Kisah-Kisah Ketika Ruh Mendatangi Rumah dan Kuburan

 
Kisah-Kisah Ketika Ruh Mendatangi Rumah dan Kuburan

LADUNI.ID, Jakarta – Rasulullah SAW bersabda: “Ketika ruh sudah keluar dari tubuh anak Adam dan telah lewat masa 3 hari, maka ruh itu berkata: ‘Wahai Tuhanku, izinkanlah aku berjalan sehingga aku bisa melihat jasadku, di mana aku pernah berada dalam jasad tersebut’.”

Allah pun mengizinkannya, datanglah ruh ke kuburnya, ia melihat jasadnya dari jauh. Darah telah mengalir dari kedua hidung dan mulutnya, maka ruh itu menangis dengan tangisan yang lama. Kemudian ruh berkata: “Wahai jasad yang miskin, wahai kekasihku, apakah kamu ingat hari-hari hidupmu? Ini adalah rumah duka cita dan rumah cobaan, rumah kesedihan, rumah kesusahan dan rumah penyesalan”. Kemudian ruh pergi.

Ketika lewat masa 5 hari, ruh berkata: “Ya Tuhanku, izinkanlah aku lihat jasadku lagi.” Allah pun mengizinkannya. Lalu datanglah ruh ke kuburnya, ia melihat dari jauh dan telah mengalir dari hidungnya, mulutnya serta telinganya nanah kental yang bercampur darah, maka ruh menangis dengan sangat keras. Kemudian ia berkata: “Wahai jasad yang miskin, apakah kamu ingat hari-hari hidupmu? Ini adalah rumah kesehdihan, rumah duka cita, rumahnya ulat dan kalajengking yang telah memakan dan merobek anggota tubuhmu.” Setelah itu, ruh berlalu.

Tatkala lewat masa 7 hari, ruh berkata: “Ya Tuhanku, izinkanlah aku untuk melihat jasadku”. Allah pun mengizinkannya. Maka datanglah ruh ke kuburnya, ia melihat dari jauh jasadnya telah dikerubungi oleh banyak ulat. Melihat hal itu, ruh menangis dengan sangat keras seraya berkata, “Wahai tubuhku, apakah kamu ingat hari-hari hidupmu, di mana anak-anakmu, kaum kerabatmu, auratmu, saudara-saudaramu, teman dekatmu, sahabatmu, dan di mana tetanggamu, yaitu orang yang ridha bertetangga denganmu. Pada hari ini mereka menangis kepadaku dan kepadamu.”

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a.: Ketika seorang mukmin meninggal dunia, maka ruhnya berputar-putar di sekitar rumahnya selama 1 bulan. Ruh ini bisa melihat harta benda yang ditinggalkannya, bagaimana cara hartanya dibagi, dan bagaimana hutang-hutangnya dibayar?

Ketika telah sampai masa 1 bulan, ruh kembali ke kuburnya, ia berputar-putar sampai dalam masa 1 tahun dari kematiannya, dan ia bisa melihat orang yang mendoakan dirinya, ia juga bisa melihat orang yang bersedih atas kematiannya. Setelah satu tahun, ruh diangkat ke tempat kumpulnya para ruh sampai hari kiamat.

Dalam hal ini, Allah Ta’ala berfirman:

تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِنْ كُلِّ اَمْرٍۛ (٤)

Tanazzalu almalaa-ikatu waalrruuhu fiihaa bi-idzni rabbihim min kulli amrin

Artinya: “Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.” (Al-Qadr ayat 4).

Ada yang mengatakan bahwa bersama para malaikat itu adalah ruh dan raihan. Juga ada yang mengatakan bahwa yang dimaksudkan dengan ruh pada ayat di atas adalah malaikat yang agung yang turun khusus untuk melayani orang mukmin. Sebagaimana firman Allah:

يَوْمَ يَقُوْمُ الرُّوْحُ وَالْمَلٰۤىِٕكَةُ صَفًّاۙ لَّا يَتَكَلَّمُوْنَ اِلَّا مَنْ اَذِنَ لَهُ الرَّحْمٰنُ وَقَالَ صَوَابًا (٣٨)

Yawma yaquumu alrruuhu waalmalaa-ikatu shaffan laa yatakallamuuna illaa man adzina lahu alrrahmaanu waqaala shawaabaan

Artinya: “Pada hari, ketika ruh[1] dan para malaikat berdiri bershaf-shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar.” (QS. An-Naba’ ayat 38).

Ada yang mengatakan, kata ruh dari ayat di atas adalah ruhnya Muhammad SAW yang ada di bawah Arasy. Ruh ini memohon izin pada Allah di malam Lailatul Qadar agar diperkenankan turun untuk memberi salam kepada orang mukmin, maka ruh itu berjalan di tempat mereka.

Pendapat lain mengatakan, maksud kata ruh dari ayat di atas adalah ruh para kerabat yang sudah mati. Ruh itu berkata: “Ya Tuhan kami, izinkanlah kami turun ke bumi sehingga kami bisa melihat anak-anak kami dan keluarga kami. Akhirnya turunlah ruh itu di malam Lailatul Qadar”.

Seperti yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, pada waktu hari raya, hari Asyura’, hari Jumat yang pertama dari bulan Rajab, malam pertengahan bulan Sya’ban, malam Lailatul Qadar, serta malam Jum’at, keluarlah ruh-ruh orang yang sudah mati, mereka berdiri di pintu rumahnya, seraya berkata:

“Kasihanilah kami di mala mini yang penuh berkah dengan bersedakah, atau memberikan makanan pada orang miskin yang pahalanya ditujukan pada kami, sebab kami sangat membutuhkan sedekah. Jika kalian bakhil, tidak mau bersedekah, maka ingatlah kepada kami dengan banyak membaca fatihah di malam yang penuh berkah ini. Apakah ada salah satu dari kalian yang mengasihi kami? Apakah ada salah satu di antara kalian yang masih ingat pengembaraan kami? Wahai orang yang berdiam di rumah kami! Wahai orang yang menikahi istri kami! Wahai raong yang menempati luasnya gedung kami! Kami sekarang berada dalam kesempitan kubur, Wahai orang yang mebagi harta kami! Wahai orang yang masih ingat pengembaraan kami! Buku kalian masih digelar. Tidak ada pakaian bagi mayit dalam kuburnya, maka janganlah lupa pada kami dengan bersedekah dan doamu. Seseungguhnya kami masih membutuhkanmu.”

Kalau mayit itu mendapatkan sedekah dan doa dari keluarganya, maka ia akan kembali dengan penuh kegembiraan. Sebaliknya jika ia tidak mendapatkan sedekah atau doa dari keluarganya, maka ia akan kembali dengan bersedih hati, sepertinya telah putus hubungan dengan keluarganya.


[1] Para ahli tafsir mempunyai pendapat yang berlainan tentang maksud ruh dalam ayat ini. Ada yang mengatakan Jibril, ada yang mengatakan tentara Allah, ada pula yang mengatakan ruh manusia.