1 Muharam, Helmy Faishal Ajak Umat Teladani Spirit Hijrah Rasulullah SAW

 
1 Muharam, Helmy Faishal Ajak Umat Teladani Spirit Hijrah Rasulullah SAW

LADUNI.ID, Jakarta - Peristiwa 1 Muharram yang ditandai dengan hijrah Nabi Muhammad SAW adalah peristiwa agung yang sangat penting bagi sejarah umat Islam. Hijrah adalah metamorfosis gerakan, baik sosial, keagamaan, maupun kebudayaan. Bahkan, karena teramat pentingnya peristiwa hijrah tersebut sejarah mencatat dan juga mengabadikannya sebagai ‘ikon’ ajaran Islam.

Dalam momentum tahun baru 1442 hijriah ini, Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama menegaskan:

Pertama, mengajak seluruh umat Islam untuk meneladi spirit dan nilai-nilai yang terkandung dalam peristiwa hijrah Rasulullah SAW. Kita harus meneladani sikap, perbuatan, ucapan, dan akhlak Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-hari.

Kedua, ada empat pesan Nabi Muhammad SAW yang disampaikan saat khutbah di awal masa hijrah. (1): menebarkan salam. Salam yang dimaksudkan adalah ‘perdamaian’. Dalam konteks berabangsa dan bernegara ada irisan kemiripan dan kesamaan struktur sosiologis masyarakat Madinah kala itu dengan masyarakat Indonesia saat ini. Irisan keduanya pada konteks kemajemukan dan kebinekaan. Keduanya sama-sama majemuk. Maka dalam konteks ini, pesan Nabi Muhammad SAW tidak berhenti pada makna tekstual menebarkan salam, melainkan yang dimaksudkan adalah menebarkan kedamaian serta menciptakan rasa aman bagi siapapun sesama manusia, terlebih sesama bangsa dan Negara.

(2) memberi makanan atau bersedekah. Pesan ini mengingatkan kepada kita semua bahwa kepedualian sosial adalah pilar penting dalam bermasyarakat. Masyarakat yang baik adalah masyarakat yang dibangun di atas individu-individu yang memiliki kepekaan dan kepedeulian sosial kepada sesame. Baik kepedeulaian dalam konteks seagama (ukhuwwah Islamiyah), kepeduliaan dalam konteks berbangsa (ukhuwwah wahtaniyyah), ataupun yang lebih mendasar dari itu semua yakni kepeduliaan kemanusiaan (ukhuwwah insaniyyah).

(3) Menjalin silaturrahim. Ini adalah aspek yang tidak kalah penting utamanya dalam konteks berbangsa dan bernegara. Kiai Abdul Wahab Hasbullah pernah bersama-sama dengan Bung Karno menggagas siltaurrahmi nasional para tokoh bangsa dan elit politik yang saat itu sedang dilanda pertikaian yang luar biasa pada tahun 1948. Silaturrahim itu belakangan dinamakan dengan halalbihalal. Artinya dalam forum silaturrahim tersebut terdapat keberkahan yang sangat luar biasa yakni tercapainya rasa saling memaklumi, memaafkan dan mengikhlaskan satu sama lain.

(4) Menjalankan salat malam. Dalam konteks ini, menurut Nabi Muhammad SAW berpesan kepada kita semua agar senantiasa berusaha menjadi pribadi yang bersemangat untuk memperbaiki diri dengan cara ‘mengetuk pintu langit’ di malam hari. Malah hari, apalagi di sepertiga malam akhir, adalah momen yang sangat tepat untuk ‘mengoreksi’ diri serta bermuhasabah merenungi kesalahan demi kesalahan yang telah kita lakukan untuk dimintakan maaf kepada Allah SWT. Dalam posisi seperti ini, salat malam memiliki kedudukan yang sangat penting bagai setiap hamba.

Ketiga, mengajak kepada kita semua agar merenungkan baik-baik, serta agar lebih belajar menggali lebih dalam lagi pesan-pesan kenabian yang relevan dalam konteks hijrah ini, agar kita semua bisa berhijrah dan bertransformasi menjadi pirbadi, sosial, maupun bangsa yang lebih baik, lebih mulia, dan lebih bermartabat.

Keempat, dalam momentum tahun baru hijriah ini, mari kita manfaatkan sebaik mungkin untuk bersama-sama melangitkan doa, saling membantu dan mensuport agar bangsa kita segera diberi kemudahan untuk keluar dari wabah pandemi covid-19 dengan selamat.

(Jakarta, 19 Agustus 2020)

*) A Helmy Faishal Zaini, Sekretaris Jenderal Pengurus Bear Nahdlatul Ulama