Khutbah Jumat: Kriteria dalam Memilih Ustadz

 
Khutbah Jumat: Kriteria dalam Memilih Ustadz
Sumber Gambar: Koleksi Laduni.ID

KHUTBAH 1

اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ مَنْ تَوَكَّلَ عَلَيْهِ بِصِدْقِ نِيَّةٍ كَفَاهُ وَمَنْ تَوَسَّلَ إِلَيْهِ بِاتِّبَاعِ شَرِيْعَتِهِ قَرَّبَهُ وَأَدْنَاهُ وَمَنِ اسْتَنْصَرَهُ عَلَى أَعْدَائِهِ وَحَسَدَتِهِ نَصَرَهُ وَتَوَلاَّهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ حَافَظَ دِيْنَهُ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ أَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ، خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ، اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ

Berangkat dari atas mimbar ini, khatib berwasiat kepada diri khatib pribadi dan kepada kita semua, untuk senantiasa berupaya senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan cara melaksanakan semua kewajiban dengan segenap keteguhan hati dan kemantapan jiwa, dan menjauhkan diri dari seluruh yang diharamkan dengan penuh ketabahan dan kesabaran.

Kaum Muslimin yang berbahagia,

Di tengah trend dan fenomena yang terus bergerak dan dinamis banyak hal-hal yang di luar prediksi kita bisa terjadi. Banyak hari ini rakyat biasa yang bukan siapa-siapa hanya dengan sedikit “kontroversi” dan “prestasi” langsung bisa dikenal publik dan tidak jarang dijadikan rujukan oleh sebagian masyarakat awam. Termasuk dengan fenomena hijrah dalam hal keagamaan, tidak jarang orang yang baru mengenal agama hanya karena sering bicara soal agama di publik dan memposting hal-hal berbau keagamaan di media sosial (walaupun kebenarannya masih belum pasti) langsung menjadi rujukan dalam hal ilmu agama atau ringkasnya langsung dipanggil ustadz.

Baca juga: Bergembira dengan Kelahiran Sang Baginda

Pada kesempatan ini kita akan membahas secara ringkas tentang ustadz atau guru yang bisa kita belajar ilmu agama kepadanya. Hal ini menjadi penting karena pemahaman agama yang salah, konsekuensinya bukan hanya di dunia tapi di akhirat juga. Zaman sekarang ini memang terkesan “sedikit aneh”, dalam hal-hal yang terkait dengan keduniaan kita selektif dan hati-hati, tapi dalam hal yang terkait urusan agama yang nantinya berdampak buat kita di akhirat, kadang kita kurang begitu peduli. Bahkan terkadang tidak jarang ada ucapan: “Yang pentingkan ngaji, masih mending lah kita ngaji, banyak orang yang cuek aja”. Ucapan ini terlihat baik-baik saja dan benar, tapi kita juga harus paham dan mengerti bahwa kita tidak boleh sembarangan mengaji yang akhirnya membawa kita kepada pemahaman yang salah bahkan tersesat. Wa iyyadzu billah.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Mengaca pada sejarah sebagai ibrah buat kita. Seorang Abdurrrahman ibn Muljam penghafal al-Qur-an saja bisa terjerumus kepada pemahaman yang salah yaitu Khawarij yang berpendapat Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu'anhu telah kafir dan akhirnya menyebabkan dia membunuh sahabat dan menantu Rasulillah SAW tersebut. Oleh karena Itulah penting bagi kita untuk harus hati-hati dan selektif dalam memilih ustadz/guru sehingga jangan sampai kita atau anak-anak kita menjadi korban pemahaman agama yang salah.  

Baca juga: Menegaskan Islam Rahmatan lil Alamin

Dalam kitab al-Muntaqo Syarh Muwaththo’ Malik yang disusun oleh al-Qodhiy Abu al-Walid Sulaiman bin Kholaf al-Bajiy, jua I cetakan Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah hal. 71, diriwayatkan:

“Dari Hasyim, dari Mughirah dari Ibrahmim, dia berkata: Dulu (baca: zaman salaf) jika mendatangi seseorang untuk mereka ambil darinya (ilmunya) , mereka memperhatikan dulu bagaimana akidahnya, bagaimana akhlaknya, bagaimana shalatnya, baru setelah itu mereka mengambil ilmu darinya”

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Pada kitab yang sama di halaman 72 dikisahkan Ibn Abi Uwais berkata: Aku mendengar pamanku Malik bin Anas berkata: Sesungguhnya ilmu ini (agama), maka hendaknya kalian melihat dari siapa kalian mengambil agama kalian.”  Masih terkait hal ini, Imam Malik bin Anas juga menjelaskan sebagaimana dinukil di kitab Jami’ Bayan al-‘Ilmi wa Fadhlihi, yang disusun oleh al-Imam al-hafizh Ibn Abd al-Barr, Dar al-kutub al-‘Ilmiyah, hal.308-309:

“Ilmu tidak boleh diambil dari empat orang : (1) Orang bodoh yang nyata kebodohannya, (2) Shahibu hawa’  yang mengajak agar mengikuti hawa nafsunya, (3) Orang yang dikenal dustanya dalam pembicaraan-pembicaraannya dengan manusia, walaupun dia tidak pernah berdusta atas (nama) Rasulullah SAW, (4) Seorang yang memiiki keutamaan dan shalih yang tidak mengetahui apa (haditas) yang dia sampaikan”

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

KH. Hasyim Asy’ari dalam kitabnya Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim pada bab kelima (halaman 55 s.d halaman 70),  menjelaskan tentang dua puluh kriteria akhlak yang sepatutnya ada pada seorang ustadz.  Hal ini hendaknya juga menjadi tuntunan kita dalam mencari guru/ustadz untuk kita belajar, terutama ilmu agama. Adapun ringkasan dari uraian beliau adalah sebagai berikut:

“Senantiasa muraqabah, merasa diawasi dan dilihat Allah SWT, baik di tempat yang sunyi atau ramai.”

“Senantiasa memiliki rasa  khauf (takut kepada Allah) dalam segala aktivitasnya (gerak atau diam), ucapan dan tindakanya,  karena orang yang alim (ustadz) adalah orang yang selalu dapat menjaga amanat, dapat dipercaya terhadap sesuatu yang dititipkan kepadanya, baik itu berupa ilmu, hikmah, dan perasaan takut kepada Allah. Bila tidak demikian maka dia berkhianat.”

“Senantiasa bersikap tenang”.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Khalifah Umar ibn al-Khattab RA berkata:
“Pelajarilah oleh kalian ilmu pengetahuan, dan pelajari juga sikap tenang dan ketundukan.”
“Senantiasa bersikap wira’i (berhati-hati dalam setiap perkataan dan perbuatan)”.
Wira’I menurut Ibrahim ibn Adham, adalah meninggalkan setiap perkara subhat sekaligus meninggalkan setiap perkara yang tidak bermanfaat yakni perkara yang sia-sia.
“Selalu bersikap tawadhu”
“Selalu bersikap khusyu kepada Allah”
“Menjadikan Allah sebagai tempat meminta pertolongan dalam segala keadaan.
“Tidak menjadikan ilmunya sebagai sarana/tangga untuk mencapai keuntungan yang bersifat duniawi, baik berupa jabatan, harta, didengar oleh banyak orang,ketenaran, atau keunggulan atas teman-temannya.”

“Tidak memuliakan para penghamba dunia dengan cara berjalan dan berdiri untuk mereka, kecuali bila kemaslahatan yang ditimbulkan lebih besar dari kemafsadahannya.”
“Memiliki perangai zuhud dan mengambil dunia sekedar cukup yang tidak membahayakan untuk diri  dan keluarganya sesuai standar qona’ah“

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Dari sekian banyak kriteria yang sudah dikutip dari pandangan KH. Hasyim As’ary, masih ada beberapa kriteria lagi dalam menentukan ustadz/guru dalam agama yang Insya Allah akan kita bahas dalam edisi selanjutnya.

Semoga kita semua termasuk golongan orang-orang yang senantiasa mengharap rahmat Allah SWT untuk mencapai kebahagian didunia dan akhirat. Amin...

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ

 

KHUTBAH 2

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

 أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

 

_______________________
* Oleh: KH. Ahmad Rusdi