Biografi KH. Sirojuddin Abbas Minangkabau

 
Biografi KH. Sirojuddin Abbas Minangkabau
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Daftar Isi Biografi KH. Sirojuddin Abbas Minangkabau

  1. Kelahiran
  2. Pendidikan
  3. Wafat
  4. Karya-Karya

 

Kelahiran

KH. Sirajuddin Abbas Minangkabau lahir pada tanggal 20 Mei 1905, di kampung Bengkawas, Kabupaten Agam, Bukit tinggi, Sumatra Barat. Beliau merupakan putra sulung dari seorang Qadhi, Syaikh Abbas bin Abdi Wahab bin Abdul Hakim Ladang lawas dan Ramalat binti Jai Bengkawas.

Pendidikan

KH. Sirajuddin Abbas memulai pendidikannya dengan belajar Al-Qur’an pada ibunya hingga berusia 13 tahun. Setelah itu beliau belajar kitab-kitab berbasaha Arab pada ayahnya selama tiga tahun.

Selama enam tahun berikutnya, beliau belajar kepada para ulama di Bukittinggi dan sekitarnya, seperti Syaikh Husen Pekan Senayan Kabupaten Agam, Tuanku Imran Limbukan Payakumbuh Limapuluh Kota, Syaikh H.Qasem Simabur Batu Sangkar Tanah Datar, Syaikh Muhammad Zein di Simabua, Batu Sangkar dan Syaikh H.Abdul Malik di Gobah, Ladang Laweh.

Tahun 1927 beliau belajar di tanah suci. Di tempat ini KH. Sirajuddin Abbas berguru kepada beberapa ulama di Masjidil Haram seperti :

  1. Syaikh Muhammad Said Yamani (mufti Mazhab Syafi'i) mempelajari ilmu fiqih dalam Mazhab Syafii dari Kitab Al-Mahalli
  2. Syaikh Husen Al-Hanafi (mufti Mazhab Hanafi) mempelajari ilmu hadis dari Kitab Shahih Bukhari
  3. Syaikh Ali Al-Maliki (mufti Mazhab Maliki) mempelajari ilmu usul fiqih dari Kitab Al-Furuq
  4. Syaikh Umar Hamdan, darinya Kiyai Abbas mempelajari Kitab Al-Muwatha' karangan Imam Malik.

KH. Sirajuddin Abbas tinggal di Makkag sampai tahun 1933. Pada tahun 1930 beliau diangkat menjadi staff sekretariat pada konsultan Nedherland di Arab Saudi. Pengetahuan agamanya yang sangat luas dan penguasaannya terhadap Bahasa Arab yang fasih mengantarkannya ke jenjang nasional dan internasional di ranah politik perjuangan bangsa Indonesia.

Sekembali dari Makkah tahun 1933 beliau mengambil dan menerima macam-macam ilmu pengetahuan agama dari Syaikh Sulaiman Ar-Rasuli, Cadung, Bukittinggi.

Selain itu, KH. Sirajuddin Abbas juga belajar Bahasa Inggris kepada seorang guru yang berasal dari Tapanuli yaitu Ali Basya. Tiga tahun pertama di kampung ia dikenal sebagai muballigh muda yang potensial sehingga menarik minat para ulama senior yang bergabung dalam persatuan Tarbiyah Indonesia, organisasi keagamaan satu-satunya yang ada di Bukitinggi.

Ketika berlangsung kongres ketiga organisasi tersebut di Bukit tinggi tahun 1936 tak ayal lagi beliau pun terpilih sebagai ketua umum Tarbiyah. Ternyata pilihan itu tidak salah, di tangan beliau Tarbiyah semakin berkembang. Bahkan organisasi ini mulai merambah sampai ke bidang politik.

Tahun 1940 Tarbiyah mulai mengajukan usul kepada pemerintah kolonial agar Indonesia bisa berparlemen. Usul tersebut diajukan melalui komisi Visman yang dibuka pemerintah kolonial untuk menjaring suara-suara kalangan bawah.

Sepak terjang KH. Sirajuddin Abbas pun mulai didengar oleh Bung karno. Pada saat Bung Karno masih ditahan oleh pemerintah kolonial di Bengkulu dan dipersiapkan untuk dibuang ke Australia (1942). Namun entah mengapa, kapal yang digunakan untuk membawa Bung Karno terbakar. Bung Karno memanfaatkan sistuasi tersebut untuk melarikan diri hingga sampai ke Muko-muko. Dari Muko-muko ia melarikan diri ke Bukit tinggi dengan menggunakan sepeda motor yang diberikan seorang penduduk yang simpati padanya.

Di Bukit tinggi kemudian Bung Karno segera menemui KH. Sirajuddin Abbas. Tentu saja KH. Sirajuddin  kaget, tidak menduga akan kedatangan tokoh yang namanya sedang meroket di tengah-tengah masyarakat kala itu. Bung Karno berpesan pada KH. Sirajuddin Abbas agar Tarbiyah lebih berhati-hati karena Jepang akan menjajah Indonesia. “Jepang lebih berbahaya dari pada Belanda,” begitu kira-kira pesan Bung Karno.

Wafat

KH. Sirajuddin Abbas wafat di usia 75 tahun pada tanggal 5 Agustus 1980 setelah beberapa hari dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo akibat serangan jantung yang derita. Saat pemakaman tampak perhatian warga Tarbiyah yang begitu besar. Jasadnya dimakamkan di pemakaman Tanah Kusir Jakarta Selatan. Dan prosesi pemakaman saat itu juga dihadiri oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Adam Malik.

Karya-Karya

KH. Sirajuddin Abbas merupakan sosok ulama yang produktif dalam menulis. Karya-karya beliau yang bisa diketahui di antaranya adalah berikut ini:

  1. I'tiqad Ahlussunnah wal Jamaah. Sebuah buku yang berisi tentang faham Ahlussunnah dan beberapa firqah-firqah lainnya.
  2. 40 Masalah Agama. Sebuah buku yang terdiri dari empat jilid menjelaskan 40 macam masalah agama yang sedang berkembang dewasa itu. Dalam buku ini beliau juga menerangkan tentang gerakan modernisasi agama oleh orang-orang yang ingin memperbarui Islam dengan paham mereka. Beberapa tokoh yang beliau masukkan ke dalam golongan ini antara lain adalah Ibnu Taymiyah, Muhammad Abduh, Muhammad bin Abdul Wahab (pendiri wahabi), Mirza Ghulam Ahmad, Mustafa kemal At-Taruk dan juga presiden RI pertama Soekarno.
  3. Kumpulan soal-jawab keagamaan (sebuah buku berisi jawaban-jawaban dari beberapa pertanyaan seputar agama).
  4. Thabaqatus Syafi'iyah (membahas ulama Mazhab Syafi'i dan kitabnya dari abad ke abad)
  5. Kitab Fiqh Ringkas
  6. Sorotan atas Terjemahan Al-Quran oleh HB.Jassin
  7. Sirajul Munir (Fiqih 2 jilid)
  8. Bidayatul Balaghah (menjelaskan tentang Ilmu Bayan)
  9. Khulasah Tarikh Islam
  10. Ilmul Insya' 1 jilid
  11. Sirajul Bayan fi Fahrasati Ayatil Al-quran
  12. Ilmu Nafs 1 jilid

KH. Sirajuddin Abbas adalah sosok yang gigih dalam berdakwah dan berjuang untuk agama, bangsa dan negara. Karya dan kiprahnya tidak bisa diragukan. Beliau adalah ulama yang tak pernah berhenti berjuang sampai akhir hayatnya. Semoga Allah memberikan tempat terbaik di sisi-Nya. 


Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 20 Mei 2023, dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa tanggal 05 Agustus 2023.

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya