, beliau tidak lupa untuk menitipkan mereka kepada Allah SWT. "Karena itu adalah perintah-Mu, maka aku titipkan anak istriku pada-Mu," Nabi Ibrahim berdoa untuk menitipkan anaknya, sebagaimana terekam dalam ayat Al-Qur’an berikut,

رَبَّنَآ اِنِّيْٓ اَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ اَفْـِٕدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِيْٓ اِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS. Ibrahim ayat 37)

Dari doa Nabi Ibrahim inilah sekarang terbukti. Kota Makkah kini menjadi tempat tujuan banyak umat manusia, terutama umat Islam untuk melaksanakan haji. Umat Islam bahkan merelakan harta terbaiknya demi bisa menunaikan ibadah umrah dan haji. Ibadah di tempat suci itu juga berlipat ganda pahalanya. Allah SWT mengabulkan doa Nabi Ibarahim AS yang penuh dengan rasa cinta itu.

Artinya, ketika kita mencintai maka cukup pada satu. Cinta itu tidak ada duanya. Sebab, jika orang memiliki dua lobang dalam hatinya, maka itu mustahil bisa dilakukan. Sebab orang semacam itu sah dianggap sebagai orang munafik. Seperti kisah Nabi Ibrahim, tidak ada yang dicintainya lagi kecuali Allah SWT. Ketika Allah menyuruh Nabi Ibrahim untuk menyembelih dan meninggalkan orang-orang yang sangat disayanginya, Nabi Ibrahim tetap melaksanakan perintah itu dan menitipkan semuanya kepada Allah SWT.

Hal ini sangat berbeda dengan kenyataan orang-orang pada umumnya sekarang. Jika orang menitipkan anaknya kepada orang kaya, mungkin orang tersebut akan senang. Tapi ketika orang menitipkan anaknya kepada Allah SWT, ada secercah ketidakyakinan di dalam hatinya, dan muncullah rasa bimbang. Hal itu dipastikan bisa terjadi pada orang yang akidahnya tidak begitu jelas, masih lebih mempercayai kekayaan dunia daripada kekayaan Allah SWT.

Demikian itulah gambaran hakikat cinta yang dapat kita pelajari dari kisah Nabi Ibrahim AS dan anak istrinya. Semoga tulisan ini menjadi pengantar untuk kita mengenal dan mencintai Allah seutuhnya. Amin. []


Sumber: Tulisan ini merupakan catatan yang diolah dan dikembangkan dari pengajian KH. Buya Syakur Yasin. Tim redaksi bertanggungjawab sepenuhnya atas uraian dan narasi di dalam tulisan ini.

Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 23 Juli 2020. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Editor: Hakim