Pengantar Kitab Syajaratul Ma’arif (3): Buah Ma’rifah dan Faedahnya

 
Pengantar Kitab Syajaratul Ma’arif (3): Buah Ma’rifah dan Faedahnya

LADUNI.ID, Jakarta - Tulisan ini merupakan seri pengantar penulis kitab Syajaratul Ma’arif Tangga Menuju Ihsan, yang ditulis oleh Syaikh Al-‘Izz bin Abdus Salam. Di dalam edisi ini akan dibahas mengenai Buah Ma’rifah dan Faedahnya, serta Bahaya Kebodohan. Selamat membaca.

***

Sebaik-baik sifat manusia adalah ‘irfan (ilmu yang mendalam), dan sebaik-baik ‘irfan adalah mengetahui Dayyan (Tuhan), karena dia mengatarkan pada ihsan (kebaikan) dan membuatnya meninggalkan permusuhan.

Urutan selanjutnya adalah pengetahuan tentang hukum-hukum Al-Qur’an dan apa yang dijanjikan kepada orang-orang yang taat dan beriman juga kepada orang-orang yang kafir dan ahli maksiat.

Maka, buah dari megetahui Sang Maha Rahman adalah kondisi ruhani yang tinggi, dan ucapan-ucapan yang sarat sunnah, perilaku-perilaku yang diridhai dan derajat ukhrawi.

Buah pengetahuan tentang hukum-hukum Allah adalah menjauhi kemaksiatan dan mengikuti perilaku-perilaku yang diridhai.

Buah dari mengerti janji dan ancaman Allah adalah bisa mengambil pelajaran dari apa yang terjadi pada orang-orang yang melakukan maksiat dan akan senantiasa melakukan ketaaatan dan ihsan.

Buah dari mengerti akan hinanya dunia dan kefanaannya adalah dia akan menghinakannya dan tidak akan senantiasa mengerling padanya.

Sementara mengerti akan berharganya akhirat dan keabadiannya akan membuat senantiasa condong padanya dan bersergera padanya.

Buah dari penuhnya hati dengan pengetahuan akan Tuhan adalah menolah sesuatu yang bersifat dunia, meninggalkan saudara, meninggalkan negeri menempuh jalan yang benar, memutus semua ketergantungan, komitmen dan kebenaran, akan mengedepankan keridhaan Sang Khalik daripada kerelaan makluk. Karena Allah telah mematrikan pada hamba-hamba-Nya untuk mendahulukan sebaik-baiknya tujuan yang terbaik dan senantiasa menuntut yang semisal dengannya, dan senantiasa akan menolak dua bahaya besar yang lebih besar dengan sesuatu yang lebih rendah.

Maka, tidak akan mengedepankan yang utama daripada yang lebih utama kecuali seorang yang bodoh dan tidak mengerti urutan-urutan hal yang utama, atau seorang yang celaka yang lalai tentang posisi-posisi yang paling tinggi. Maka, tiadaklah seseorang yang selalu saja sibuk dengan urusan dunia ini kecual karena bodoh tentang kemuliaan alam akhirat, dan tidaklah seorang tidak meyibukkan diri dengan hari akhirat kecuali seorang yang bodoh mengenai keagungan Sang Mahaagung. Dengan demikian, kebodohan akan hal-hal utama dan hina adalah penyebab dikedepankannya hal-hal yang bersifat sementara dari padahal yang bersifat abadi, yang utama daripada yang paling utama dan membuat senantiasa berselimutkan kehinaan dan menjauhi keutamaan.

Bahaya Kebodohan

Sejelek-jelek kebodohan adalah kebodohan manusia tentang Tuhan Sang Maharaja Diraja, kebodohan akan hukum-hukum Al-Qur’an dan tentang apa yang Allah sediakan di surga kepada orang-orang yang taat dan ahli iman serta apa yang Allah sediakan di neraka pada orang-orang yang bodoh dan senantiasa bermaksiat.

Kebodohan akan Allah akan membuahkan semua kebalikan pengetahuan tentang Allah, akan mengantarkan pada keabadian di neraka dan kemarahan Sang Maha Rahman.

Kebodohan akan sebagian sifat Sang Maha Rahman akan membuahkan kebalikan buah dari mengetahui sifat-sifat itu dari kebaikan di dunia dan akhirat.

Sementara kebodohan akan hukum-hukum Allah akan melahirkan dosa-dosa, makan yang haram, dhalim pada manusia, menyia-nyiakan shalat dan puasa.

Kebodohan akan hinanya dunia akan membuatnya mabuk dunia.

Kebodohan akan betapa sangat berharganya akhirat akan membuat mendahulukan dunia daripada akhirat.

Kebodohan akan hari-hari Allah akan melahirkan kelalaian dan ketertipuan dan keberanian untuk bermaksiat kepada Sang Maha Agung.


Sumber: Syaikh Al-‘Izz bin Abdus Salam. Syajaratul Ma’arif Tangga Menuju Ihsan, penj. Samson Rahman. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2020.