Haul Al-Arif KH Idris Marzuqi

 
Haul Al-Arif KH Idris Marzuqi
Sumber Gambar: Facebook Ali Khidir

Laduni.ID, Jakarta – Dalam sesi tanya jawab pada munas Himpunan Alumni Santri Lirboyo (HIMASAL) tahun 2001, ada seorang alumni yang menanyakan kepada Masyayih tentang santri yang diboyongkan/dikeluarkan dari pondok, apakah boleh dan bisa diakui menjadi anggota Himasal? Sebuah pertanyaan yang membuat para alumni peserta munas hening dan mungkin sedikit berdebar menunggu jawaban dari Masyayih.

Di sebelah depan tampak Mbah Yai Idris dengan wajah tersenyum beberapa kali menyerahkan mic kepada para Masyayih yang duduk bersama beliau. Di sebelah kanan-kiri beliau saat itu ada KH. Anwar Manshur, KH. Maksum Jauhari dan KH. Abdul Aziz Manshur selaku ketua Himasal. Sambil tersenyum dan dengan penuh Tawadluk para Masyayikh menyerahkan kembali mic kepada KH. Idris Marzuqi. Sebuah pemandangan nan indah yang menampakan dengan jelas ketulusan, keakraban, rasa saling menghormati dan mencintai diantara para Masyayikhina. Akhirnya, Mbah Yai Idris dengan wajah ceria memberikan jawaban singkat kurang lebih:

"Asalkan santri yang diboyong tersebut sudah bertaubat dan beramal baik maka diterima/diakui kembali sebagai santri dan masuk Himasal."

Dawuh beliau ini langsung merubah suasana hening dan sedikit tegang menjadi segar serta membuat marem semua hadirin. Dan dawuh beliau tersebut mengingatkan kita pada Ayat:

(فَمَنْ تَابَ مِنْ بَعْدِ ظُلْمِهِ وَأَصْلَحَ فَإِنَّ اللَّهَ يَتُوبُ عَلَيْهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ)

"Barangsiapa telah bertaubat setelah melakukan kedzaliman serta telah beramal baik, maka sungguh Allah akan selalu menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun dan Maha Pengasih."

***

Seingat penulis, Mbah Kyai Maksum Jauhari dalam sebuah majlis bersama para santri pernah cerita bahwa Bahwa KH. Hasyim Asy'ary saat mondok di bangkalan itu sorogan/ngaji privatnya kepada KH. Abdul Karim (Mbah Manab). Namun setelah pulang dari pondok Syaikhona Kholil bangkalan Mbah manab nyantri lagi di Tebuireng dan tanpa gengsi mengaji kepada KH. Hasyim Asy'ary yang telah menjadi Ulama Muhaddis.

Menurut catatan sejarah, Mbah Abdul Karim juga tercatat sebagai pengurus NU Kediri bersama Mbah KH. Ma'ruf Dunglo Sebagai Raisnya. Maka tidak heran jika Masyayihuna Lirboyo sejak dulu sampai sekarang selalu ikut andil berjuang dalam wadah NU. Dan Syaikhuna KH. Idris Marzuqi pernah menyampaikan alasan sederhana tentang hal ini. Tepatnya saat ngaji tafsir pada Ayat:

(وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ ۚ

"Dan orang-orang yang beriman, beserta dzurriyah mereka yang tetap mengikuti mereka dalam keimanan, (akan) Kami pertemukan mereka dengan dzuriyah mereka (di surga)."

 Saat sampai pada tafsir ayat ini Mbah Yai menjelaskan dengan nada serius (riwayat bilmakna):

"Inilah kenapa kita ikut bejuang di Nahdlatul Ulama, agar kelak di akhirat kita dikumpulkan dengan Mbah Hasyim dan para Ulama NU."

Walhasil dalam Ayat diatas, jaminan dikumpulkan dengan Leluhur di akhirat itu syaratnya harus mengikuti jejak mereka. Dan dengan dawuh ini seakan Syaikhina ingin mengajari para santri tentang niat utama saat nderek berjuang di NU. Tidak perlu muluk-muluk niatnya, sederhana saja, tapi bisa menggugah jiwa tawadluk, semangat berkhidmah serta menguatkan mahabbah kepada Leluhur/Masyayih NU.

 والله أعلم بالصواب رب فانفعنا ببركتهم واهدنا الحسنى بحرمتهم وأمتنا في طريقتهم ومعافاة من الفتن لهم الفاتحة

 

Kamis, 4 Sya'ban 1442

Sumber: https://www.facebook.com/216350078389440/posts/4200194193338322/?app=fbl