Kisah Artis Film Panas yang Bertaubat Akibat Pura-pura Bershalawat

 
Kisah Artis Film Panas yang Bertaubat Akibat Pura-pura Bershalawat

LADUNI.ID, Jakarta - Dikasahkan, ada seorang artis terkenal di Mesir yang sering membintangi film-film panas. Tiba pada suatu ketika mendapatkan peran di sebuah film untuk memerankan Sayyidah Rabiatul Adawiyah.

Di film tersebut, dia hanyalah akting, pura-pura menjadi seorang wanita sholehah. Dengan peran demikian, artis itupun pura-pura sholat dan pura-pura melaksanakan ibadah-ibadah yang lain, termasuk juga pura-pura memperbanyak membaca sholawat.

Hal itu ia lakukan karena memang Sayyidah Rabiatul Adawiyah, yakni tokoh yang dia perankan, selama hidupnya mengamalkan 25.000 sholawat perharinya. Mau tidak mau, si artis itu pun juga berpura-pura membaca banyak shalawat selama syuting film tersebut.

Singkat cerita, tidak lama setelah artis tersebut menyelesaikan film yang memerankan Sayyidah Rabiatul Adawiyah, ternyata dia bertaubat!

Sebab taubatnya pun sungguh luar biasa. Dia bertaubat setelah diberi keberuntungan bermimpi Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam pada suatu malam di dalam tidurnya.

Setelah mimpi, dia mendatangi seorang ulama ternama di Mesir yaitu Syeikh Mutawwali Sya'rawi untuk membimbing taubatnya. Akhirnya, ia pun masuk Islam. Subhanallah…

Ada tiga pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa ini. Pertama, betapa hebatnya fadhilah shalawat itu, sehingga meskipun dibaca dengan pura-pura dan tanpa ada penghayatan sama sekali, ternyata telah mampu memberikan cahaya hidayah bagi orang yang Allah SWT kehendaki.

Meskipun berpura-pura, ternyata shalawat yang dibaca wanita itu tetap sampai kepada Rasulullah SAW dan diterima oleh Allah SWT, yang kemudian membuat wanita itupun diberi anugerah yang luar biasa: bermimpi Nabi Muhammad SAW.

Kedua, hidayah yang didapatkan setiap manusia hanya langsung berasal dari Allah SWT. Tidak ada satu pun makhluk di dunia ini yang bisa memberi hidayah kecuali langsung dari Allah SWT. Kiai, ulama, ustadz dan orang alim hanya sebagai perantara.

Ketiga, hidayah Allah SWT bisa hadir kepada siapa pun yang Allah SWT kehendaki. Meski para pendosa sekali pun, jika Allah SWT berkendak, maka tidak ada yang mustahil. Oleh karenanya, kita dilarang menghina siapapun, meski orang itu pendosa sekalipun.

Akhirnya, semoga dengan adanya kisah ini, kita bisa menjadi lebih bersyukur dan menyukuri karunia dan rahmat yang begitu besar dalam hidup kita, yakni: menjadi seorang muslim dan umat Islam yang semoga selalu ta’at menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Aamiin.(*)

***

Sumber: Syarifah Halimah Alaydrus
Editor: Muhammad Mihrob