Puisi untuk Gus Dur: Ketika Hadir Tak Dikenal, Ketika Pergi Dicari-Cari
Laduni.ID, Jakarta – Sebuah puisi karya KH. Husein Muhammad ini sangat fenomenal, puisi ini ditujukan kepada mantan Presiden RI ke-4 sekaligus mantan Ketua Umum PBNU, KH. Abdurrahman Wahid. Puisi ini dibacakan Buya Husein saat Haul ke-5 Gus Dur pada Desember 2014, berikut puisinya:
فِى يَومِ وَفَاةِ Gus Dur قُلْتُ لَهُمْ:
كَيْفَ لَا يَطِيرُ البُلْبُلْ
وَيُمَزِّقُ اَلْفَ حِجَابٍ
عِنْدَمَا نَادَاهُ الْحَبِيْبُ: إِرْجِعِى
Pada hari Gus Dur wafat, aku katakan kepada mereka:
Mana mungkin Bulbul tak terbang pulang,
Merobek seribu tirai penghalang,
Ketika diseru sang Kekasih: “Irji’I,”
Pulanglah ke dalam pelukan-Ku.
يَا مَنْ أَنْتَ فِى سَاعَةِ الْاَلَمِ رَاحَةٌ فِى نَفْسِى
يَا مَنْ أَنْتَ فِى مَرَارَةِ الْفَقْرِ كَنْزٌ لِرُوحِى
يَا مَنْ أَنْتَ فِى ظُلْمَةِ الْجَهْلِ نُورٌ فِى عَقْلِى
Duhai dikau, yang ketika aku dirundung duka-nestapa,
Adalah pelipur jiwaku,
Duhai, dikau, yang ketika aku dihimpit pahitnya kepapaan,
Adalah perbendaharaan ruhku,
Duhai dikau, yang ketika aku ditelikung kegelapan,
Adalah cahaya akalku,
مَا مَضَى فَاتَ وَالْمُؤَمَّلُ غَيْبٌ
وَلَكَ السَّاعَةُ الَّتِى أَنْتَ فِيهَا
وَلَنْ نَسْمَع الْبُلْبُل تُغَرِّدُ حُلْواً
يَحْكِىى سِيرَتَهُ وَغَرَابَتَهُ
Kemarin telah lewat,
Dan harapan adalah kegaiban,
Engkau kini sudah di sana,
Dan aku tak kan lagi mendengar,
Kicau merdu Bulbul,
Bercerita pengembaraan dan keasingannya,
هَيْهَاتَ هَيْهَاتَ
لَا يَأْتِى الزَّمَانُ بِمِثْلِهِ
إِنَّ الزَّمَانَ بِمِثْلِهِ لَبَخِيلُ
Alangkah jauhnya, Oh, alangkah jauhnya,
Hari ini tak lagi seperti kemarin,
Betapa pelitnya zaman,
Memberi hari ini seperti hari kemarin,
مَضَى الزَّمَانُ فَكُلُّ فَانٍ ذَاهِبٌ
إِلَّا جَمِيلَ الذِّكْرِ فَهُو الْبَاقِى
Zaman telah pergi,
Segala yang tak abadi hilang lenyap,
Hanya sebutan yang indahlah,
yang terus mengalir abadi,
طُوبَى لِلْمُخْلِصِيْنَ الَّذِيْنَ إِذَا حَضَرُوا لَمْ يُعْرَفُوا وَإذَا غَابُوا لَمْ يُفْتَقَدُوا
أُولَئِكَ مَصَابِيْحُ الْهُدَى تَنْجَلِى بِهِمْ كُلُّ فِتْنَةٍ ظَلْمَآء
وانت يا حبيبى غوس دور منهم
Aduhai, betapa damai jiwa-jiwa yang tulus,
Ketika hadir tak dikenal,
Ketika pergi dicari-cari,
Mereka adalah kandil-kandil,
Yang bersinar cemerlang,
Berkat mereka,
Wajah-wajah buram-kusam-masam,
Tampak benderang,
Dan engkau, Oh. Rinduku, Gus Dur,
Adalah satu dari mereka,
يَا حَبِيبَ الرُّوح
قُلُوبُ وِدَادِكُمْ تَشْتَاُق
وَاِلَى لَذِيذِ لِقَآءِكُمْ تَرْتَاحُ
يُبَلَّغُونَ السَّلَامَ عَلَيكُمُ
وَيَرْجُونَ رَحْمَةَ رَبِّكُمُ
Duhai kekasih ruhku,
Para pencintamu merinduimu,
Kelezatan berjumpamu,
Menitipkan rasa damai,
Mereka menyampaikan salam untukmu,
Dan mengharap rengkuhan Kasih Tuhan bagimu,
Gus Dur menjawab:
يَا مَنْ تَبْحَثُ عَنْ مَرْقَدِنَا
قَبْرُنَا هَذَا فِى صُدُورِ العَارِفِينَ
وَ فى قُلُوبِ الْمَجْرُوحِين
Duhai kalian yang mencari tempat tidurku,
O, lihatlah, aku di dalam palung jiwa para bijakbestari,
Dan mereka yang hatinya terluka,
Dikutip dari FB KH. Husein Muhammad
Editor: Daniel Simatupang
Kunjungi Juga
- Pasarkan Produk Anda dengan Membuka Toko di Marketplace Laduni.ID
- Profil Pesantren Terlengkap
- Cari Info Sekolah Islam?
- Mau Berdonasi ke Lembaga Non Formal?
- Siap Berangkat Ziarah? Simak Kumpulan Info Lokasi Ziarah ini
- Mencari Profil Ulama Panutan Anda?
- Kumpulan Tuntunan Ibadah Terlengkap
- Simak Artikel Keagamaan dan Artikel Umum Lainnya
- Ingin Mempelajari Nahdlatul Ulama? Silakan
- Pahami Islam Nusantara
- Kisah-kisah Hikmah Terbaik
- Lebih Bersemangat dengan Membaca Artikel Motivasi
- Simak Konsultasi Psikologi dan Keluarga
- Simak Kabar Santri Goes to Papua
Memuat Komentar ...