Hubungan Sultan Abdul Hamid Alkadrie dan Syekh Syarwani Pengarang Hasyiah Tuhfah

 
Hubungan Sultan Abdul Hamid Alkadrie dan Syekh Syarwani Pengarang Hasyiah Tuhfah

LADUNI.ID, Jakarta - Hampir tiap tahun di bulan Maulid saya berziarah ke Makam Pendiri Kota Pontianak, Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie. Di area makam beliau ada makam Sultan Abdul Hamid Alkadrie, yang mengusulkan lambang Garuda dalam Pancasila.

Sejak saya aktif di Bahtsul Masail selalu akrab dengan kitab Hasyiah Tuhfah yang dikarang oleh Syekh Abdul Hamid Asy-Syarwani. Lalu apa hubungan beliau berdua?

Saya baru tahu hubungan beliau berdua dari Pakar Sejarah Ulama Nusantara, Ust Dr Ahmad Ginanjar Sya'ban (Alumni Lirboyo Kediri dan Al-Azhar Mesir) saat berbincang santai di Palu beberapa waktu lalu. Dalam catatan beliau, Syaikhah Jamilah bt. Syaikh Mahmud b. Syaikh Abdul Hamid Syarwani ini ibunya sultan Hamid II Alqadri.

Ayah Sultan Hamid II, yaitu Sultan Muhammad al-Qadri, menikah dengan salah satu istrinya yaitu Syaikhah Jamilah Syarwani (yang dalam beberapa sumber disebut "orang Turki"), dan lahirlah dari pasangan ini Sultan Hamid II. Tidak hanya kesultanan Pontianak, Ust Ginanjar sangat paham dan tahu kesultanan Sambas maupun Mempawah.

Lalu saya sampaikan kepada Ust Ginanjar bahwa kitab Syarwani -yang berjumlah 13 jilid- saat ini menjadi rujukan pintu masuk pembahasan Fikih Kontemporer tentang jual beli menggunakan alat telekomunikasi. Jika saat ini sudah ada penjelasan tentang hukum jual beli online dengan semua kecanggihan teknologi, dulu di masa Syekh Abdul Hamid Asy-Syarwani masih berupa telpon:

(ﻗﻮﻟﻪ: ﻭاﻟﻜﺘﺎﺑﺔ ﺇﻟﺦ) ﻭﻣﺜﻠﻬﺎ ﺧﺒﺮ اﻟﺴﻠﻚ اﻟﻤﺤﺪﺙ ﻓﻲ ﻫﺬﻩ اﻷﺯﻣﻨﺔ ﻓﺎﻟﻌﻘﺪ ﺑﻪ ﻛﻨﺎﻳﺔ ﻓﻴﻤﺎ ﻳﻈﻬﺮ

Jual beli dengan tulisan: demikian pula telepon jaringan yang baru di zaman ini. Transaksi dengan telepon adalah Kinayah menurut pendapat yang kuat (Hasyiah Asy-Syarwani 5/374).

***

Kabar gembira bagi para aktivis NU dan sejarah di Pontianak, insya Allah Ust Ginanjar akan hadir ke Pontianak akhir Oktober ini bersama saya.

 

(Ustadz Ma’ruf Khozin)