Ilmu yang Tidak Berguna

 
Ilmu yang Tidak Berguna
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID (ist)

Laduni.ID, Jakarta – Adakah ilmu yang tak berguna? Tergantung dari sisi mana kita melihatnya. Bila dari sisi ilmu itu sendiri, maka tidak ada ilmu yang tidak berguna sebab semua ilmu dikembangkan atas kegunaan tertentu. Namun bila dilihat dari sisi kebutuhan orang per orang, maka semua jenis ilmu mempunyai tingkat kegunaan dan tingkat ketidakbergunaannya masing-masing.

Ilmu bahasa sangat berguna, tetapi bagian tingkat tingginya yang membahas asal usul suatu kata dan aneka perkembangan maknanya adalah bagian yang tidak berguna kecuali bagi para ahli bahasa saja.

Ilmu fikih juga sangat berguna, tetapi bagian tingkat tingginya yang membahas tentang perdebatan para ulama tentang masalah pelik dan bagaimana mentarjihnya adalah tidak berguna kecuali bagi para ahli fikih yang memang bertugas untuk menjawab problema hukum Islam.

Ilmu kalam juga demikian, ia sangat berguna namun bagian perdebatan rumitnya yang sulit dipahami orang kebanyakan nyaris tidak berguna sama sekali kecuali bagi para ahli yang memang bertugas memberi pencerahan tentang itu.

Semua ilmu lain bisa dikiaskan sendiri. Ada bagian dari ilmu itu yang berguna dan banyak juga yang tidak jelas gunanya untuk kebutuhan orang per orang dalam kesehariannya. Karena itu jangan heran bila orang-orang yang mempunyai perpustakaan pribadi di rumahnya tidak akan membicarakan atau membahas isi buku-buku di perpustakaannya kecuali sedikit saja dan di momen khusus saja, kalau perlu anak istrinya tidak paham apa guna koleksi buku sebanyak itu sehingga begitu orangnya meninggal langsung dibagi-bagi begitu saja seperti recehan.

Hal sederhana ini harus dipahami betul agar ketika membaca suatu narasi dalam buku tertentu yang mengkritik disiplin ilmu lain, maka kritik itu dapat ditempatkan pada tempatnya secara proporsional. Misalnya saja:

Di buku-buku agama mudah didapat kritik pada ilmu-ilmu umum dan mengesankannya tidak berguna. Sebaliknya di buku-buku umum juga ada kesan bahwa ilmu agama tidak berguna dan tidak bisa berkontribusi bagi kemajuan peradaban.

Di buku-buku ahli tasawuf mudah didapat kritik pada ilmu fikih yang dianggap kering dari nuansa spiritual. Sebaliknya, di buku-buku fikih mudah didapat pembahasan yang mengesankan bahwa yang terpenting adalah sisi formalitas saja dan tidak perlu berlebihan menilai hingga ke persoalan hati segala.

Di buku-buku ahli hadis mudah didapat kesan bahwa ilmu lain yang menonjolkan rasio tidaklah terlalu berguna bahkan beberapa dianggap menyesatkan sebab tidak berdasar pada sanad dan sabda. Sebaliknya di buku-buku para ahli rasio ada kesan seolah ilmu dogmatis semisal ilmu hadis itu hanya bagi para pemula yang belum tercerahkan secara intelektual.

Kritik-kritik pada ilmu tertentu seperti di atas akan dianggap kebenaran mutlak bagi mereka yang sedikit membaca. Tidak sedikit pelajar yang hingga menjadi tokoh besar yang semua rambutnya menjadi uban pun terjebak pada kritik semacam itu hingga sampai tua dia sering berorasi atau menulis maha karya bahwa ilmu tertentu tidak berguna untuk dipelajari. Sebenarnya bukan ilmu tersebut yang tidak berguna, hanya saja dia dan komunitasnya tidak membutuhkannya.

Saya menulis ini agar bertambah orang-orang yang tersenyum geli seperti saya ketika misalnya mendengar tokoh agama yang berorasi bahwa sekolah umum tidak perlu terlalu tinggi sebab tidak berguna lalu setelahnya masuk ke mobil mewah dengan membawa gadjet canggih yang mungkin dikiranya itu semua buatan anak SD. Juga ketika misalnya membaca orang yang mencoba mengkritik ilmu kalam atau ilmu tasawuf dengan menampilkan komentar dari tokoh disiplin ilmu lain seperti Imam Ahmad misalnya, menggelikan.

Oleh: KH Abdul Wahab Ahmad


Editor: Daniel Simatupang

 

 

Tags