Kearifan Budaya Tudung Lingkup Khas Wanita Jambi

 
Kearifan Budaya Tudung Lingkup Khas Wanita Jambi

LADUNI.ID, Jakarta - Indonesia adalah negara dengan kearifan budaya lokal masyarakat yang begitu kaya. Salah satu kearifan lokal yang jarang diketahui namun sangat unik adalah budaya Tudung Lingkup khas budaya di Sebrang Kota Jambi.

Secara etimologis, tudung lingkup berarti kain yang menutupi kepala dan wajah seorang wanita, bahkan ada orang-orang yang menafsirkannya sebagai kerudung ataupun cadar. Meskipun saat ini jarang ditemui di Jambi seorang wanita memakai tudung lingkup untuk keluar rumah atau bepergian, tapi tradisi ini pernah ada dan dipraktekkan oleh nenek moyang kita orang Jambi.

Dahulu, penggunaan yang benar dari tudung lingkup secara tidak langsung menyiratkan umur dan status perkawinan seorang wanita. Wanita Jambi di masa lampau mempunyai tradisi untuk menutup kepalanya dengan menggunakan kain atau selendang lebar. 

Pada wanita Hulu Batanghari, mereka mereka menggunakan kain atau selendang lebar yang biasa disebut sebagai tradisi bekain duo.  Kain atau selendang lebar dikenakan menutup kepalanya.

Sementara itu, pada wanita hilir Batanghari terutama Wanita Seberang Kota Jambi,  kain atau selendang lebar tersebut digunakan untuk menutup seluruh kepala dan wajah (cadar).  Tradisi ini dikenal sebagai Tudung Lingkup.

Hingga kini, record gambar untuk wanita seberang kota Jambi, nyaris tak ditemui di Museum Belanda.

Kendati demikian, saat pergelaran festival budaya lokal di Kota Jambi pada akhir tahun 2019 lalu, Tudung Lingkup kembali dikenalkan melalui festival yang bertajuk, “Grak jalan tudung lingkup behelet-helet bekerobong”.

Pada pagelaran itulah, para peserta perempuan diwajibkan memakai tudung lingkup dengan dua lembar kain sarung. Satu kainnya dibuat untuk menutupi kepala (bekerobong), sementara untuk peserta pria diwajibkan mengenakan sarung, pakain muslim dan memakai kopiah.

Darmawansyah yang saat itu sebagai Camat Danau Teluk mengungkapkan, sangat mengapresiasi kegiatan itu. Dia mengharapakan, kegiatan itu bisa meningkatkan rasa kepedulian, kebersamaan. Di samping pelestarian budaya, kegiatan itu menciptakan kebersamaan.

Berdasarkan keterangan Darmawansyah itu, seberang Kota Jambi memang merupakan target Pemerintah Kota Jambi sebagai pusat wisata budaya dan religi. Kegiatan yang dilakukan warga Tanjung Pasir itu merupakan bagaian dari mewujudkan program pemerintah.

“Ini salah satunya. Kedepan akan kita kembangkan terus. Nanti akan kami agendakan juga untuk dijadikan kegiatan rutin tahunan,” tutur Darmawansyah sebagaimana dikutip Laduni.id.

Melalui pagelaran festival budaya lokal di Kota Jambi tersebut, setidaknya dapat menyadarkan kita akan arti penting mempertahankan kebudayaan lokal Nusantara yang begitu kaya. Dari khazanah lokal tersebut kita juga bisa belajar tentang kearifan budaya lokal, sebagaimana budaya tudung lingkup itu.(*)

***

Editor: Muhammad Mihrob