Ziarah di Makam Sunan Pandanaran Bayat, Sang Pendakwah Islam dari Semarang

Memperoleh Donasi Sebesar : Rp 0. Donasi Sekarang
 
Ziarah di Makam Sunan Pandanaran Bayat, Sang Pendakwah Islam dari Semarang

Daftar Isi

Laduni.ID, Jakarta -  Sunan Pandanaran Bayat beliau adalah ulama besar dari Semarang yang menyebarkan agama islam di daerah Bayat, Klaten, Jawa Tengah. Sunan Bayat dulu adalah bupati Semarang yang menggantikan ayah beliau wafat, beliau hijrah ke arah Selatan mengikuti nasehat dari Sunan Kalijaga untuk menyebarkan agama islam di daerah Salatiga, Boyolali, Mojosongo, Sela Gringging, Wedi, hingga ke Klaten.

Profil
Sunan Bayat (nama lain: Pangeran Mangkubumi, Susuhunan Tembayat, Sunan Pandanaran II, atau Wahyu Widayat) adalah tokoh penyebar agama Islam di Jawa yang disebut-sebut dalam sejumlah babad serta cerita-cerita lisan. Beliau terkait dengan sejarah Kota Semarang dan penyebaran awal agama Islam di Jawa, meskipun secara tradisional tidak termasuk sebagai Wali Sanga. Makamnya terletak di perbukitan ("Gunung Jabalkat") di wilayah Kecamatan Bayat, Klaten, Jawa Tengah, dan masih ramai diziarahi orang hingga sekarang. Dari sana pula konon beliau menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat wilayah Mataram. Tokoh ini dianggap hidup pada masa Kesultanan Demak (abad ke-16).

Terdapat paling tidak empat versi mengenai asal-usulnya, tetapi semua sepakat bahwa beliau adalah putra dari Ki Ageng Pandan Arang, bupati pertama Semarang. Sepeninggal Ki Ageng Pandan Arang, putra beliau, Pangeran Mangkubumi, menggantikannya sebagai bupati Semarang kedua. Alkisah, beliau menjalankan pemerintahan dengan baik dan selalu patuh dengan ajaran – ajaran Islam seperti halnya mendiang ayahnya. Namun lama-kelamaan terjadilah perubahan. Beliau yang dulunya sangat baik itu menjadi semakin pudar. Tugas-tugas pemerintahan sering pula dilalaikan, begitu pula mengenai perawatan pondok-pondok pesantren dan tempat-tempat ibadah.

Sultan Demak Bintara, yang mengetahui hal ini, lalu mengutus Sunan Kalijaga dari Kadilangu, Demak, untuk menyadarkannya. Terdapat variasi cerita menurut beberapa babad tentang bagaimana Sunan Kalijaga menyadarkan sang bupati. Namun, pada akhirnya, sang bupati menyadari kelalaiannya, dan memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatan duniawi dan menyerahkan kekuasaan Semarang kepada adiknya.

Pangeran Mangkubumi kemudian berpindah ke selatan (entah karena diperintah sultan Demak Bintara ataupun atas kemauan sendiri, sumber-sumber saling berbeda versi), didampingi isteri beliau, melalui daerah yang sekarang dinamakan Salatiga, Boyolali, Mojosongo, Sela Gringging dan Wedi, menurut suatu babad. Konon sang pangeran inilah yang memberi nama tempat-tempat itu). Beliau lalu menetap di Tembayat hingga akhir hayatnya, yang sekarang bernama Bayat, Klaten, dan menyiarkan Islam dari sana kepada para pertapa dan pendeta di sekitarnya. Karena kesaktiannya beliau mampu meyakinkan mereka untuk memeluk agama Islam. Oleh karena itu beliau disebut sebagai Sunan Tembayat atau Sunan Bayat.

Guru-guru Beliau:
1. Sunan Kalijaga
2. Sunan Pandanaran I

 Lokasi Makam
Untuk menuju lokasi ke kompleks makam ini sangatlah mudah. Kabupaten Klaten terletak di tengah antara Yogyakarta dan Solo. Jika dari arah kota Yogyakarta, di Pertigaan Bendogantungan sebelum masuk kota Klaten belok kanan menuju arah ke Kecamatan Wedi dan Bayat.

Dari Jl. Yogya – Solo tersebut jarak ke Bayat sekitar 10 km. Demikian pula bila berkendara dari arah kota Solo, setelah melewati kota Klaten, setelah melewati RSUP Soeradji Tirtonegoro Klaten akan segera menemukan pertigaan Bendogantungan, silahkan belok kiri.
Retribusi tiket:

  • Tiket Masuk : Rp 1.000,-/orang
  • Parkir Motor : Rp 3.000,-
  • Parkir Mobil : Rp 5.000,-
  • Parkir Bus : Rp 10.000,-
  • Kotak Amal/Sumbangan : *seikhlasnya*

Kompleks makam Sunan Pandanaran di Bayat terletak di perbukitan Jabalkat (sekitar 860 mdpl). Untuk mencapai lokasi makam harus mendaki ratusan anak tangga yang cukup melelahkan dari lokasi tempat parkir kendaraan. Namun jika anda tak ingin bercapek ria jalan kaki mendaki tangga, ada jasa ojek yang akan siap mengantar sampai ke atas dengan melewati jalan melingkar di sisi timur bukit jabalkat, melewati jalan di tengah perkampungan penduduk.

Di atas bukit Jabalkat terdapat kompleks pemakaman, dan sebuah masjid tua yang sampai sekarang masih berfungsi dan digunakan untuk beribadah sholat para peziarah.

 

Haul
Haul beliau diperingati bulan Rajab, untuk tanggal haul pihak keluarga dan keturunan yang akan memberitahu acara haul diperingati.

Motivasi Ziarah Menurut Syeikh An Nawawi al Bantani
1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua

Fadilah

Makam Sunan Pandanaran Bayat banyak dikunjungi para peziarah. Tak hanya datang dari wilayah Klaten saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar kota. Hal ini tak lain karena Sunan Pandanaran Bayat berasal dari Semarang.

Ada keyakinan dari masyarakat yang datang ke sana bahwa dengan berziarah dan berdoa di makam ini, maka segala keinginan pasti akan terkabul. Bahkan bagi beberapa kalangan, mereka meyakini bahwa karomah dari  Sunan Pandanaran Bayat bisa meningkatkan derajat. Karena itu tak jarang yang datang ke sana adalah orang-orang dari golongan pejabat. Selanjutnya bagi para peziarah, berdoa di makam beliau melalui wasilah beliau apa yang diinginkan akan dikabulkan. 


Oleh-oleh
Oleh-oleh yang bisa dibeli dan dibawa pulang usai ziarah di Klaten di antaranya: 
Geplak, Wajik, Keripik Belut, Kepelan, Rempeyek Ikan Cethul, Dodol Jenang, Keripik Ceker, Keripik paru, Slondok, Getuk

 

 

 

 

 

yang Sudah Mengunjungi Ziarah di Makam Sunan Pandanaran Bayat, Sang Pendakwah Islam dari Semarang

  • Desty Anara Desty Anara