Cerita tentang Tingkatan Surga yang Paling Rendah

 
Cerita tentang Tingkatan Surga yang Paling Rendah

LADUNI.ID, Jakarta - Orang yang terakhir kali keluar dari neraka maka ia akan menempati tempat yang paling rendah di dalam surga. Akan tetapi meskipun yang ditempati adalah tingkatan surga yang paling rendah namun fasilitas yang disediakan jauh melebihi segala bentuk kemewahan dan kenikmatan duniawi.

Surga yang ditempatinya pun luasnya melebihi luas jagad raya ini, belum lagi dengan kemewahan istananya, ribuan pelayannya, keindahan pemandangannya dan bidadari-bidadari yang cantik jelita yang selalu menemaninya. Semuanya ini disediakan dalam surga yang paling rendah. Dalam surga yang paling rendah saja fasilatasnya super mewah, bagaimana dengan fasilitas yang dimiliki oleh ahli surga yang menempati tingkatan paling tinggi dan terhormat dalam surga. Wallahu A’lam, tidak bisa dibayangkan dan dilukiskan kemewahannya oleh manusia.

Adapun mengenai penghuni surga yang paling rendah derajatnya ini telah diriwayatkan oleh lbnu Masud, ia berkata: Rasulullah SAW bercerita: "Aku mengetahui ahli neraka yang keluar paling akhir dari neraka, ia termasuk ahli surga yang paling akhir masuk surga. Yaitu seorang yang keluar dari neraka dengan merangkak-rangkak, maka Allah berfirman padanya: ‘Pergilah masuk surga!”, maka pergilah orang itu. Tiba-tiba terbayang padanya seolah-olah surga sudah penuh, maka ia kembali dengan berkata: "Wahai Tuhanku, aku dapatkan surga sudah penuh’. Allah lantas berfirman: "Pergilah, masuklah ke surga”.

la pun pergi dan mendapatkan seakan-akan surga sudah penuh, maka ia kembali berkata: "Wahai Tuhanku, surga sudah penuh". Allah lantas berfirman: "Pergilah dan masukah ke surga, di surga engkau akan mendapat bagian sepuluh kali besarnya dunia". Orang tadi lantas berkata: ‘Apakah engkau menertawakan aku, wahai Tuhan, sedangkan Engkau adalah Raja“. Ibnu Mas ud berkata: Aku melihat Rasulullah tertawa hingga tampak giginya, sambil perkata : "Demikianlah serendah-rendahnya tempat bagi penghuni ahli surga‘.[1]

Al-Mughirah bin Syu bah r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda: Nabi Musa a.s. pernah bertanya kepada Tuhan tentang serendah-rendahnya tempat seseorang di dalam surga. Jawab Allah: Datanglah orang yang terakhir setelah semua orang masuk surga, maka ia diperintahkan: “Masuklah ke surga“. Jawab orang itu : "Ya Allah, bagaimana aku akan masuk surga padahal semua orang telah mengambil tempat dan bagiannya”. Lantas ia ditanya: "Apakah kamu tidak suka kalau mendapat bagian sebesar kerajaan se orang raja di dunia?”. Jawabnya : "(Terserah) ridla Tuhan“. Allah lalu berfirman: "Bagimu (mendapatkan luasnya dunia) lipat satu kali, dan lipat dua kali, dan lipat tiga kali, dan lipat empat kali dan lipat lima kali”. “Aku ridla Tuhan“. Jawabnya. Kemudian Allah berfirman: “Bagimu sepuluh kali lipat dari itu dan bagimu mendapat apa yang engkau inginkan oleh nafsu dan matamu”. Orang itu menjawab : "Aku sudah puas, wahai Tuhanku”. Nabi Musa lantas bertanya: "Bagaimana dengan tingkatan surga yang paling tinggi ?”. Allah berfirman: "Mereka telah Aku sediakan kehormatan dengan tanganKu dan Aku tutup, maka tidak ada mata yang melihat, tidak ada telinga yang mendengar dan tidak terlintas dalam hati manusia (tentang bagaimana bentuk dan rupanya).[2]

Abi Sa‘id Al Khudriy berkata: Rasulullah SAW pernah bersabda: Serendah rendahnya kamar penghuni surga itu mempunyai 72 qubbah yang terbuat dari mutiara. Di dalam setiap qubbah terdapat kursi dari yakut merah. Pada setiap kursi terdapat 70 permadani dari sutera tipis maupun tebal serta sutera yang bergambar. Di tepi permadani tadi terdapat bantal yang terbuat dari kain putih yang indah. Setiap di atas permadani terdapat bidadari, setiap bidadari memakai 70 pakaian tipis tembus pandang yang bisa terlihat lekuk tubuhnya. Juga terlihat sumsumnya yang ada dalam tulangnya. Jika salah seorang dari biadari itu melhat ke bumi, niscaya reduplah sinar matahari dan bulan akibat dari sinar kecantikannya. Jika air liurnya menetes satu tetes ke bumi, niscaya seluruh air laut menjadi tawar karena manisnya air liur bidadari tersebut.[3]

Abu Hurairah berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Serendah-rendah tempat salah seorang kalian di surga dan tawarkan kepadanya : “Mintalah keinginanmu, maka ia menghitung keinginannya. Kemudian ia ditanya: "Apakah engkau sudah merencanakan keinginanmu?”. la menjawab: "Ya". Maka dikatakan padanya: "Bagimu mendapat apa yang engkau inginkan dengan lipat dua kali dari ke inginanmu itu”.[4]

lbnu Umar r.a. meriwayatkan Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya serendah-rendah tempat penghuni surga bagi seseorang adalah ia bisa melihat beberapa surganya, beberapa istrinya, kenikmatannya, beberapa pelayannya, luas surganya adalah perjalanan 100 tahun. Sedangkan mereka yang paling mulia bagi Allah adalah orang yang bisa melihat wajah Allah yang mulia setiap pagi dan sore”.[5]

Mujahid r.a. berkata: “Serendah-rendahnya tempat penghuni surga itu luas kerajaannya sejauh perjalanan 1000 tahun. la bisa melihat batas akhir kerajaan surganya yang paling rendah. Sedangkan tempat yang paling mulia di dalam surga adalah orang yang bisa melihat Allah setiap pagi dan sore hari”.[6]

Memang tidak bisa dibandingkan kenikmatan surga dengan segala bentuk kemewahan duniawi. Meskipun itu dinilai paling rendah dan sepele bagi penghuni surga, namun derajat dan keutamaannya tidak bisa diukur dengan segala bentuk hiasan dunia seisinya.

Seperti dijelaskan oleh Rasulullah SAW: “Jarak antara dua ujung panah di surga itu lebih baik dari segala sesuatu yang terkena sinar matahari mulai terbit sampat terbenamnya”.[7]

Itulah contoh perbandingan sesuatu yang paling rendah di surga masih tidak bisa diukur nilai keutamaannya, kelebihannya, kemewahannya, kualitasnya dengan segala kenikmatan dan keindahan yang ada di dunia.

Mudah-mudahan kita ini termasuk orang yang akan mendapatkan dan menikmati sesuatu yang ada di surga itu. Amiin…

 

[1] H.R. Bukhari dan Muslim. Lihat Riyaadush Shalihin. Hal: 706
[2] H.R. Muslim. Lihat Riyadlush Shalihin. hal: 705, 706
[3] Tafsir Surat Yasin. hal: 23
[4] H.R. Muslim. Lihat Riyadlush Shalihin. hal: 708
[5] ‘Al-Jami'u Ash-Shaghir. hal: 78
[6] Ihya’ Ulumuddin. Jilid: IV. hal: 3014
[7] HR. Bukhari dan Muslim. Lihat Riyadlush Shalihin. hal: 707


Sumber: Haqiqi Alif. 100 Berita dari Kubur. Jombang: Lintas Media, tanpa tahun.