Keutamaan Mencium Kedua Jari Jempol dan Mengusapkannya pada Mata ketika Lafadz Syahadat Kedua dalam Adzan Dikumandangkan

 
Keutamaan Mencium Kedua Jari Jempol dan Mengusapkannya pada Mata ketika Lafadz Syahadat Kedua dalam Adzan Dikumandangkan
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Ada banyak hal sederhana tapi mempunyai faedah dan keutamaan bagi umat Islam. Segala kebaikan yang tidak melanggar ketentuan syariat adalah kebaikan dan mempunyai dampak positif belaka. Satu hal sederhana yang sering dilakukan oleh ulama salaf yang sholeh adalah mencium kedua jempolnya ketika adzan berkumandang tepat saat kalimat syahadat kedua; Asyhadu anna Muhammadar-Rasulullah, lalu setelah itu mengusapkannya pada kedua matanya. 

Syaikh Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Maghrabi berkata:

ﻭَﺭُﻭِيَ ﻋَﻦْ ﺍﻟْﺨَﻀِﺮِ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡُ ﺃَﻧَّﻪُ ﻗَﺎﻝَ: ﻣَﻦْ ﻗَﺎﻝَ ﺣِﻴﻦَ ﻳَﺴْﻤَﻊُ ﺍﻟْﻤُﺆَﺫِّﻥَ ﻳَﻘُﻮﻝُ: ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻣَﺮْﺣَﺒًﺎ ﺑِﺤَﺒِﻴﺒِﻲ ﻭَﻗُﺮَّﺓِ ﻋَﻴْﻨِﻲ ﻣُﺤَﻤَّﺪِ ﺑْﻦِ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﷺ ﺛُﻢَّ ﻳُﻘَﺒِّﻞُ ﺇﺑْﻬَﺎﻣَﻴْﻪِ، ﻭَﻳَﺠْﻌَﻠُﻬُﻤَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﻋَﻴْﻨَﻴْﻪِ ﻟَﻢْ ﻳَﻌْﻢَ، ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﺮْﻣَﺪْ ﺃَﺑَﺪًﺍ

Diriwayatkan dari Nabi Khidhir Alaihissalam bahwa ia berkata, “Barang siapa yang mendengar bacaan muadzin “Asyhadu anna Muhammadar-Rasulullah”, lalu ia berdoa “Marhaban bihabibi waqurrati aini Muhammad ibni Abdillah Shallallahu ‘alaihi wasallam”, lalu mengecup dua jari jempolnya dan diletakkan (diusapkan) ke kedua matanya, maka ia tidak akan mengalami buta dan sakit mata selamanya.” (Mawahib Al-Jalil fi Syarhi Mukhtashor As-Syaikh Kholil, juz 3, hlm. 355)

Apa sebabnya para salaf kita kalau mendengar adzan, sampai pada lafadz Assyhadu Anna Muhammadarrosuululloh, mereka kemudian mencium kedua jari jempolnya dan mengusapkan kekelopak mata, dengan mengucapkan: Marhaban bi habibi wa qurrotu ‘aini muhammad ibnu abdillah Shallallahu ‘alaihi wa sallam?

Dikisahkan dalam sebuah riwayat, bahwa Nabi Adam heran melihat para malaikat selalu mengikutinya dari belakang. Karena penasaran, Nabi Adam kemudian bertanya kepada Allah SWT, “Ya Allah, kenapa mereka selalu mengikutiku?”

“Wahai Adam, karena mereka telah tertarik dengan cahaya keturunanmu yang telah ada di sulbimu”.

Kemudian Nabi Adam memohon kepada Allah agar memindahkan cahaya yang ada di sulbinya ke depan. Maka Allah meletakkan cahaya tersebut di antara kedua alis Nabi Adam. Setelah itu, dengan segera semua malaikat berada di hadapan Nabi Adam. Nabi Adam semakin heran dengan hal yang dilakukan oleh para malaikat yang selalu memandang wajahnya.

Nabi Adam kemudian memohon agar diperkenankan melihat cahaya itu. Maka Allah SWT menampakkan cahaya tersebut pada kuku kedua ibu jari Nabi Adam. Lalu rahasia itu tersingkap dan membuat Nabi Adam kagum dengan keindahan cahaya tersebut.

“Ya Allah, cahaya siapakah ini?

Kemudian Allah menjawab, “Itu adalah nuur (cahaya) Muhammad”.

“Wahai Adam, kalau tidak karena Nur Muhammad, maka tidak akan aku ciptakan semua ini”.

Allah SWT menyebutkan keagungan-keagungan Nur Sayyidina Muhammad SAW. Mendengarkan hal itu, Nabi Adam sangat gembira sekali dengan cahaya Sayyidina Muhammad yang ada pada dirinya. Lalu ia mencium kedua jempolnya dan meletakkannya ke kelopak kedua matanya sambil mengucapkan: Marhaban bi habibi wa qurrotu ‘aini. Kemudian diusapkanlah cahaya tersebut pada kedua matanya.

Dalam rujukan ulama Malikiyah, dijelaskan tata caranya dan juga faedahnya:

( ﻓَﺎﺋِﺪَﺓٌ ‏) ﻗَﺎﻝَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤَﺴَﺎﺋِﻞِ ﺍﻟْﻤَﻠْﻘُﻮﻃَﺔِ: ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺍﻟْﻔَﻘِﻴﻪُ ﺍﻟﺼَّﺪِﻳﻖُ ﺍﻟﺼَّﺪُﻭﻕُ ﺍﻟﺼَّﺎﻟِﺢُ ﺍﻟْﺄَﺯْﻛَﻰ ﺍﻟْﻌَﺎﻟِﻢُ ﺍﻟْﺄَﻭْﻓَﻰ ﺍﻟْﻤُﺠْﺘَﻬِﺪُ ﺍﻟْﻤُﺠَﺎﻭِﺭُ ﺑِﺎﻟْﻤَﺴْﺠِﺪِ ﺍﻟْﺤَﺮَﺍﻡِ ﺍﻟْﻤُﺘَﺠَﺮِّﺩُ ﺍﻟْﺄَﺭْﺿَﻰ ﺻَﺪْﺭُ ﺍﻟﺪِّﻳﻦِ ﺑْﻦُ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﺍﻟﺼَّﺎﻟِﺢِ ﺑَﻬَﺎﺀِ ﺍﻟﺪِّﻳﻦِ ﻋُﺜْﻤَﺎﻥَ ﺑْﻦِ ﻋَﻠِﻲٍّ ﺍﻟْﻔَﺎﺳِﻲِّ ﺣَﻔِﻈَﻪُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﻗَﺎﻝَ:

ﻟَﻘِﻴﺖُ ﺍﻟﺸَّﻴْﺦَ ﺍﻟْﻌَﺎﻟِﻢَ ﺍﻟْﻤُﺘَﻔَﻨِّﻦَ ﺍﻟْﻤُﻔَﺴِّﺮَ ﺍﻟْﻤُﺤَﺪِّﺙَ ﺍﻟْﻤَﺸْﻬُﻮﺭَ ﺍﻟْﻔَﻀَﺎﺋِﻞُ ﻧُﻮﺭَ ﺍﻟﺪِّﻳﻦِ ﺍﻟْﺨُﺮَﺍﺳَﺎﻧِﻲَّ ﺑِﻤَﺪِﻳﻨَﺔِ ﺷِﻴﺮَﺍﺯَ، ﻭَﻛُﻨْﺖُ ﻋِﻨْﺪَﻩُ ﻓِﻲ ﻭَﻗْﺖِ ﺍﻟْﺄَﺫَﺍﻥِ ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﺳَﻤِﻊَ ﺍﻟْﻤُﺆَﺫِّﻥَ ﻳَﻘُﻮﻝُ: ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻗَﺒَّﻞَ ﺍﻟﺸَّﻴْﺦُ ﻧُﻮﺭُ ﺍﻟﺪِّﻳﻦِ ﺇﺑْﻬَﺎﻣَﻲْ ﻳَﺪَﻳْﻪِ ﺍﻟْﻴُﻤْﻨَﻰ ﻭَﺍﻟْﻴُﺴْﺮَﻯ ﻭَﻣَﺴَﺢَ ﺑِﺎﻟﻈُّﻔْﺮَﻳْﻦِ ﺃَﺟْﻔَﺎﻥَ ﻋَﻴْﻨَﻴْﻪِ ﻋِﻨْﺪَ ﻛُﻞِّ ﺗَﺸَﻬُّﺪٍ ﻣَﺮَّﺓً ﺑَﺪَﺃَ ﺑِﺎﻟْﻤُﻮﻕِ ﻣِﻦْ ﻧَﺎﺣِﻴَﺔِ ﺍﻟْﺄَﻧْﻒِ ، ﻭَﺧَﺘَﻢَ ﺑِﺎﻟﻠَّﺤَﺎﻅِ ﻣِﻦْ ﻧَﺎﺣِﻴَﺔِ ﺍﻟﺼُّﺪْﻍِ،

ﻗَﺎﻝَ، ﻓَﺴَﺄَﻟَﺘْﻪُ ﻋَﻦْ ﺫَﻟِﻚَ، ﻓَﻘَﺎﻝَ : ﺇﻧِّﻲ ﻛُﻨْﺖُ ﺃَﻓْﻌَﻠُﻪُ ﻣِﻦْ ﻏَﻴْﺮِ ﺭِﻭَﺍﻳَﺔِ ﺣَﺪِﻳﺚٍ ، ﺛُﻢَّ ﺗَﺮَﻛْﺘُﻪُ ﻓَﻤَﺮِﺿَﺖْ ﻋَﻴْﻨَﺎﻱَ ﻓَﺮَﺃَﻳْﺖُ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤَﻨَﺎﻡِ ، ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻟِﻲ ﻟِﻢَ ﺗَﺮَﻛْﺖَ ﻣَﺴْﺢَ ﻋَﻴْﻨَﻴْﻚَ ﻋِﻨْﺪَ ﺫِﻛْﺮِﻱ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﺫَﺍﻥِ ﺇﻥْ ﺃَﺭَﺩْﺕَ ﺃَﻥْ ﺗَﺒْﺮَﺃَ ﻋَﻴْﻨَﺎﻙَ ﻓَﻌُﺪْ ﺇﻟَﻰ ﺍﻟْﻤَﺴْﺢِ ﺃَﻭْ ﻛَﻤَﺎ ﻗَﺎﻝَ ﻓَﺎﺳْﺘَﻴْﻘَﻈْﺖَ ﻭَﻣَﺴَﺤْﺖَ ﻓَﺒَﺮِﺋَﺖْ ﻋَﻴْﻨَﺎﻱَ ﻭَﻟَﻢْ ﻳُﻌَﺎﻭِﺩْﻧِﻲ ﻣَﺮَﺿُﻬُﻤَﺎ ﺇﻟَﻰ ﺍﻟْﺂﻥَ.

(Faedah) Disebutkan dalam Kitab Al-Masail Al- Malquthah, bahwa telah bercerita kepada kami ahli fiqih yang sangat terpercaya, yang sholeh, bersih, berilmu sempurna, seorang mujtahid, bertetangga dengan Masjid al-Haram, menyendiri, yakni Shadruddin bin Sayyidina Sholeh Bahauddin Utsman bin Ali Al-Fasi, Hafidhahullah, ia berkata:

“Saya bertemu dengan seorang syaikh yang ahli di bidang banyak ilmu, ahli tafsir, ahli hadis, yang populer keutamaannya, yakni Nuruddin Al-Khurasan di Kota Syiraz. Saya berada di dekatnya saat adzan berkumandang. Ketika ia mendengar ucapan muadzin “Asyhadu anna Muhammadar-Rasulullah”, maka Syaikh Nuruddin mengecup kedua jari jempolnya, yakni kanan dan kiri, lalu mengusapkan dengan kedua kuku ke kelopak matanya setiap pada bacaan syahadat, dimulai dari ujung mata yang lurus dengan hidung lalu mengenyamping ke arah pelipis.”

Shadruddin kemudian berkata: “Saya bertanya kepadanya (Syaikh Nuruddin) tentang hal itu, maka ia menjawab: ‘Dulu saya melakukannya tanpa riwayat Hadis, lalu saya meninggalkannya. Maka kedua mata saya sakit dan saya mimpi bertemu Rasulullah SAW, dan beliau bersabda kepadaku: ‘Kenapa kamu tinggalkan mengusap kedua matamu ketika menyebutku dalam adzan. Jika kamu ingin kedua matamu sembuh maka ulangilah mengusap matamu. Lalu saya terbangun dan mengusap kedua mataku. Dan sampai sekarang tidak pernah sakit mata lagi.” (Mawahib Al-Jalil fi Syarhi Mukhtashor As-Syaikh Kholil, juz 3, hlm. 354)

Meskipun sudah masyhur dilakukan oleh banyak ulama, namun menurut ulama Malikiyah tetap perlu menegaskan bahwa hal tersebut bukan bersumber dari Hadis. Syaikh Syihabuddin Al-Baghdadi menegaskannya dalam Kitab Irsyad As-Salik, juz 1, hlm. 27, sebagaimana berikut ini:

ﻭَﺍﺷْﺘَﻬَﺮَ ﻋِﻨْﺪَ ﺑَﻌْﺾِ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻭِﺭْﺩٌ ﺇِﻟَّﺎ ﻗَﻮْﻝَ ﺍﻟْﻤُﺆَﺫِّﻥِ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠّﻪِ ﻳُﻘَﺒِّﻠُﻮْﻥَ ﺇِﺑْﻬَﺎﻣَﻬُﻢْ ﻭَﻳَﻤُﺮُّﻭْﻥُ ﺑِﻬَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﻋْﻴُﻨِﻬِﻢْ ﻗَﺎﺋِﻠِﻴْﻦَ : ﻣَﺮْﺣَﺒًﺎً ﺑِﺤَﺒِﻴْﺒِﻲ ﻭَﻗُﺮَّﺓِ ﻋَﻴْﻨِﻲ ﻣُﺤَﻤَّﺪِ ﺑْﻦِ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟﻠّﻪِ، ﻭَﻫَﺬَﺍ ﻟَﻢْ ﻳَﺮِﺩْ ﻓِﻲ ﺣَﺪِﻳْﺚٍ.

 “Telah masyhur di sebagian ulama sebuah wirid, kecuali saat ucapan muadzin “Asyhadu anna Muhammadar-Rasulullah”, lalu mereka mengecup dua jari jempolnya dan diusapkan ke kedua matanya, kemudian mereka berdoa “Marhaban bihabibi waqurrati ‘aini Muhammad ibni Abdillah SAW”. Dan hal ini tidaklah bersumber dari hadis.”

Jadi kisah yang disebutkan sebelumnya (tentang Nabi Adam), memang kemungkinan tidak bisa dijadikan alasan kuat dalam melakukan amalan ini, tetapi ketika banyak para ulama salaf sholeh yang melakukannya berdasarkan isyarat mimpi yang baik, maka hal ini juga diperbolehkan. Bahkan sangat dianjurkan sebagai wujud ungkapan cinta kepada Rasulullah SAW secara maknawi.

Menurut Ustadz Ma’ruf Khozin, penjelasan mengenai dianjurkannya melakukan amalan tersebut dalam madzhab Syafi’iyah terdapat dalam Kitab I’anatut Thalibin, juz 1, halaman 281 yang keterangannya mengutip dari Hasyiyah Abi Jamrah karya As-Syaikh As-Syinwani.

اللَّهُمَّ صَلِِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِه وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

Semoga bermanfaat. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 18 Desember 2020. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Muhammad Imas Julianto

Editor: Hakim