Khutbah Jumat: Manusia Munafik

 
Khutbah Jumat: Manusia Munafik
Sumber Gambar: Koleksi Laduni.ID

KHUTBAH PERTAMA :

 

اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ مَنْ تَوَكَّلَ عَلَيْهِ بِصِدْقِ نِيَّةٍ كَفَاهُ وَمَنْ تَوَسَّلَ إِلَيْهِ بِاتِّبَاعِ شَرِيْعَتِهِ قَرَّبَهُ وَأَدْنَاهُ وَمَنِ اسْتَنْصَرَهُ عَلَى أَعْدَائِهِ وَحَسَدَتِهِ نَصَرَهُ وَتَوَلاَّهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ حَافَظَ دِيْنَهُ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ أَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ، خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ، اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ

 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Berangkat dari atas mimbar ini, khatib berwasiat kepada diri khatib pribadi dan kepada kita semua, untuk senantiasa berupaya senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan cara melaksanakan semua kewajiban dengan segenap keteguhan hati dan kemantapan jiwa, dan menjauhkan diri dari seluruh yang diharamkan dengan penuh ketabahan dan kesabaran.

Baca juga: Memahami Shalawat Kepada Nabi Muhammad SAW

Munafik berasal dari kata نَافَقَ - يُنَافِقُ , artinya secara etimologis adalah:

أَظْهَرَمَالَيْسَفِيالْبَاطِنِ

(menampakkan sesuatu yang berbeda dengan bathinnya). Misalnya seseorang menampakkan persetujuannya pada sesuatu, tetapi dalam bathinnya ia tidak setuju. Munafik secara terminologi adalah:

مَنْأَظْهَرَإِسْلاَمَهُوَسَتَرَكُفْرَهُفِيقَلْبِهِ

(orang yang menampakkan keislamannya dan menyembunyikan kekafiran di dalam hati). Setelah dijelaskan pada ayat sebelumnya mengenai kriteria orang yang bertaqwa dan orang yang kafir, maka giliran selanjutnya menjelaskan kriteria manusia munafik, sebagai berikut.

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّقُوْلُ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَبِالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِيْنَۘ (٨)

“Dan sebagian dari manusia, ada yang mengakui:” Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian”, pada hal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman” (Q.S al-Baqarah, 2:8)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Ayat ini menjelaskan, selain ada  manusia taqwa, manusia kafir, ada juga golongan yang ketiga yaitu manusia munafik. Golongan ini selalu menampakkan dirinya sebagai orang-orang mukmin yang beriman kepada Allah s.w.t., tetapi sebenarnya mereka adalah orang-orang kafir. Mereka melakukan hal ini, kerena mereka menyadari, bahwa tidak mungkin memusuhi kaum muslimin secara terang-terangan. Maka mereka melakukan penipuan, untuk merusak kekuatan kaum muslim dari dalam, dijelaskan ayat berikutnya.

يُخٰدِعُوْنَ اللّٰهَ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا ۚ وَمَا يَخْدَعُوْنَ اِلَّآ اَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُوْنَۗ (٩)

“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka menipu diri mereka sendiri sedangkan mereka tidak menyadarinya” (Q.S al-Baqarah, 2:9)

Baca juga: Takwa Sosial untuk Menghadapi Corona

Dengan sikap munafik itu, mereka hendak menipu Allah s.w.t., Nabi dan orang-orang yang beriman, agar mereka dapat mencerai beraikan kekuatan umat Islam. Mereka berpura-pura sebagai muslim yang taat, amanah dan berjuang untuk Islam, sebenarnya mereka melakukan penyelidikan untuk meneliti kelemahan umat Islam, kemudian dijadikan sarana untuk menghancurkan orang-orang yang beriman. Usaha mereka akan sia-sia, karena segala tipu daya mereka diketehui oleh orang-orang muslim. Mereka akan terombang-ambing dalam kesalahan dan kebingungan. Nabi menggambarkan sikap orang munafik dalam salah satu hadisnya.

مَثَلُالْمُنَافِقِكَمَثَلِالشَّاةِالْعَائِرَةِبَيْنَالْغَنَمَيْنِتَعِيرُإِلَىهَذِهِمَرَّةًوَإِلَىهَذِهِمَرَّةً

“Perumpamaan seorang munafik, seperti seekor anak kambing yang kebingungan di antara dua kambing dewasa, kadang-kadang mengikuti yang satu ini dan kadang-kadang yang lainnya” (Hadis sahih, riwayat Muslim: 7220).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Dengan sikap berpura-pura dan selalu menipu, orang-orang munafik jelas diliputi penyakit di dalam hatinya, seperti dendam, hasad, dengki, ragu-ragu dan penyakit kejiwaan lainnya. Penyakit itu akan bertambah berat, terutama pada saat mereka mengetahui, umat Islam memperoleh kesuksesan yang luar biasa dalam perjuangannya. Dengan demikian penyakit kejiwaan itu terus mendera mereka sampai  mereka berputus asa dan kecewa berat. Kondisi seperti ini akan mengantarkan mereka pada kubangan kehinaan dan kenistaan dalam segala kehidupan. Sikap manusia munafik yang sangat buruk dan tercela, disebutkan al-Qur`an:

وَإِذَا تَوَلَّى سَعَى فِي الأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيِهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ وَاللّهُ لاَ يُحِبُّ الفَسَادَ -٢٠٥-

“Dan apabila ia berpaling (dari hadapan), ia berjalan di muka Bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak hewan ternak, sedangkan Allah tidak menyukai kerusakan” (Q.S al-Baqarah, 2:205).

Baca juga: Menapaki Jalan yang Benar Menuju Surga

kriteria munafik selanjutnya, disebutkan sebagai berikut:

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لاَ تُفْسِدُواْ فِي الأَرْضِ قَالُواْ إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ -١١-

“Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat kerusakan di muka Bumi” Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." (Q.S al-Baqarah, 2:11)

Kaum munafik apabila dinasehati agar mereka tidak berbuat kerusakan dan perbuatan keji di lingkungan masyarakat, mereka menjawab: “Sebaliknya kamilah yang berbuat kebaikan dan mengusahakan keselamatan bersama”. Ucapan mereka disampaikan dengan sungguh-sungguh supaya masyarakat mempercayai mereka, padahal yang diucapkannya bertentangan dengan kenyataan.

Kaum munafik hakikatnya adalah kelompok orang yang selalu merusak dan berbuat onar dalam kehidupan masyarakat, sehingga menimbulkan berbagai macam kehancuran dan kerusakan. Karena disebabkan penyakit dalam hati mereka, maka mereka tidak menyadari hal tersebut karena fikiran dan hati mereka telah terbelunggu dalam kesesatan dan kebingungan.  

Baca juga: Membumikan Sunnah Nabi Muhammad S.A.W.

Orang-orang munafik, apabila disadarkan dan disarankan agar mereka beriman dengan iman yang sesungguhnya sebagaimana imannya para sahabat Nabi, seperti kaum Muhajirin dan Anshar. Mereka menolak bimbingan itu, dan dengan pongah menjawab: “Apakah kami harus beriman sebagaimana orang-orang bodoh itu beriman?”.  Mereka menganggap para sahabat Nabi yang beriman itu bodoh, baik kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Mereka menyangka kaum Muhajirin itu bodoh, karena mengikuti Nabi, mereka meninggalkan keluarga dan tanah air dan menyumbangkan hartanya untuk kebesaran agama Islam.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Orang-orang Anshar yang menjadi priBumi Madinah  juga dianggap bodoh karena mereka mau menerima para imigran dari Mekkah (Muhajirin), sehingga mereka mengorbankan harta benda serta raganya untuk para pendatang itu. Kesalahan cara pandang orang-orang munafik itu dibantah, sesungguhnya mereka itu yang bodoh, karena menolak petunjuk dan kebenaran, sebaliknya hanya mengikuti hawa nafsunya yang menyesatkan. Dengan pola pemahaman seperti itu, mereka akan tercampakkan dalam jurang kehinaan Duniawi dan ukhrawi, dengan demikian, sesungguhnya mereka itulah yang orang-orang bodoh dan sesat, selanjutnya dijelaskan:

وَاِذَا لَقُوا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قَالُوْٓا اٰمَنَّا ۚ وَاِذَا خَلَوْا اِلٰى شَيٰطِيْنِهِمْ ۙ قَالُوْٓا اِنَّا مَعَكُمْ ۙاِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِءُوْنَ (١٤)

“Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami Telah beriman". dan bila mereka kembali kepada Syaitan-Syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok." (Q.S al-Baqarah, 2:14)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Salah satu sifat tercela dari orang-orang munafik adalah sikap yang tidak konsisten, apabila mereka berjumpa dengan orang-orang beriman mereka mengatakan diri sebagai seorang mukmin dan muslim. Dengan sikap ini mereka memperoleh hak-hak yang diperoleh kaum muslimin pada umumnya. Akan tetapi bila berhadapan teman-teman mereka dan pemimpin mereka, mereka mengatakan bahwa sikap yang menampakkan diri sebagai orang muslim itu hanya bertujuan menipu, dan mengejek kaum muslimin. Kayakinan mereka tidak berubah sama sekali, mereka tetap dalam kekafirannya.

Istilah syaithan adalah makhluk ghaib yang berasal dari jin yang bernama Iblis, yang selalu menyasatkan manusia. Iblis apabila aktif menyesatkan manusia disebut syaithan, karena itu siapapun yang selalu menjerumuskan manusia dari jalan yang benar disebut syaithan, baik ia berupa Iblis, Jin atau manusia. Lafaz Syaithan berasal dari kata Syâthun yang artinya al-Ba`îd (Jauh), dinamakan demikian karena Syaithan selalu jauh dari kebenaran dan petunjuk. Kata itu berarti juga al-Mutamarridh membangkang atau durhaka, dinamakan demikian, karena Syaithan adalah makhluk yang selalu membangkang dan durhaka pada Allah s.w.t. (al-Munawir, 1984:722)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Semoga kita semua termasuk golongan orang-orang yang senantiasa mengharap rahmat Allah SWT untuk mencapai kebahagian didunia dan akhirat. Amin...

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ

KHUTBAH KEDUA :

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

 أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

DO’A KHUTBAH :

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر

________________________________
Oleh: Dr. KH. Zakky Mubarak, MA