Pesan Umar bin Abdul Aziz Saat Penunjukannya Menjadi Khalifah

 
Pesan Umar bin Abdul Aziz Saat Penunjukannya Menjadi Khalifah
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta – Menjadi pemimpin umat berarti siap memikul amanah yang telah dipercayakan. Menjadi khalifah berarti siap memimpin rakyat dengan adil. Menjadi pemimpin berarti siap mempertanggungkan amanah kepemimpinan itu di hadapan Allah Swt.

Hal itulah yang dirasakan oleh Umar bin Abdul Aziz ketika urusan rakyat itu dibebankan di atas punggungnya. An-Nadhr bin 'Adiy pernah memberikan gambaran sederhana tentang bagaimana Umar bin Abdul Aziz benar-benar menjiwai posisinya sebagai orang nomor satu ketika itu.

'Umar bin 'Abdul 'Aziz, atau juga disebut 'Umar II, adalah khalifah yang berkuasa dari tahun 717 sampai 720. 'Umar berasal dari Bani Umayyah cabang Marwani. Dia merupakan sepupu dari khalifah sebelumnya, Sulaiman.

“Suatu ketika aku masuk hendak menemui Umar bin Abdul Aziz. Aku melihatnya sedang duduk dengan menekuk kedua lututnya. Ia letakkan kedua siku tangan di atasnya, dan meletakkan dagu di atas kedua telapak tangannya. Seolah-olah sedang memikul beban berat umat ini.”

Begitulah jiwa pemimpin sejati. Dari gayanya saja sudah mengabarkan kesungguhan kerja dan ketulusan niat. Dan gaya ini tidak bisa dibuat-buat. Mungkin saja pemimpin lain bisa membuat-buat seolah-olah dirinya sedang memikirkan urusan rakyat. Tapi barangkali akan dibaca lain oleh orang yang melihatnya. Bukankah dalam hidup ini ada kaidah, “Sesuatu yang berasal dari hati akan sampai ke hati pula?”

Apa yang dilakukan pemimpin revolusioner ini pada hari pertama kepemimpinannya?

Selesai mengubur jenazah khalifah Sulaiman bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz keluar dari kuburannya. Beberapa saat kemudian ia mendengar suara ramai di luar makam.

“Suara apa ini?!” tanya Umar bin Abdul Aziz heran.

“Ini adalah suara konvoi pasukan yang akan menjemput khalifah baru, wahai Amirul Mukminin. Mendekatlah untuk menaikinya.” Jawab salah seorang yang ada di sampingnya saat itu.

“Jauhkan ia dariku! Bawa kesini baghlahku!”

Didekatkanlah padanya baghlah miliknya dan ia pun menaikinya. Lalu datanglah Yasir bin Yadaih, salah seorang pengawal kerajaan, berjalan merunduk dengan membawa belati.

“Kenapa engkau berjalan merunduk kepadaku! Kita semua sama! Aku hanyalah salah seorang dari kaum muslimin!”

Ia pun berjalan menuju masjid bersama dengan orang-orang yang hari itu ada di sana. Setelah masuk masjid, ia naik ke atas mimbar di hadapan rakyatnya dan berkata:

“Wahai sekalian manusia! Sesungguhnya aku telah diuji dengan urusan (diangkat menjadi khalifah) ini tanpa meminta pendapat dariku sebelumnya, dan akupun tak pernah memintanya, juga tanpa mengajak umat muslim bermusyawarah di dalamnya. Maka dari itu, aku bebaskan kalian semua dari bai'atku. Silahkan kalian memilih (pemimpin) untuk diri kalian!”

Maka semua yang hadir di situ satu suara meneriakkan:

“Kami semua memilihmu, wahai Amirul Mukminin! Kami semua ridha padamu. Pimpinlah kami dengan baik dan berkah!”

Ketika suara sudah hening dan semua orang telah menyatakan keridhaan padanya untuk menjadi khalifah, maka ia mulai khutbahnya dengan memuji Allah Swt dan bershalawat atas Nabi Muhammad Saw, lalu berkata:

“Aku wasiatkan kepada kalian taqwa kepada Allah. Karena taqwa kepada Allah tumpuan segala sesuatu dan tidak ada tumpuan selainnya. Maka beramallah untuk kehidupan akhirat kalian, karena barangsiapa yang beramal untuk akhiratnya niscaya Allah akan mencukupi urusan dunianya. Perbaikilah apapun yang tersembunyi dari niat-niat kalian, karena dengan begitu Allah akan memperbaiki apa-apa yang nampak dari kalian. Perbanyaklah mengingat kematian, dan perbaikilah persiapan kalian sebelum ajal datang, karena hal itu (kematian) adalah penghancur kenikmatan. Demi Allah, aku tidak akan memberikan kebathilan kepada seseorang, dan tidak pula melarangnya dari kebenarany. Wahai sekalian manusia! Barangsiapa yang taat pada Allah maka ia wajib ditaati, dan barangsiapa bermaksiat pada Allah maka tidak ada ketaatan padanya. Taatlah kalian kepadaku selama aku taat pada Allah, dan jika aku bermaksiat pada Allah maka kalian tidak wajib mentaatiku!”

Referensi:

• Sirah Wa Manaqib Umar bin Abdul Aziz, al-Khalifah az-Zahid, Ibnul Jauzi.

• Kitab Ath-Thabaqat, Ibnu Sa'ad 5/338.

Oleh: Yazid

Sumber: https://www.facebook.com/groups/1016398002204881/permalink/1113587809152566