Dayah Babussalam yang berlokasi di Gampong Blang Kecamatan Matangkuli Kabupaten Aceh Utar dahulunya bernama Babussalam Putra karena dikhususkan untuk laki-laki. Namun dalam perkembangan kemudian kata-kata ‘Putra’ dibuang seiring dengan diterimanya santri laki-laki untuk belajar disitu dan setelah areal dayah tersebut diperluas. Dayah ini didirikan pada tahun 1971 yang diresmikan secara sederhana oleh Muspika setempat. Babussalam ditetapkan sebagai nama dayah yang diberikan langsung oleh Abu Keumala. Saat itu Dayah Babussalam dipimpin oleh Tgk H. Hanafi (Abu Matang Keh) dan dibantu oleh wakil pimpinan Tgk. Meukek beserta sejumlah teungku rangkang. Status dayah saat itu masih berbentuk balai pengajian yang dihuni oleh para santri sekitar.
Pucuk kepemimpinan dayah ini selanjutnya dipegang oleh Tgk. Yahya (Tgk Idi). Jumlah santri semakin bertambah walau masih dari daerah sekitar. Kepengurusan selanjutnya dipegang oleh Tgk. Muhammad Yusuf selaku adik ipar Tgk H. Hanafi. Mulai saat itulah Dayah Babussalam memiliki santri mondok (meudagang) walau masih dalam jumlah sedikit.
Pertengahan Juli 1992, dayah yang terletak di pusat kota Matangkuli ini dipimpin oleh Tgk. H. Sirajuddin yang tak lain adalah anak kandung Tgk. H. Hanafi. Sebelumnya Tgk. H. Sirajuddin merupakan santri yang menimba ilmu pengetahuan di Dayah Tanoh Mirah Peusangan Bireuen. Dengan bantuan 15 orang guru dan 45 santri pindahan dari Dayah Tanoh Mirah, pengurus dayah melanjutkan perjuangan pendahulunya. Namun, karena keterbatasan tempat, dayah ini hanya menerima santri laki-laki saja. Santri perempuan tetap diasuh oleh Tgk. Muhammad Yusuf ditempat yang baru yakni Dayah Babussalam Putri yang terletak di Gampong Teupin Kebeue Kecamatan Matangkuli.
Dibawah kepemimpinan Tgk. H. Sirajuddin, Dayah Babussalam mengalami perkembangan dalam berbagai bidang. Hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah santri yang datang dari berbagai daerah seperti Lampung, Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Barat dan tentu dari daerah Aceh sendiri. Perkembangan juga terlihat dibidang sarana dan prasarana serta perluasan lokasi dayah. Hal ini tentu saja tidak terlepas dari bantuan masyarakat serta pemerintah daerah setempat. Sejak tahun 2005, Dayah Babussalam mulai menerima santri perempuan. Dan kini jumlah santri perempuan yang mondok di dayah ini sudah mencapai angka 337.
Data pesantren lebih lengkap per propinsi dan kabupaten/kota dapat dicek di wiki.laduni.id/pesantren
Untuk berpartisipasi memperbarui informasi ini, silakan mengirim email ke redaksi@laduni.id.
Memuat Komentar ...