Ramalan Habib Farhad bin Salim Assaqqaf tentang Masa Pagebluk Tahun 2020

 
Ramalan Habib Farhad bin Salim Assaqqaf tentang Masa Pagebluk Tahun 2020

LADUNI.ID, Jakarta - Sekitar awal 2013 saya sowan beliau, al-Habib Farhad bin Salim Assaqqaf, salah satu Habib yang mastur, tidak terkenal dan tidak ingin dikenal (wafat tahun 2014). Beliau pernah dawuh;

"Besok tahun 2020 ada pagebluk yang super hebat, gus".

"Pagebluk apa, bib?," saya balik tanya.

"Besok pasti terjadi. Tunggu saja gus," jawab beliau.

Pada tahun ini, guru-guru atau kiai-kiai kita banyak yang wafat. Menurut data dari PP RMI NU, ada sekitar 200-an kiai yang wafat hingga bulan Desember ini.

Bisa jadi, ini yang beliau maksud "pagebluk yang super hebat". له الفاتحة

***

Cerita di atas ditulis oleh Mamak Kholil tentang ramalan dari seorang habib yang mastur, yakni Habib Farhad bin Salim Assaqqaf. Beliau telah meramalkan bahwa di tahun 2020 ini banyak musibah dan pagebluk yang menghantam Indonesia.

Jika selama ini kita dirisaukan dan dirasahkan oleh virus yang menyerang tidak hanya di Indonesia, tetapi hal itu tidak lebih buruk dari pagebluk kewafatan para kiai-kiai kita. Ya, pagebluk sebenarnya adalah ketika para ulama mulai mendahului kita, meninggalkan kita yang masih mencari jalan menuju jalan-Nya.

Pagebluk ini juga ditulis oleh Rijal Mumazziq Zionis, Rektor INAIFAS Kencong Jember sekaligus Ketua LTN NU Kota Surabaya, dalam artikelnya yang berjudul Inflasi Ulama. Menurutnya, sejak awal 2020 hingga bulan ini, telah ratusan ulama wafat. Saban hari, terurai kabar duka cita wafatnya Kiai A, B, C, dan seterusnya.

Belum genap sehari kita bersedih wafatnya ulama tasawuf, berikutnya ulama dengan ketinggian ilmu fiqh menyusul. Keesokan harinya, habib dengan keluhuran akhlak dan ketegasan beraqidah wafat, lusa berikutnya habib dengan ketangguhan dakwah menyusul. Benar-benar tahun duka cita.

Satu persatu tiang pancang ilmu dirobohkan Allah. Kita bersedih bukan hanya karena ditinggalkan beliau-beliau, melainkan karena kita tidak mampu menyerap gelontoran ilmu saat beliau masih hidup. Kita juga bersedih bukan hanya semakin sedikitnya stok ulama, melainkan karena dengan kewafatan beliau-beliau meninggalkan generasi yang rapuh seperti saya, dan mungkin juga anda.

Begitulah Rijal Mumazziq mengilustrasikan tentang bagaimana kehilangan ulama dengan jumlah yang sangat besar, telah meninggalkan generasi yang rapuh dan lemah, bukan hanya lemah dalam keilmuan tetapi juga bahkan lemah dari sisi akidah dan iman. Wallahu a’lam bisshawab…(*)

***

Sumber: Mamak Kholil dan Rijal Mumazziq Z
Editor: Muhammad Mihrob