Proses Kreatif Spiritualitas Kaum Sufi dalam Perspektif Riset Sains

 
Proses Kreatif Spiritualitas Kaum Sufi dalam Perspektif Riset Sains
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Beberapa puluh tahun lalu, teknologi belum berkembang seperti sekarang ini. Namun kemudian saat ini kita memiliki teknologi FMRI (Functional Magnetic Resonance Imaging). Salah satu kegunaan alat ini bisa melihat bagian otak mana yang aktif saat kita sedih, marah, senang, sedang fokus pada satu hal, bekerja, berolahraga, bersetubuh, bermeditasi, berdoa, melihat malaikat, merasakan kehadiran Tuhan dan lain-lain.

Adanya teknologi yang berkembang semakin canggih itu telah membantu kita untuk lebih memahami kerja otak. Bahkan lebih jauh lagi, kita lebih bisa mengerti bagaimana otak memproses apa yang dirasakan oleh indra kita untuk menjadi sebuah perception. Akhirnya kita pun sekarang bisa lebih mengerti bagaimana proses manusia mempercayai adanya Tuhan atau bagaimana kita mengalami pengalaman spiritual.

Itu sebabnya Andrew Newberg dan Eugene d'Aquili menulis buku yang diberi judul Why God Won't Go Away: Brain Science and the Biology of Belief. Buku ini tentang bagaimana menjelaskan God dengan menggunakan ilmu pengetahuan, yaitu biologi atau neuroscience. Lebih jauh, buku ini menjelaskan bagaimana pikiran (otak) membentuk perception. Semua dijelaskan dengan ilmu pengetahuan baru dan tentu dengan dibantu oleh teknologi yang sebelumnya belum ada. Jika selama ini kita membicarakan apa itu mysticism atau transcendence, namun tak pernah dengan cara "membedah otak" dan melihat apa yang terjadi di otak saat orang mengalami atau melakukan kegiatan mysticism atau transcendence.

Sejarah spiritualisme memang sudah sangat tua. Jejak atau bukti arkeologis dari kuburan dan tempat suci Neanderthal adalah bukti paling awal dari perilaku spiritual. Begitu Hominid mulai berperilaku seperti manusia, mereka mulai bertanya-tanya atau khawatir tentang misteri kehidupan yang paling dalam. Mereka lalu menemukan resolusi untuk misteri-misteri itu dengan menciptakan kisah-kisah yang sekarang kita sebut mitologi.

Dalam studi evolusi, setiap perilaku tertentu memiliki nilai dalam kaitannya dengan persoalan bertahan hidup dan nilai dalam seleksi alam. Kemampuan dalam memegang nilai-nilai spiritual dan mitologi meningkatkan nilai bertahan hidup individu dan bahkan kelompok.

Kelompok masyarakat yang lebih kuat, tentu saja, akan memiliki kehidupan yang lebih baik bagi anggotanya, yang mungkin pada akhirnya menghasilkan tingkat keberlangsungan hidup yang lebih tinggi juga.

Buku lain yang ditulis berdasarkan riset seputar spiritualitas adalah juga ditulis oleh Andrew Newberg dan Mark Robert Waldman yang berjudul How God Changes Your Brain? Buku ini cocok untuk membedah bagaimana proses kreatif dari para sufi yang telah melahirkan karya-karya terbaik dunia. Oleh karena itu menurut saya, sebaiknya judul yang lebih cocok untuk buku itu adalah How Meditation, Prayer, and Spiritual Practice Change Your Brain. Buku ini memang lebih banyak berisi tentang banyak penelitian pada berbagai praktik spiritual yang dibedah dengan menggunakan kacamata neuroscience.

Sebuah tim di University of Pennsylvania’s Center for Spirituality and the Mind melakukan serangkaian penelitian panjang pada otak manusia yang berkaitan pada religiusitas dan spiritualitas. Mereka bahkan mencoba menjawab apa pengaruh religiusitas dan spiritualitas pada peradaban manusia.

Otak manusia secara ajaib memang mampu membangun dan memproyeksikan spiritual realities (Tuhan misalnya). Tuhan sebagai gambaran, atau konsep yang kita buat itu bisa terasa sangat nyata dan sangat berarti. Neuroscience yang meneliti fenomena ini tidak mencoba menjelaskan apakah Tuhan itu benar-benar "exist" atau tidak. Neuroscience menemukan bahwa otak kita tidak peduli apakah Tuhan benar-benar exist, karena otak hanya peduli pada gambaran atau konsep tentang Tuhan yang bisa bermanfaat dalam persoalan survival.

Jika gambaran Tuhan yang muncul memberi rasa nyaman dan aman, maka Tuhan yang seperti ini akan memberikan positivity dalam hidup Anda. Positivity di sini berarti fungsi otak yang lebih maksimal, sehingga mampu menghasilkan karya-karya sastra yang indah dan mengandung kedalaman yang luar biasa sebagaimana yang pernah dibedah dalam 30 video Denny JA. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 02 Juni 2021. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: M. Jojo Rahardjo

Editor: Hakim