Kisah Habib Ahmad Benhil Melindungi Nyawa Orang PKI

 
Kisah Habib Ahmad Benhil Melindungi Nyawa Orang PKI

LADUNI.ID, Jakarta - Tulisan ini adalah kisah tentang Al-Habib Ahmad bin Abdullah Al Attas Shahib BENHIL (Bendungan Hilir) melindungi nyawa PKI yang hendak membunuhnya. Kisah ini berawal ketika Habib Ahmad punya tetangga yang begitu akrab dengan beliau.

Teman tersebut adalah seorang Guru SD. Setiap hari sering diskusi bareng dan ngopi di beranda rumah beliau. Sayang tetangga tersebut Komunis

Sebagai gambaran tentang pribadi Al Habib Ahmad, beliau adalah sosok pendakwah yang sangat mulia akhlaknya. Berperasaan halus dan menghormati siapa saja. Tidak perduli apa golongannya, apa agamanya.  Beliau jika ke pasar yang tidak begitu jauh jaraknya bisa memakan waktu 3 sampai 4 jam lamanya .

Bagaimana tidak? Setiap melewati satu rumah beliau akan sempatkan menyapa penghuninya. Jika berpapasan dengan seseorang di jalan beliau menyapa dan mengajak berbincang- bincang ringan .

Padahal, tetangga beliau kebanyakan Nasrani yang beretnis China, di antaranya ada seorang pendeta malah. Dan beliau sapa semua dengan bahasa halus dan dengan muka yang berseri-seri, “Selamat pagi , Tuan. Baek-baek ya,  hari ini?”

Kembali tentang tetangga Habib Ahmad yang PKI tadi. Seringkali dia saat mengajar di sekolah, dia dengan sengaja menanamkan ideologi PKI-nya kepada para siswa.

Pernah suatu kali dia membagikan masing-masing satu buah Pensil kepada setiap siswa. Kemudian dia berkata:

“Anak-anak, siapakah yang memberi kalian Pensil?”

Anak-anak menjawab serempak: “Pak Guru…!”

Dia meneruskan: “Sekarang coba, anak-anak angkat tangannya ke atas . Semua bersama-sama meminta sama Tuhan… ‘Ya Tuhan, beri kami pensil…”

Para siswa pun melakukan perintahnya dan sesudah itu dia berkata: “Ayo, siapa yang sudah diberi pensil oleh Tuhan, angkat tangannya…”

Begitu tidak ada siswanya yang mengangkat tangan dia berkata: “Berarti Tuhan itu tidak ada, anak-anak. Kalau memang Tuhan itu ada, Tuhan yang Maha Kaya pasti sudah memberi kalian pensil…”

Begitulah salah satu trik-trik jahat PKI. Semua cara ditempuh.

Nah, saat Kudeta Gerakan 30 September gagal, rakyat melawan. Mereka mencari orang-orang PKI dan melampiaskan dendam mereka. Sebagian mereka dikejar-kejar dan dihabisi. 

Guru SD itu salah satu target yang akan dihabisi. Terlalu banyak orang yang mengejar dan mengepung, Guru PKI itu sudah yakin akan mati dibantai.

Di saat terakhir kemudian dia teringat seseorang yang dia kenal sebagai sosok yang berakhlak mulia: Al Habib Ahmad.

Dengan tubuh menggigil ketakutan, menangis dan menyembah-nyembah dia memohon kepada Habib Ahmad agar bisa menolongnya,

“Tuan, tolonglah saya… Selamatkan lah saya…”

Habib Ahmad bukannya tidak mengerti siapa guru itu, beliau faham siapa dia. Dan bukan pula tidak menyadari situasi/ keadaan di luar, beliau juga faham. Tetapi, dengan lembut beliau mengangkat tubuh guru itu sembari berkata:

“Tuan jangan takut. Percayalah kepadaku…”

Orang-orang yang mengejar dirinya, akhirnya menyadari bahwa guru PKI tersebut bersembunyi di rumah habib. Mereka segera mengepung dan meminta habib menyerahkannya.

“Apa salah dirinya sehingga kalian ingin membunuhnya?”

Mereka menjawab, “Dia tokoh PKI. Dalam rumahnya kami temukan daftar-daftar nama orang yang menjadi tanggung jawabnya untuk dibunuh!"

Kemudian mereka menyerahkan dokumen tersebut kepada Habib. Di dalamnya ada daftar nama-nama tokoh muslim yang menjadi target operasi PKI untuk dibunuh. Dalam dokumen tersebut, nama Habib Ahmad ada di list yang pertama!

Konon, pisau yang akan digunakan untuk mengeksekusi calon korbannya juga sudah ditemukan di rumahnya.

Namun dengan senyum yang tulus al Habib Ahmad menjawab, “Kalian tidak bisa membawanya pergi…”

Saat itu, Guru PKI mendengarkannya dari balik pintu kamar yang tersembunyi.

“Yang kalian cari itu sekarang telah memohon perlindungan kepadaku. Jika kalian memaksa akan membunuhnya, maka kalian harus membunuhku terlebih dahulu,” ujar Habib Ahmad.

Begitulah akhlak mulia seorang yang shalih seperti Habib Ahmad. Beliau tetap melindungi musuhnya. Seorang musuh yang kemudian meminta perlindungan kepada dirinya.

Beliau maafkan, meskipun mengetahui jika keadaaan politik yang terjadi berbeda, maka justru beliau sendiri adalah orang yang pertama kali akan dibunuh oleh musuhnya itu.

Inilah akhlak Nabawiy. Akhlak agung Nabi Muhammad SAW yang begitu penuh kasih dan pemaaf. Tidak sembarang orang memiliki kemuliaan sifat yang demikian.

Lahul fatihah....