Pesantren Assalafiyah 1 Brebes

 
Fasilitas di Lembaga ini :
Nama FasilitasJumlah Nama FasilitasJumlah
MI/SD1 MTS/SMP1
MA/SMA1 Maly/Univ.0
Tahfidz1 Laboratorium0
Poli Kesehatan0 Koperasi0
Pesantren Assalafiyah 1 Brebes
Sumber Gambar: Foto istimewa

PROFIL 

Pondok pesantrenPesantren Assalafiyah 1 merupakan lembaga pendidikan agama islam yang diakui keberadaannya oleh masyarakat sekitar. Pondok pesantren ini terletak di Kabupaten Brebes. Pada saat ini pondok pesantren Assalafiyah 1   tidak hanya belajar agama islam, tetapi pondok pesantren sekaligus madrasah atau sekolah yang menyatu dan terpadu menjadi satu kesatuan antara pendidikan sekolah yang diakui oleh departemen pendidikan dengan pendidikan agama yang berasal dari pondok pesantren. Hal ini adalah salah satu langkah untuk memajukan bangsa dengan memadukan pendidikan agama dengan pendidikan umum.

SEJARAH

H. Ambari yang merupakan tokoh desa Luwungragi dan orang terkaya waktu itu berperan aktif dalam penyiaran agama Islam. Beliau walaupun bukan orang yang mumpuni dalam hal agama, tetapi beliau senang dengan membuminya syiar Islam di desanya. Terbukti dengan mengirim anak-anaknya ke pondok pesantren dan mahabbah-nya dengan para ulama. Menurut penuturan Kiai Subhan, bahwa H. Ambari pernah soan ke Kiai Munawir Jogja dengan maksud akan menyumbang pembangunan pondok pesantren Krapyak. Tapi Kiai Munawir menolak karena material bangunan sudah cukup. Kiai Munawir menyarankan untuk diberikan kepada pesantren lain. Dan beliau mendoakan kepada H. Ambari; nanti anak keturunannya punya pondok pesantren.

Perkembangan Islam mulai terlihat dengan kehadiran KH. Manshur yang di-pungut menantu oleh H. Ambari. Beliau rela menghabiskan waktunya, mengorbankan tenaga dan hartanya untuk membumikan syareat-hukum Islam di Luwungragi dan sekitarnya. Serentetan sepak terjang beliau telah membuka jalan untuk menggagas berdirinya pondok pesantren. Pada tahun 1940 M. KH. Manshur mendirikan Pondok Pesantren As Salafiyah Luwungragi, setelah dua tahun Kiai Ma’mun menikahi putrinya. Kemudian dalam pengajaran-pengajian pondok pesantren diserahkan kepada Kiai Ma’mun, menantu K.H. Manshur yang dikenal alim.

Pada waktu itu, Pondok Pesantren As Salafiyah baru memiliki 3 bilik (kamar)  yang berlokasi sebelah utara Masjid Al-Istiqomah Luwungragi.  Dan sekarang, pondok lama (pertama) tersebut lebih masyhur dengan nama Komplek I Al- Manshuriyah, untuk mengenang nama beliau .H. Manshur yang menggagas penuh berdirinya Pondok Pesantren As Salafiyah Luwungragi. Tetapi ketika Agresi Militer Belanda II tahun 1942 M, Kiai Ma’mun meninggalkan pesantren untuk menghindari incaran tentara Belanda menuju Cirebon.

Selama bertahun-tahun, ahirnya pada tahun 1947 M., Kiai Ma’mun mendirikan pesantren di desa Peterongan, Karang Sembung, Cirebon. Tapi setelah keadaan desa Luwungragi aman, Kiai Ma’mun kembali ke desa Luwungragi untuk melanjutkan perjuangan yang tertunda. Adapun santri yang pertama kali mondok bernama Amat dari desa Karang Suwung. Mulai tahun 1970 M. sedikit demi sedikit santri mulai berdatangan, diantaranya Harun dari Lengkong, Kuningan, Husain, Nunung dan Amin. Akan tetapi pada tahun 1971 M. ada sekelompok garong mengintimidasi santri. Sehingga seluruh santri merasa terancam, ketakutan dan ahirnya semuanya pulang meninggalkan pesantren.

Perjuangan merintis pondok pesantren Kiai Ma’mun banyak mengalami ujian. Namun tidak menjadikannya putus asa. Beliau pasrah (tawakkal) kepada Allah Swt. dengan berbagai cobaan yang menimpanya, meskipun sudah dua kali pondok kosong dari santri. Pada tahun 1973 M. mulai berdatangan lagi para santri yang ingin mengaji (mondok) kepada Kiai Ma’mun. Santri pertama kali pada tahun itu adalah Abdul Manaf dari Kuningan. Semenjak itulah pondok Pesantren Assalafiyah mulai berjalan normal dan eksis sampai sekarang.

Dari tahun ke tahun santri bertambah banyak, akan tetapi tidak pernah lebih dari empat puluh sampai beliau Kiai Ma’mun wafat. Beliau meninggal dunia di desa Luwungragi, pada hari???, 26 Oktober 1986 M. Mengenai jumlah santri yang tidak pernah lebih dari empat puluh, Kang Haji (panggilan akrab Kiai Subhan Ma’mun) pernah menanyakannya kepada Kiai Ma’mun. Jawaban Kiai Ma’mun cukup singkat. Tutur beliau: “ Aku tak gawe keramat, mengko sira sing nggandul. Sira mengko santrine akeh, Abah samene bae” [ Saya sedang membuat keramat, nanti kamu yang merasakan. Kamu nanti santrinya banyak. Abah cukup segini saja.]

Setelah beliau wafat, tapuk kepemimpinan pondok pesantren dipercayakan kepada Kang Haji, sebagai putra satu-satunya dari kedelapan saudara. Karena pada waktu itu Kang Haji masih muda dan belum menikah, dalam me-menej dan mengembangkan pondok pesantren beliau melibatkan kakak-kakak iparnya. Hasil kerjasama yang solid dari seluruh unsur keluarga menjadikan pondok pesantren As Salafiyah tetap eksis dan bahkan berkembang pesat. Dari sinilah awal perkembangan pondok pesantren.

Jumlah santri As Salafiyah terus bertambah, pembangunan asrama-pun mulai digalakkan. Pada tahun 1990 M. saja jumlah santri kurang lebih sudah mencapai 150. Dari tahun ke tahun, jumlah santri terus meningkat. Terahir, berdasarkan data statistik santri tahun 2015 M., jumlah santri Ponpes As Salafiyah sudah mencapai angka 1220.

Seiring dengan jumlah santri yang terus meningkat, sarana fisik pesantren (asrama)-pun ikut meningkat. Juga sistem belajar-mengajar mengalami perubahan. Dulu hanya menggunakan sistem belajar-ngaji sorogan, musyawarah (diskusi) dan bandongan. Sekarang ditambah sistem tarbiyah (metode sekolah). Sehingga pondok pesantren As Salafiyah membentuk lembaga madrasah-sekolah, dari mulai tingkat ibtida (pemula) sampai aliyah (tinggi). Sesuai pernyataan para ulama yang menjadi landasan modernisasi pesantren:“ Al Muhafazhotu ‘alal qodimisshalih wal akhdzu bil jadidil ashlah ” [Melestarikan sistem-pola lama yang masih baik dan mengakomodir cara-cara modern yang lebih baik]

Setelah pondok pesantren As Salafiyah ini maju dan terkenal, banyak permintaan masyarakat untuk menerima santri yang sekolah formal. Namun beliau Kiai Subhan belum berminat. Karena beliau berkomitmen untuk mempertahankan ke-salaf-an pendidikan pesantren As Salafiyah, Luwungragi, yang diwariskan bapaknya. Tapi desakan membuka pesantren bersekolah formal semakin tidak terbendung. Mungkin ini tuntutan zaman yang mendorong para pengasuh melakukan modernisasi pesantren.

Pengasuh

  1. KH. Manshur
  2. KH.  Ma’mun
  3. KH. Subhan Makmun

Baca juga :  Universitas Islam Nusantara (UNINUS) Bandung

PENDIDIKAN

​​Pendidikan Formal

  1. MTs
  2. MA

​​Pendidikan Non Formal

  1. Tahfidzul Qur'an
  2. Madrasah Diniyah
  3. Majelis Taklim 

Baca juga :  Menyemir Rambut dengan Warna Hitam, Bolehkah?

EKSTRAKURIKULER

Pesantren ini memiliki Ekstrakurikuler sebagai berikut:

  1. Seni Baca Al Qur'an
  2. Eksperimen Ubudiyah
  3. Pelatihan Vokal
  4. Latihan Pidato
  5. Rebana dan gambus
  6. Marching Band
  7. Komputer
  8. Kaligrafi
  9. Buletin Creative Media
  10. Video Shooting dan Editing
  11. Photografi
  12. Seni Beladiri


Bahtsul Masail di Pesantren Assalafiyah 1 Luwungragi


Marching Band di Pesantren Assalafiyah 1 Luwungragi


FASILITAS

Pesantren ini memiliki fasilitas sebagai berikut:

  1. Masjid
  2. Aula
  3. Kantor dan Ruangan Tamu
  4. Asrama Santri
  5. Ruang Belajar
  6. Sarana dan kegiatan Ekstrakurikuler
  7. Perpustakaan dan media surat kabar
  8. Majalah
  9. Dokumenter foto dan video
  10. Toko dan Kanti
  11. Sarana air bersih
  12. Dapur umum
  13. Tower air
  14. Tenda dan panggung acara
  15. MCK

 


Gedung pesantren di pesantren Assalafiyah 1 Luwungragi


Laboratorium Komputer di pesantren Assalafiyah 1 Luwungragi


Baca juga :   STAI Yamisa Soreang Kab. Bandung

ALAMAT

Jalan Hambari no 13, Luwungragi, Kecamatan Bulukamba, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah 

Kode Pos       :  52253

Telepon          :  (0289) 6175196
                        


 

                           

 

 

 

KUNJUNGI JUGA

 

 

Yuk Ngaji Qur’an yang dilengkapi terjemah dan penjelasan di Laduni

 

Relasi Pesantren Lainnya

  • Belum ada pesantren yang berelasi dengan pesantren ini.