Renungan Kaum Sufi: Ibadah Itu Melayani Manusia

 
Renungan Kaum Sufi: Ibadah Itu Melayani Manusia

LADUNI.ID, Jakarta - Dalam kurun waktu sekitar dua atau tiga dekade kita menyaksikan kehidupan beragama di negeri ini sarat dan marak dengan ritual-ritual personal. Tempat-tempat menyepi bersama Tuhan (khalwah) dibangun di mana-mana dalam ekspresi yang megah dan ramai dikunjungi masyarakat. Mereka tampil dengan performa yang berkesan saleh dan banyak sujud.

Tetapi bersamaan dengan itu, tiap hari kita menyaksikan dan mendengar hingar-bingar dan hiruk-pikuk caci-maki, kemarahan dan celoteh yang melukai hati orang.

Nah. Aku tak mengerti fenomena kontradiktif ini. Bagaimana mungkin agama hadir dalam dua wajah teduh dan muram?

Saban malam minggu, kecuali kemarin, aku membaca karya Imam al-Ghazali, filsuf dan sufi besar: Al-Tibr al-Masbuk fi Nashihah al-Muluk. Di situ ia mengatakan:

لا تَحْتَقِرْ اِنْتِظَارَ اَرْبَابِ الْحَوَائِجِ وَوُقُوفَهُمْ بِبَابِكَ. وَمَتَى كَانَ لِاَحَدٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ اِلَيْكَ حَاجَةٌ فَلَا تَشْتَغِلْ عَنْ قَضَائِهَا بِنَوَافِلِ اْلعِبَادَاتِ فَإِنَّ قَضَاءَ حَوَائِجِ الْمُسْلِمِينَ اَفْضَلُ مِنْ نَوَافِلِ اْلعِبَادَاتِ

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN