Ziarah Makam Mama Sempur, Mursid Thariqah Qadiriyah-Naqsabandiyah di Tanah Pasundan

Memperoleh Donasi Sebesar : Rp 0. Donasi Sekarang
 
Ziarah Makam Mama Sempur, Mursid Thariqah Qadiriyah-Naqsabandiyah di Tanah Pasundan
Sumber Gambar: Twitter @pna_online

Daftar Isi

Laduni.ID, Jakarta - KH. Tubagus Ahmad Bakri as-Sampuri atau akrab dikenal dengan Mama Sempur adalah ulama khos kelahiran Citeko, Plered, Purwakarta, Jawa Barat. Sebutan “Mama” merupakan istilah di kalangan masyarakat Jawa Barat yang disematkan kepada Ajengan atau Kiai, sedangkan Sempur adalah nama salah satu desa.

KH. Tubagus Ahmad Bakri juga dikenal sebagai seorang penyebar (Mursid) thariqah Qadiriyah-Naqsabandiyah, salah satu kalam beliau yang terkenal adalah sebagaimana yang beliau tulis di kitabnya Futuhatut Taubah Fi Shidqi Tawajuhit Thoriqoh,

“Ari anu pang afdhol-afdholna tarekat dina zaman ayeuna, jeung ari leuwih deukeut-deukeutna tarekat dina wushul ka Allah Ta`ala eta nyatea tholab ilmi, sarta bener jeung ikhlash.” (Tarekat yang paling utama pada zaman sekarang dan tarekat yang paling dekat dengan wushul kepada Allah yaitu thalab ilmi, benar, dan ikhlas)

Salah satu kitab beliau yang fenomenal adalah Cempaka Dilaga, sebab kitab ini merupakan satu-satunya kitab yang berjudul Bahasa Sunda. Kitab ini membahas tentang bisnis dan etos kerja dalam pandangan Islam, misalkan ketika seseorang dihadapkan pada dua pilihan yang tak dapat dihindari, maka menurut beliau hendaknya mendahulukan untuk menolak mafsadah ketimbang pilihan yang mendatang manfaat.

Profil

KH. Tubagus (Tb)  Ahmad Bakri lahir pada tahun 1259 H atau bertepatan dengan tahun 1839 M, di Citeko, Plered, Purwakarta, Jawa Barat. Beliau merupakan putra pertama dari pasangan KH. Tubagus Sayida dan Umi, selain KH.Tubagus Ahmad Bakri dari pasangan ini juga lahir Tubagus Amir dan Ibu Habib.

KH. Tubagus (Tb) Ahmad Bakri, lebih dikenal dengan sebutan Mama Sempur. Mama merupakan istilah bahasa sunda yang berasal dari kata rama artinya Bapak. Di kalangan masyarakat Jawa Barat, kata Mama ini biasanya disematkan kepada Ajengan atau Kiai sehingga sebutannya menjadi Mama Ajengan atau Mama Kiai. Sementara Sempur adalah sebuah Desa yang ada di Kecamatan Plered, Purwakarta, Jawa Barat.

Untuk kelanjutannya tentang Profil beliau silahkan baca di Biografi KH. Tubagus Ahmad Bakri as-Sampuri (Mamah Sampur)

Guru-guru beliau selama menuntut ilmu adalah:

  1. Syekh Raden Haji Muhammad Roji Goyam – Tasikmalaya murid dari Syekh Umar asy-Syami dan Syekh Ahmad al-Khoyyath
  2. Syekh Ahmad Syathibi al-Qonturi – Gentur, Cianjur
  3. Syekh Muhammad Bashri bin Abdillah murid dari Sayyid Utsman dan Syekh Raden Haji Muhammad Roji Goyam
  4. Syekh Syaubari
  5. Syekh Sholih bin Umar (Sholeh Darat) – Semarang
  6. Syekh Ma’shum bin Salim – Semarang (mualif: Tasywiqul Kholan)
  7. Syekh Ahmad Dahlan bin Abdillah saudara dari  Syekh Muhammad Mahfudz at-Tarmas
  8. Tuan Syekh Habib Utsman
  9. Syekh Nawawi Al-Bantani
  10. Syekh Ahmad Zaini Dahlan
  11. Syekh Sa’id Babshil
  12. Syekh Umar bin Abi Bakar Bajunaidi
  13. Sayyid Abdul Karim ad-Daghustani
  14. Syekh Sholih Bafadhol al-Hadhromi
  15. Syekh Sholih al-Kamal (mufti: al-Hanafi)
  16. Syekh Ali Al-Kamal al-Hanafi
  17. Syekh Jamal al-Maliki
  18. Syekh Ali bin Husain al-Maliki
  19. Sayyid Hamid (qodi: Jiddah) asal (mufti: al-Hanafi fil Makatil Musyarofah)
  20. Syekh Ahmad Khotib asy-Syambasi
  21. Syekh Sa’id al-Yamani
  22. Syekh Muhammad Mahfudz at-Tarmasi
  23. Syekh Mukhtar bin Athorid
  24. Syekh Muhammad Marzuq al-Bantani.

Lokasi Makam

Mama Sempur wafat pada Malam Senin, 27 Zulkaidah 1395 H bertepatan dengan 1 Desember 1975 M. Makam beliau terletak di Jl. Raya Sempur No.18, Sempur, Kec. Plered, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

 

 

Haul

Makam KH. Tubagus Ahmad Bakri tak pernah sepi dari jamaah, bahkan ketika mendekati perayaan Haul pada 27 Dzulqaidah, angka peziarah meningkat pesat. Hal tersebut juga dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk menjajakan barang dagangan merek.

 

Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani

1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua

 

Fadilah

Makam KH. Tubagus Ahmad Bakri banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tak hanya datang dari wilayah Purwakarta saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar Jawa yang berziarah di makam beliau yang berada di komplek pemakaman, di Desa Sempur, Kec. Plered, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

Ada keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berziarah, berdoa dan bertawassul di makam KH. Tubagus Ahmad Bakri, dimudahkan dalam mencari rezeki, dimudahkan dalam hajatnya, dimudahkan dalam kederajatan, dan dimudahkan dalam mendapatkan keturunan anak sholeh dan sholehah

Peninggalan

Mendirikan Pesantren
Pada tahun 1911 Masehi pulang ke tanah air, KH. Ahmad Bakri mendirikan sebuah pesantren dengan nama Pesantren As-Salafiyyah di Darangdang, Desa Sempur, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, Pesantren ini dinilai sebagai pesantren tertua di daerah tersebut. Demikianlah untuk selanjutnya beliau mengelola pondok pesantren dan menjadi guru penyebar Tarekat Naqsabandiyah di daerah tersebut. Pemikiran beliau untuk mengungkap pemikirannya  dapat dilacak sejumlah catatan kecil yang ditulisnya, ceramah-ceramah serta kandungan kitab yang ditulisnya.

Karya Beliau
Salah satu kitab beliau yang fenomenal adalah Cempaka Dilaga, sebab kitab ini merupakan satu-satunya kitab yang berjudul Bahasa Sunda. Kitab ini membahas tentang bisnis dan etos kerja dalam pandangan Islam, misalkan ketika seseorang dihadapkan pada dua pilihan yang tak dapat dihindari, maka menurut beliau hendaknya mendahulukan untuk menolak mafsadah ketimbang pilihan yang mendatang manfaat.

Oleh-oleh

Oleh-oleh yang bisa dibeli dan dibawa pulang usai ziarah di Kab. Purwakarta di antaranya:
Sate Maranggi, Gerabah Plered, Rengginang, Surabi, Kerajinan Bambu, Simping, Semprong, Colenak