Rasulullah Pun Meneteskan Air Mata Mendengar Syair Ini

 
Rasulullah Pun Meneteskan Air Mata Mendengar Syair Ini

LADUNI.ID, Jakarta - Orang tua yang telah lanjut usia (lansia) kadang mempunyai sifat kekanak-kanakan, mulai dari cara berfikir, bersikap hingga berperilaku kembali seperti anak kecil.

Beberapa di antaranya disebabkan oleh rasa takut dan lemahnya memori otak (rusaknya CCTV) sehingga perkara-perkara yang jelek beliau anggap baik.

. ثُمَّ أَمَرَ بِأَنْ يُقَالَ لَهُمَا الْقَوْلُ الْكَرِيمُ: أَيْ اللَّيِّنُ لاَسِيَّمَا عِنْدَ الْكِبَرِ، فَإِنَّ الْكَبِيرَ يَصِيرُ كاَلطِّفْلِ لِمَا يَغْلِبُ عَلَيْهِ مِنْ الحُزْنِ وَفَسَادِ التَّصَوُّرِ، فَيَرَى الْقَبِيحَ حَسَنًا اسعاد الرفيق الجزء 2 صحـ : 115 مكتبة الهداية

Setiap ayah pasti berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Mereka rela melakukan apapun demi melihat senyum anaknya. Sungguh setiap orang tua sudah mencintai anaknya sejak dalam perut dan rela berkorban demi kebahagiaannya. Mereka rela melakukan apapun untuk senyum sang buah hati dengan cara yang mereka miliki. 

Lalu bagaimana bila kita sebagai anak tega membuat orang tua bersedih bahkan menangis. Tentu perbuatan tersebut dapat menjadi dosa besar untuk kita. Dalam hadits dikatakan:

Datang seseorang kepada Nabi shollallahu 'alaihi wasallam lalu berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ayahku telah mengambil hartaku”. Maka Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam berkata kepadanya, “pergilah dan bawalah ayahmu kepadaku”. Maka turunlah malaikat jibril kepada Nabi shollallahu 'alaihi wasallam lalu berkata, “sesungguhnya Allah mengirim salam kepadamu, dan berkata, “jika ayahnya datang maka tanyakanlah kepadanya tentang sesuatu yang terbesik di hatinya namun belum didengar oleh kedua telinganya (karena belum terucapkan)”.

Maka tatkala sang ayah yang sudah tua renta datang, maka nabi berkata kepadanya, “anakmu terus mengeluhkan dirimu, engkau telah mengambil hartanya ?”.

Orang tua itu berkata, “tanyakan kepadanya wahai Rasulullah, apakah aku menyalurkan hartanya tersebut untuk salah satu tantenya atau bibinya atau untuk diriku?”

Maka Nabi berkata, “lupakanlah hal itu, ceritakan kepadaku tentang sesuatu yang kau ucapkan dalam hatimu dan tidak didengar oleh kedua telingamu!”.

Orang tua yang penuh cinta kepada anaknya itu berkata, “demi Allah wahai Rasulullah, Allah senantiasa menambahkan kepada kami keyakinan terhadap dirimu. Aku berkata dalam hatiku sesuatu yang belum didengar oleh kedua telingaku”. Nabi berkata, “ucapkanlah, dan aku akan mendengarnya!”.

Orang yang penuh perjuangan demi sang anak itu mlantunkan sya'ir kesedihan yang penuh makna sebagai berikut:

غَذَوْتُكَ مَوْلُوْدًا وَ عُلْتُكَ يَافِعًا #   تَعُلُّ بِمَا أَجْنِيْ عَلَيْكَ وَ تَنْهَلُ

Aku yang mengasuhmu ketika kau lahir, dan aku yang memeliharamu (memenuhi kebutuhanmu) ketika kau remaja semua jerih payahku engkau minum dan kau reguk sepuasmu.

إِذَا لَيْلَةٌ ضَافَتْكَ بِالسُّقْمِ لَمْ أَبِتْ  #  لَسُقْمِكَ إِلاَّ سَاهِرًا أَتَمَلْمَلُ

Bila engkau sakit di malam hari, maka aku tidak bisa tidur lantaran sakit yang kau derita, aku resah dan gelisah tidak bisa tidur karena sedih dan khawatir.

كَأَنِّيْ أَنَا الْمَطْرُوْقُ ذُوْنَكَ بِالَّذِيْ # طُرِقْتَ بِهِ دُوْنِيْ فَعَيْنِيْ تَهْمُلُ

Seakan-akan akulah yang sedang sakit bukan engkau yang sakit, maka kedua mataku tak kuasa mengalirkan air mata.

تَخَافُ الرَّدَى نَفْسِيْ عَلَيْكَ وَ إِنَّهَا #  لَتَعْلَمُ أَنَّ الْمَوْتَ وَقْتٌ مُؤَجَّلُ

Aku mengkhawatirkan jiwamu disambar maut, padahal aku tahu bahwa kematian itu ada ajalnya.

فَلَمَّا بَلَغْتَ السِّنَّ وَ الْغَايَةَ الَّتِيْ#  إِلَيْهَا مَدَى مَا كُنْتُ فِيْهَا أُؤَمِّلُ

Tatkala engkau telah mencapai dewasa dan menggapai apa yang kau cita-citakan, yang dahulu itulah yang kuharapkan darimu.

جَعَلْتَ جَزَائِيْ غِلْظَةً وَ فَظَاظَةً  #  كَأَنَّكَ أَنْتَ الْمُنْعِمُ الْمُتَفَضِّلُ

Engkau membalas budi baikku dengan sikap keras dan kata-kata kasar… seakan-akan engkaulah yang telah berjasa dan telah berbuat baik kepadaku.

فَلَيْتَكَ إِذْ لَمْ تَرْعَ حَقَّ أُبُوَّتِيْ  #  فَعَلْتَ كَمَا الْجَارُ الْمُجَاوِرُ يَفْعَلُ

Seandainya engkau tidak mempedulikan hakku sebagai seorang ayah… (anggaplah aku seperti tetanggamu) sikapilah aku sebagaimana seorang bersikap baik kepada tetangganya.

تَرَاهُ مَعَدًّا لِلْخِلاَفِ كَأَنَّهُ  #  بِرَدٍّ عَلَى أَهْلِ الصَّوَابِ مُوَكَّلِ

Kamu menganggap tetangga sebagai tempat perlawanan, seolah tetangga itu tempat perlawanan yang melawan orang benar yang sungguh memperoleh kepercayaan orang.”

فأَخَذَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ بِتَلاَبِيْبِهِ فَقَالَ: أَنْتَ وَ مَالُكَ لأَبِيْكَ

Maka Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam pun langsung meneteskan air mata, dan memegang kerah dada baju anaknya dan beliau berkata, “engkau dan hartamu adalah milik ayahmu”.

Sungguh agung hak seorang ayah. Haknya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Renungkanlah sabda Nabi shollallahu 'alaihi wasallam ,“engkau (yaitu diri dan jiwamu, tubuh dan ragamu) dan hartamu adalah milik ayahmu” meski pujian setinggi langit dan puisi indah yang terangkai tetap tidak bisa membalas hak ayahmu yang begitu agung. dialah sosok yang menjadi tumpuanmu tatkala engkau masih kecil dan tatkala engkau remaja ketika semua orang di sekilingmu meninggalkanmu dan tidak mempedulikanmu. Dialah pondasi dalam keluarga, dialah tanda ketenteraman dan keamanan dalam keluarga. Wallahu a'lam.

Semoga bermanfaat.

***

__________________________
Referensi: Kitab Is'adurrofiq Jilid 2.hal,116