Pesantren itu Mahalu al-Ilmi wa al-Adabi

 
Pesantren itu Mahalu al-Ilmi wa al-Adabi
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID (ist)

Laduni.ID, Jakarta – Kiai, figur utama di dalam pesantren, sang alim dan soleh. Menjadi kiai harus melewati proses perjalanan menuntut ilmu agama Islam, sudah selesai di ilmu ia pun berproses dengan istiqomah, meningkatkan kadar keimanan untuk lebih tinggi maqomnya. Menjadi kiai, dimulai dari penguasaan ilmu agama Islam yang komprehensif, bahkan hafidz, dan yang pasti wajib hafal Alfiyah Ibnu Malik, selain matan imrithy.

Setelah itu, penguatan atas adab dengan cara mujahadah bi nafsi, sisi batin dengan cara riyadoh. Unsur nafsu lawwamah dan ammaroh dimaksimalkan mengurang, diisi dengan nafsu muthmainnah, hidup qonaah, zuhud dan wara'. Laku hidup sang kiai di setiap pesantren umumnya begitu.

Selain mengajar kitab kuning pada santri, kiai lebih pada mendidik tatakrama, adab, dan atau akhlakul karim baik pada keluarganya, santri seniornya, dan pada semua santrinya. Sosok kiai bagi santrinya begitu dominan seperti orang tua pada anaknya, welas asih, menjaga muruah tanpa jauh dari santri, terlalu dekat pun tidak.

Kiai adalah manusia terpilih dan tertakdirkan untuk menjadi pewaris ajaran Nabi Muhammad SAW. Kriteria kiai macam di atas itulah yang sesungguhnya disebut Kiai, lain itu belum disebut kiai, tapi baru ngaku kiai, atau kiai terpaksa.

  • Baca juga: 

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN