Gus Baha: Kisah Kaisar Hiraklius yang Mengakui Kenabian Nabi Muhammad SAW

 
Gus Baha: Kisah Kaisar Hiraklius yang Mengakui Kenabian Nabi Muhammad SAW
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID (ist)

Laduni.ID, Jakarta – Ada sebuah kisah di mana seorang kaisar dari kerajaan Kristen mengakui kenabian Nabi Muhammad SAW, kisah ini diceritakan oleh Gus Baha ketika mengisi sebuah majelis ilmu.

Kaisar Flavius Heraklius, kaisar Byzantium, bertanya pada Abu Sufyan tentang seseorang yang mengaku rasul, “Saya dengar, di daerah kamu ada orang yang mengaku Nabi.” Abu Sufyan menjawab, “Iya.” Percakapan antara Abu Sufyan dengan Kaisar Heraklius disaksikan oleh para pengikut dan pesuruh Abu Sufyan, saat itu mereka belum memeluk islam sehingga masih belum mengakui kenabian Rasulullah.

“Dia orang yang punya nasab baik atau tidak?” tanya kaisar.

“Iya, dia punya nasab yang baik, Dia punya nasab yang terbaik, yaitu suku Quraisy,” jawab Abu Sufyan

“Apakah bapak-bapaknya pernah menjadi raja?” tanya kaisar.

“Tidak pernah,” jawab Abu Sufyan.

“Apa dia pernah berbohong?”

“Tidak pernah.”

“Saat berperang melawanmu, siapa yang menang?”

“Kadang saya menang, kadang kalah.” Jawab Abu Sufyan dengan jujur.

“Lalu, pengikutnya semakin bertambah banyak atau semakin sedikit?”

“Semakin banyak.”

“Yang ikut kepadanya apakah orang-orang rendah atau orang-orang terpandang?”

“Orang-orang kalangan rendah.”

Setelah itu Abu Sufyan terdiam karena Kaisar Hiraklius menyebutkan beberapa kriteria, “Kalau saja tadi kamu (Abu Sufyan) bilang bahwa dia (Nabi Muhammad) anak raja, pasti dia pembohong. Berarti dia ingin membuat perubahan, revolusi, atau kegiatan baru. Berarti dia rajulun yathlubu mulku abiyati. Jika dia benar-benar anak raja maka kegiatan-kegiatannya bukanlah berdakwah atau mengajak orang beribadah, tapi mencari pengaruh untuk kedepannya karena dia ingin menjadi raja seperti ayahnya.”

Kiasar Hiraklius melanjutkan, “Seandainya kamu mengatakan bahwa Muhammad pernah berbohong, maka dia bukan Nabi, sebab seorang Nabi sejak kecil sudah ditakdirkan tidak pernah berbohong.”

Gus Baha juga menceritakan ketika beliau bertemu dengan seornag orientalis yang bertanya tentang kebaikan Nabi Muhammad SAW. “Pak Baha, kenapa orang Islam itu menghitung kebaikan Muhammad sejak menjadi Nabi? Bisa saja sebelum jadi Nabi, dia pernah berbohong atau nakal atau selingkuh,” tanya orang itu.

“Apa pernah Abu Jahal dan Abu Lahab menghina Nabi Muhammad karena berzina atau mencuri? Tidak pernah!” jawab Gus Baha.

“Maka, ucapan Abu Jahal itu penting untuk jadi rujukan. Paham ya? Memang nyata! Sekarang kalau orang Islam memuji Nabi Muhammad, wajar karena dia Islam. Apa pernah Abu Jahal berkata, ‘Muhammad sekarang sok suci. Padahal dulu sering pacarana.’ Tidak pernah! Karena memang tidak pernah pacaran,” lanjut Gus Baha.

Baik Abu Lahab dan Abu Jahal tidak bisa menghina nabi sebab mereka tidak menemukan kebenaran bahwa sebelum menjadi nabi, Muhammad SAW melakukan sebuah keburukan. Oleh karena itu Nabi Muhammad SAW disebut sebagai orang yang maksum sejak kecil.

Sebab itu jugalah yang membuat Kaisar Hiraklius mengakui kenabian Muhammad SAW, “Ya, dia adalah Nabi yang muncul di akhir zaman.” Hiraklius melanjutkan, “Seandainya saya kuat dan mampu, saya akan mencium kakinya, tidak hanya saya cium tangannya.”


Editor: Daniel Simatupang