"Kesalahan" yang Disukai Allah

 
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Allah "mengkritik" seorang Muslim karena memang ia salah atau melakukan kesalahan. Allah tidak akan "mengkritik" makhluk ciptaan-Nya hanya karena ia tidak beriman, sebab apa yang menjadi kesalahan seorang hamba saat ini kelak bisa jadi menjadi sebuah kebaikan.

"Salah itu terbagi dua, ada salah secara kulliyyah (total). Salah kulliyah itu keluar dari jalur, misalnya orang Kafir, itu kan keluar dari Islam, maka ia disebut salah kulliyah, sebab mereka sama sekali tidak masuk ke dalam jalur Nabi. Lalu ada salah dalam jalur. Salah ini adalah salah yang disukai Allah. Allah sangat suka itu, bahkan kesalahan ini kelak membuat orang-orang sholeh yang tidak pernah maksiat menyesal," kata Gus Baha dalam sebuah pengajian.

Kelak kesalahan-kesalahan seseorang diganti dengan sebuah kebaikan, Ibnu Mas’ud pernah berkata, “Orang-orang dahulu tidak pernah tidak membuat kesalahan, sebab kesalahan itu kelak akan berubah menjadi sebuah kebaikan." Hal ini sebagaimana disinggung di dalam Al-Qur'an yang dimaksud "Faulaika yubaddilullahu sayyiatihim hasanat."

Seorang yang tidak membaca Al-Quran tidak bisa dikritik fasih atau tidaknya, bacaan sebab ia tidak sedang tadarrus, kritik tersebut seharusnya diperuntukkan bagi mereka yang sedang tadarrus di masjid. Walaupun bacaannya kurang fasih, setidaknya mereka membaca Al-Quran. Dan kritik fasih atau tidaknya bacaan seseorang membaca Al-Quran tidak bisa diberikan kepada mereka yang sedang tidak membaca Al-Quran.

“Makanya jika saya ditanya, ‘Gus, shalat tanpa tuma’ninah apakah sah?’ Saya akan bilang, ‘setidaknya dia shalat.’ Sebab orang yang tidak shalat tidak bisa disalahkan karena dia tidak tuma’ninah,” lanjut Gus Baha menjelaskan.

Mengenai hal ini, Nabi SAW juga pernah ditegur oleh karena beliau lebih mendahulukan menyambut tamu Quraisy dan mengabaikan Abdullah bin Ummu Maktum, sahabat yang tuna netra dan saat itu sedang hendak bertanya tapi terkesan "diabaikan".

“Makanya, salah itu ada dua. Ada salah karena memang keluar dari dairotul amri dan ada yang salah di dalam jalur. Semisal, kayak kalian ini yang ngaji pada saya, yang tidak ikut ngaji tidak akan salah. Justru yang mengajilah yang bisa salah. Entah itu karena ngantuk, atau tidak mendengarkan. Tapi setidaknya ngaji! Saya ini kyai kelas atas, makanya tidak pernah menyalahkan kalian yang ngantuk. Sebab bagaimanapun kalian masih dalam jalur, meski ngantuk sekalipun,” pungkas Gus Baha sambil berkelakar. []


Sumber: Tulisan ini merupakan catatan yang diolah dan dikembangkan dari pengajian KH. Bahauddin Nursalim. Tim redaksi bertanggungjawab sepenuhnya atas uraian dan narasi di dalam tulisan ini.

Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 09 Agustus 2021. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Editor: Hakim